Dan akhirnya, Black Widow memiliki kisahnya sendiri dengan tanggal rilis yang seharusnya tepat berada di tahun 2020 sebagai pembuka dari fase ke empat Marvel Cinematic Universe. Sayangnya, dengan segala ketidakpastian ini, Black Widow pun harus tayang di tahun ini dan rilis simultan dengan Disney+ Premier Access. Didahului pula dengan serial-serial Marvel lain agar progres Marvel Cinematic Universe tak semakin tertunda.
Black Widow disutradarai oleh Cate Shortland dan diramaikan dengan nama-nama besar di dalamnya. Seperti sang aktris baru, Florence Pugh yang secara kualitas akting tak perlu diragukan lagi. Ada pula Rachel Weisz, dan David Harbour. Ada pula satu nama yang tak dalam media stunt pun tak ada, tapi dirinya memiliki peran penting dalam kelangsungan film ini.
Memindahkan Black Widow ke tengah perjalanan fase ke empat, berpengaruh emang?
Mungkin akan ada berpikiran yang sama. Tapi, nyatanya tidak. Black Widow Seakan memang dibuat sebagai jembatan antara fase ke tiga dan ke empat. Treatment yang dilakukan oleh Kevin Feige beserta Cate Shortland saat membuat film ini pun rasanya seperti sebuah spin off lepas dari MCU. Meski tetap ada pula Benang merahnya. Seperti penyerahan legacy Black Widow ke salah satu karakter di film ini yang akan menjadi masa depan MCU nantinya.
Pun, skala film Black Widow pun tak terlalu besar untuk ukuran film Marvel Cinematic Universe. Di fasenya yang ke empat, film ini serasa seperti film-film MCU fase pertama. Tetap menarik untuk diikuti, Karena Black Widow serasa seperti film-film spionase dengan opening credit layaknya James Bond atau Mission: Impossible. Selain itu, dikombinasi dengan sebuah dysfunctional family drama yang membuat film ini meski tak terasa besar, tetapi amount of heart-nya yang besar.
Mari kita kembali mencari tahu kisah Natasha Romanoff sejak Kecil yang praharanya pun sudah makin banyak. Berasal dari sebuah keluarga kecil yang mungkin tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Penuh intrik dan rahasia dari sang orang tuanya, Melina (Rachel Weisz) dan Alexei (David Harbour). Mereka pun harus berpisah di tengah jalan dan membuat Natasha kembali absen merasakan keberadaan keluarganya.
Berjalannya waktu dengan timeline yang sama setelah Captain America: Civil War, Natasha menemukan kembali jalannya untuk bertemu dengan keluarganya. Di tengah misinya berdamai dengan masa lalunya yang kelam, dia bertemu dengan Yelena (Florence Pugh), adiknya. Yelena yang berhasil lepas dari kontrol Red Room memiliki misi untuk melepaskan serum yang mengembalikan semua tawanan perempuan di dalam sana agar kembali normal. Di sinilah, Yelena dan Natasha kembali berkumpul untuk menyelesaikan misi yang sama.
Black Widow memang memiliki isu tentang arti keluarga sebagai sebuah karakter. Maka dari itu, isu keluarga disfungsi di dalam film spin-off ini terasa begitu kental. Bagaimana sang karakter Natasha berusaha untuk mendefinisikan arti keluarga dalam hidupnya. Karena Dirinya juga mengalami berbagai macam trust issue terhadap berbagai macam bentuk orang di dalam hidupnya. Baik, keluarga Avengers hingga keluarga inti yang dekat dengan dirinya.
Mari membahas villain dari Black Widow yang ternyata penuh alegori
Yang lebih menarik lagi adalah pesan tentang woman in a man’s world yang berusaha disampaikan di dalam Black Widow ini. Bagaimana perempuan bisa dengan mudah dicengkram oleh kekuasaan yang dipegang laki-laki di dalam filmnya. Bagaimana laki-laki bisa mengontrol tubuh perempuan dengan caranya tersendiri. Perempuan diobjektifikasi menjadi sebuah barang transaksional. Didaur ulang dan dijadikan senjata dengan cara-cara keji untuk melakukan apa yang diinginkan oleh laki-laki dan memenuhi ambisinya.
Sebuah alasan menarik dari Dreykov, musuh utama dari Natasha Romanoff dan Yelena di dalam film ini. Realita ini lah yang muncul sebagai wacana menarik tentang perempuan di dalam film Black Widow. Alegori tentang patriarki yang masih saja merajai di muka bumi ini. Bahkan, untuk ukuran karakter Natasha sekalipun yang sudah berperan penting menyelamatkan manusia dari kehancuran masih saja memiliki masa lalu kelam tentang kuasa laki-laki.
Pun, bagaimana pesan lain tentang woman support woman yang terkadang terlupakan dalam diri perempuan itu sendiri. Sekaligus, menjadi cara bagi Marvel untuk menyerahkan legacy-nya ke karakter baru yang menarik untuk dikulik dan digali di fase ke empatnya nanti.
Black Widow dengan segala skala kecilnya masih bisa menghibur penontonnya dengan segala sekuens aksi yang gemilang. Banyak sekuens aksi dengan vibe layaknya film spionase yang memanjakan mata dan didukung dengan penggunaan kamera IMAX yang maksimal. Maka dari itu, dapatkan pengalaman sinematik yang lebih maksimal dengan menonton Black Widow di layar lebar. Bahkan, carilah format premiumnya agar kamu bisa menghormati salah satu karakter lama Avengers yang akhirnya memiliki kesempatan untuk menceritakan kisahnya dan isunya tentang arti keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar