Kedatangan Screenplay Films
di perfilman Indonesia memang memiliki warna baru. Film-filmnya sejak Magic
Hour selalu mendatangkan penonton dan itu cukup mengagetkan banyak pihak.
Sehingga, dengan kedigdayaannya di perfilman Indonesia membuat rumah produksi
satu ini selalu hadir dengan karya terbaru setiap tahunnya karena tahu
potensinya menggaet penonton. Screenplay
Films pun semakin lama semakin melebarkan sayapnsya dengan berasosiasi
bersama Legacy Pictures.
Setelah Magic Hour, film kedua Screenplay
Films pun laris manis. London Love Story,
yang dirilis pada tahun 2016 ini memasang nama-nama familiar di mata penonton
yaitu Michelle Ziudith dan Dimas Anggara dan berhasil menggaet 1 juta penonton.
Dengan prestasi raihan penonton yang di luar ekspektasi itu, Screenplay Films kembali menghadirkan
kisah cinta Caramel dan Dave di seri berikutnya. Asep Kusdinar tetap -bahkan
selalu -kembali menyutradari film-film Screenplay
Films lewat London Love Story 2.
Film-film Screenplay Films
memang memiliki segmentasi penontonnya sendiri dan film-film mereka akan selalu
dinantikan. Kesuksesan London Love Story
seri pertama secara kuantitas ini akan menjadi senjata utama dari Screenplay Films untuk merilis filmnya
yang kedua. Formula cerita yang digunakan di London Love Story pertama ini penuh akan poin-poin klise dan
kata-kata buaian tentang cinta. Tak perlu kaget, apabila London Love Story 2 ini juga akan kembali menggunakan formula yang
sama.
Kesalahan London Love Story
sebelumnya adalah kemasannya yang belum sinematik. Screenplay Films yang berangkat dari rumah produksi untuk televisi
memiliki problematika dalam membungkus kemasannya. Penonton tak diberi satu
diferensiasi antara film televisi yang biasa mereka saksikan secara gratis
dengan film yang mereka khususkan sebagai film bioskop. Begitu pula dengan
dialog-dialognya yang tak memiliki kedewasaan serta penuh akan kiasan hiperbola
tentang cinta.
Perubahan memang berubah secara bertahap, London Love Story 2 memang tak sepenuhnya berubah menjadi sebuah
film dengan konten yang berbeda dan dewasa. Setidaknya, London Love Story 2 memperbaiki tata teknis filmnya yang jauh lebih
sinematik. Meski begitu, London Love
Story 2 tetap dipenuhi dengan dialog-dialog ajaib dan penuturan yang beda
tipis dengan London Love Story
sebelumnya. Meski dasar cerita dalam London
Love Story 2 adalah tentang tahapan yang lebih matang dalam sebuah
hubungan, tetapi kemasannya tetap kekanak-kanakan.
Kisahnya tetap tentang Dave (Dimas Anggara) dan Caramel (Michelle Ziudith)
yang sudah kembali bersama dan menjalani hubungan yang bahagia. Mereka pun
berusaha untuk serius satu sama lain dan ingin lanjut ke hubungan yang lebih
dewasa. Tetapi, perjalanan hubungan tak semulus yang mereka bayangkan. Dave
mengajak Caramel pergi ke Swiss dengan tujuan liburan, tetapi perjalanan liburan
mereka malah menjadi sebuah bencana bagi hubungan mereka.
Di tengah liburannya, Caramel yang sedang menikmati makanan di suatu
restoran atas rekomendasi Sam (Ramzi), dikejutkan dengan hadirnya masa lalu
Caramel saat SMA. Gilang (Rizky Nasar), Chef restoran itu adalah masa lalu dari
Caramel yang pernah mengisi ruang hatinya. Sam yang sudah akrab dengan Gilang,
mengenalkannya pada Dave. Dan mereka berempat pun liburan bersama-sama dan
membuat Caramel was-was akan kehadiran Gilang di tengah hubungannya dengan Dave
yang sudah bahagia.
Tak salah apabila di sebuah film remaja masih menggunakan formula yang
itu-itu saja, begitu pula yang terjadi di London
Love Story 2. Film ini hanya mengulang, sulam dan tambal cerita-cerita
usang agar menjadi sesuatu yang baru.
Pengarahan Asep Kusdinar pun masih berusaha untuk berkembang, meskipun tak
terasa begitu signifikan. Penuturan kisah cinta klise di dalam London Love Story 2 sudah lebih
berkembang ketimbang film pertamanya.
Setiap konflik yang ada di film ini setidaknya menemukan ritme yang lebih
baik untuk diarahkan lebih runtut dibanding karya-karya Asep Kusdinar di Screenplay Films sebelumnya. London Love Story 2 pun berkembang
menjadi sesuatu yang setidaknya masih bisa dinikmati dan tak membuat penonton bingung
karena lantaran susunan plotnya minim kekacauan. Tetapi, bukan berarti London Love Story 2 akhirnya menjadi
karya sempurna dan menjadi lonjakan dari film-film Screenplay Films sebelumnya.
London Love Story 2 dipenuhi
dengan plot cerita yang membuat dahi berkerut karena banyak sekali keajaiban
yang terjadi di dalam ceritanya. Kisah cinta segitiga yang penuh akan
pengorbanan dihiasi dengan elemen-elemen kematian dan ditinggalkan dengan atas
nama romantisasi. Belum lagi naskah yang diramu berdua oleh Sukhdev Singh dan
Tisa TS masih memiliki rangkaian kata penuh majas hiperbola yang terasa
dibuat-buat.
Inilah yang selalu menjadi poin minus dari Screenplay Films di segala karyanya yang sebenarnya sudah memiliki
perkembangan secara teknis. Naskah di London
Love Story 2 inilah yang menjadi masalah karena tak diatur dengan baik.
Terasa bagaimana London Love Story 2
tak memiliki struktur cerita yang kuat, sehingga berdampak pula pada pengarahan
Asep Kusdinar yang belum terlalu kuat. Dasar struktur dalam London Love Story 2 yang tak kuat ini
akan membuat penontonnya bingung dan meraba apa yang terjadi oleh
karakter-karakternya.
London Love Story 2 sibuk
memberikan sorotan lebih kepada karakter sampingannya, sehingga Asep Kusdinar
lupa untuk memberikan pengarahan lebih kepada plot utamanya. Sehingga, ketika
masuk ke dalam konfliknya penonton akan berusaha sendiri mencari jawaban atas
lubang cerita yang ada di dalam London
Love Story 2. Belum lagi dialog-dialog hiperbola yang selalu mewarnai
film-film Screenplay Films yang
seakan-akan sudah menjadi signature.
Dialognya penuh akan romantisasi hiperbola yang tak begitu sanggup
untuk didengar. London Love Story 2
penuh akan dialog yang berusaha keras untuk diromantisasi dan hasilnya malah
terdengar begitu hiperbolis. Terlalu manis untuk diucapkan setiap karakternya
yang membuat film ini hanyalah sebuah hasil realisasi mimpi yang tak kunjung
ditemukan oleh penulisnya. London Love
Story 2 bukan malah menimbulkan efek romantis, yang ada malah menekankan
bahwa film ini terasa dongeng yang fiktif.
Dengan begitu, London Love Story
2 tak serta merta menjadi karya terbaik dari film-film Screenplay Films. Persepsi yang keluar adalah London Love Story 2 setidaknya memiliki babak yang lebih runtut dan
lebih mending dibanding film-film sebelumnya. Sisi teknis sinematik di London Love Story 2 setidaknya sudah
berkembang dan pengarahan yang sedikit berkembang. Tetapi, London Love Story 2 masih memiliki kelemahan-kelemahan film Screenplay Films sebelumnya. Struktur
cerita yang tak terlalu kuat diiringi dengan dialog-dialog ajaib yang membuat
penonton tak bisa menahan tawa. Meski digadang sebagai sebuah film romantis, London Love Story 2 hanya sebuah
realisasi mimpi yang tak terwujud dengan kemasan yang hiperbolis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar