Minggu, 02 Desember 2012

REVIEW - Perahu Kertas

Novel Perahu Kertas besutan penulis bestseller Dewi "Dee" Lestari diangkat ke sebuah motion picture layar lebar. Film ini ditangani oleh salah satu Sutradara Cerdas dan berkualitas yaitu Hanung Bramantyo. Bagaimanakah hasil dari film ini? Memuaskan? apa sama saja dengan cerita cinta remaja lainnya?
Menceritakan tentang Kugy, seorang gadis yang cuek dan suka berkhayal serta terobsesi dengan cerita dongeng berteman dengan Noni, temannya sejak kecil dan pacar Noni yaitu Eko. Suatu ketika Eko menjemput teman kecilnya bernama Keenan. Saat menjemput Keenan, Eko lupa dengan wajah Keenan. Kugy mencoba mencari Keenan dengan Radar Neptunus nya. Tanpa sengaja dia menabrak Keenan. Kugy dan Keenan menjadi teman yang sangat klop. Sampai suatu ketika tumbuh rasa antara mereka berdua. Kugy sudah punya pacar yaitu Ojos. Tetapi Kugy mengalami perubahan terhadap dirinya. Terlebih kepada Ojos sang pacar. Dia merelakan Ojos pergi. Keenan sendiri terobsesi menjadi pelukis hingga suatu ketika dia menentang Orang Tuanya dan pergi dari rumah untuk jadi seorang pelukis. Lama kelamaan, Kugy dan Noni menjauh, begitu juga dengan Kugy dan Keenan. Mereka berjalan masing-masing hingga akhirnya Kugy bertemu dengan Remi, Bos di perusahaan tempat dia bekerja. Mereka sangat klop hingga suatu saat dia jadian. Keenan pergi ke Bali dan bertemu dengan Luhde. Mereka berdua juga dekat. Suatu ketika Kugy dan Noni kembali berteman dan dia bertemu dengan Keenan acara nikahan Noni dan Eko.
"Perahu Kertas" mungkin sudah terkenal di kalangan Pembaca setia novel Dee. Tak sedikit pula yang menantikan film ini muncul. Perahu Kertas menurut saya sukses membawakan jalanan kasih cinta Kugy-Keenan yang rumit, manis dan tentunya realistis. Jalinan kisah dongeng cinta mereka dirajut dengan dialog-dialog puitis tanpa terkesan murah dan flamboyan. Perahu Kertas seharusnya menjadi patokan para sineas yang ingin membuat Karya romansa cinta remaja tanpa perlu derai air mata berlebih serta cerita klise tentang penyakit dan kematian yang memang kadangkala menjadi ramuan cerita yang klise tapi berhasil. Perahu Kertas tidak menceritakan tentang itu semua. Buang jauh-jauh formula penyakit dan kematian itu. Disini kalian disuguhi dengan cerita yang mengalir seperti ombak, tentram, dan sungguh nyaman untuk diikuti. Skrip film ini ditulis langsung oleh penulis asli novel ini yaitu Dewi "Dee" Lestari. Dee ingin sekali membuat film ini sama persis dengan bukunya. Dan Akhirnya Perahu Kertas dibagi menjadi dua bagian. Ketika kisah ini bergulir, pengenalan para karakter di film ini terutama Kugy terkesan kurang digali. Sangat cepat sekali. Sosok Ojos sebagai pacar Kugy pun hanya ditampilkan sebentar diawal hanya untuk menandai bahwa Ojos adalah pacar Kugy. Begitu pula dengan karakter Noni ataupun Eko. Sedikit berantakan memang diawal. Lambat laun, film ini kembali teratur. Pace cerita paruh awal sudah mulai membaik. Cerita sudah mengalir indah. Narasi dengan suara Kugy (Maudy Ayunda) menjadi kekuatan awal film ini. Indah dan menentramkan jiwa. Sudah fokus dengan cerita antara Kugy dan Keenan lalu sedikit demi sedikit karakter di film ini semakin bertambah. 
Tunggu jangan skeptis. Jika anda bilang karakter disini akan menjadi useless dan menyesaki layar. Tidak. Anda salah. Beruntunglah Hanung tahu bagaimana memanfaatkan karakter yang ada disini. Tidak ada pembuangan karakter disini. Kelemahan di film ini justru pada penceritaan yang seperti Ombak besar di sebuah pantai dan tiba-tiba hilang. Sudah benar sekali film ini disusun hingga klimaks yang diambil juga sangat pas serta emosional di berbagai sisi. Tapi ketika menuju penyelesaian, seperti di push dan skip dibagian mana saja. Ya. Seperti hilang, hampa. Meski tak sepenuhnya hampa. Tetaplah disisakan sedikit nyawa untuk penyelesaian. Penyakit di awal film ini mulai terjadi lagi. Hanung mungkin sedikit kelabakan. sehingga mulai berantakan lagi. Pace cerita yang mungkin sudah tersusun rapi tiba-tiba sedikit tidak fokus dengan cerita yang cepat serta tiba-tiba ombak yang damai pun datang, Film ini melambat untuk menuju akhir film ini. Akhir Bagian Pertama. Mungkin di bagian kedua akan diceritakan lebih jelas. Maudy Ayunda berhasil menjadi Kugy yang cuek, misterius, sedikit gila tapi sweet. Sedangkan Adipati Dolken menjadi Keenan mungkin sedikit ragu dan tidak meyakinkan tetapi lama kelamaan dia emosional dan total. Kali kedua ini mereka berada satu layar dan menjadi sosok karakter yang melengkapi satu sama lain. Teringat dengan "Malaikat Tanpa Sayap" karya Rako Prijanto. Chemistry mereka di film "Malaikat Tanpa Sayap" terjalin kuat dan terulang di Film ini. Jangan lupakan yang lain. Aktor jam terbang tinggi layaknya Reza Rahardian juga sukses melaksanakan tugasnya dengan baik. Sylvia Fully, Kimberly Rider yang notabene newcomer juga mampu memberikan nyawa karakter yang mereka perankan. Bukan hanya cerita cinta realistis yang dijual di film ini. Sinematografi yang apik serta Scoring dan Soundtrack di film ini mengesankan dan digarap dengan epik tanpa kekurangan dan melengkapi jiwa-jiwa kosong yang ikut hadir di film ini dan inilah penolong dimana ada scene yang kurang nyawa. Scoring disini menguatkan dan menambah keemosionalan cerita. Sebagai penonton yang belum membaca novelnya, Perahu Kertas menjadi Drama romansa cinta remaja favorit saya tahun ini.
Overall, Perahu Kertas adalah Dongeng Cinta yang indah dirajut dengan kata-kata manis tanpa terkesan terlalu melambai. Dengan segala kekurangannya inilah Kisah Romansa cinta penuh intrik buatan Sineas Indonesia yang menarik dan menjadi favorit. Waiting for Perahu Kertas 2 available on DVD. Because I Missed it when it on Cinema. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar