Di setiap tahunnya, Angga Dwimas Sasongko akan selalu melahirkan
sebuah film dengan kemasan yang berbeda. Kekuatan Angga Dwimas Sasongko dalam
mengarahkan film-filmnya adalah ketika dia berhasil membuat karakternya sangat
terkoneksi dengan penontonnya. Mulai dari Hari Untuk Amanda hingga Surat Dari
Praha, Angga Dwimas Sasongko berhasil memberikan intimasi yang membuat
penonton memiliki kedekatan dan simpati kepada karakter-karakter dan
problematika yang ada di dalam filmnya.
Di tahun 2017 ini, Angga Dwimas Sasongko kembali menyuguhkan karya
terbarunya. Proyek film besutannya kali ini bekerjasama dengan Salman
Aristo sebagai penulis naskah. Film terbarunya ini dibintangi oleh Chicco
Jerikho dan aktris pendatang baru, Lala Karmela. Angga Dwimas Sasongko
mendedikasikan film ini sebagai bentuk kapsul waktu anak pertamanya. Kali ini, Angga Dwimas Sasong bermain dalam genre drama komedi lewat Buka’an 8.
Sebuah kapsul waktu untuk anak dari Angga Dwimas Sasongko, jelas
membuat film terbarunya ini akan terasa sangat personal. Akan banyak
referensi dan pengalaman pribadi dari sang sutradara yang mempengaruhi kemasan
dari Buka’an 8. Meski film ini punya tujuan
personal, tetapi Angga Dwimas Sasongko membuat Buka’an 8 dengan mudah dinikmati secara universal. Buka’an 8 bukan sekedar sebuah drama
komedi yang dapat membuat penontonnya terhibur, tetapi juga penuh akan komedi
satir yang emosional karena dibuat dengan hati yang besar.
Ada banyak isu yang berusaha disampaikan oleh Angga Dwimas Sasongko
saat mengarahkan Buka’an 8. Lewat
film ini, sang sutradara berusaha memberikan informasi dan pengertian tentang
isu menjadi orang tua yang penuh dengan tanggung jawab. Belum lagi isu-isu
sosial dan politik lainnya yang disematkan oleh setiap karakternya. Film Buka’an 8 memang akan terasa penuh akan
tujuan-tujuan yang pretensius, tetapi Salman Aristo sebagai penulis naskah
berhasil memberikan porsi yang baik sehingga semua isu itu terasa seimbang.
Buka’an 8 bertumpu pada
cerita tentang satu titik kejadian yang terjadi pada karakternya, bukan
berusaha mengenalkan siapa Alam dan Mia secara runtut dari awal hingga akhir. Berangkat
akan satu premis yang sederhana dan satu titik kejadian dalam hidup mereka, Angga Dwimas Sasongko sangat berhasil membuat
konflik dan setiap karakternya begitu kaya. Penonton pun dengan mudah menaruh
simpati kepada Alam dan Mia dan problematikanya menantikan anak pertama.
Problematika film ini sederhana, menceritakan bagaimana Alam (Chicco
Jerikho) dan Mia (Lala Karmela) yang sedang menantikan kelahiran anak
pertamanya. Tetapi, proses adminitrasi di rumah sakit tak semudah dan baik-baik
saja seperti yang dikira oleh Alam. Kendala ada pada biaya administrasi Rumah
Sakit yang kurang. Alam pun memutar otak untuk mencari sisa uang agar Mia dapat
melahirkan dengan perawatan yang layak.
Konflik ini sudah terjadi di berbagai kalangan, tetapi yang menjadi
berbeda adalah sosok Alam yang unik. Dia adalah selebtwit yang memiliki banyak
followers di sosial media. Tak berhenti di sana, Alam sering melakukan perang
opini di sosial terbuka yang membuat dirinya semakin mendapat masalah dengan
opininya. Inilah yang membuat proses menantikan kelahiran anak pertama keluarga
Alam dan Mia menjadi berbeda.
Dengan menekankan pada konflik keluarga yang rumit ini, akan terasa
terlalu berat apabila Buka’an 8 malah
dikemas terlalu serius. Angga Dwimas Sasongko menyiasatinya dengan mengemas Buka’an 8 menjadi film
komedi. Film ini penuh akan misi untuk memberikan kritik sosial yang ada di
sekitar masyarakat. Buka’an 8
membangun relevansi antara karakter fiksi dengan realita sosial yang ada.
Sehingga, sang sutradara mengajak penontonnya untuk bersama-sama menertawakan
problematika sosial yang sebenarnya mereka jalani.
Angga Dwimas Sasongko tahu benar atas segala konflik di dalam Buka’an 8 dan berhasil diterjemahkan
lewat naskah yang disusun begitu rapi dan detil oleh Salman Aristo. Keduanya
berhasil memberikan sebuah kolaborasi yang pintar. Penonton akan tahu bahwa
film ini sangat personal yang didasari pengalaman pembuatnya. Bila dapat diibaratkan, Buka’an 8 adalah anak dari Angga Dwimas Sasongko yang dirawat penuh dengan kasih dan penuh tanggung jawab.
Dengan problematika dan kritikan sosial yang pretensius itu, Angga
Dwimas Sasongko tak menyampaikannya dengan menggebu-gebu. Angga Dwimas Sasongko
menuturkan setiap konflik ceritanya dengan begitu lembut. Sang sutradara
berusaha untuk memberikan romantisasi atas konfliknya yang sudah terlalu berat
ini. Dengan begitu, penonton akan dengan mudah menangkap maksud dan tujuan di
dalam Buka’an 8. Film ini tak akan menjadi
personal bagi pembuatnya, tetapi juga bagi siapa saja yang menontonnya.
Buka’an 8 sebenarnya sebuah
surat cinta kepada masyarakat yang menganggap bahwa menikah adalah jawaban atas
segala masalah kehidupan satu individu yang bertambah berat. Buka’an 8 membuka fakta bahwa sebenarnya
menikah pun akan membuat tanggung jawab akan semakin besar. Keluarga bukan
tentang satu individu dengan problematikanya, tetapi tentang sekelompok
individu yang memiliki masalah masing-masing. Butuh kepala dingin agar dapat
mendapatkan solusi atas setiap masalah yang akan mereka hadapi.
Nilai tentang Tanggung jawab inilah yang berusaha ditekankan di dalam
film Buka’an 8. Mulai dari tanggung
jawab menjadi kepala keluarga, hingga bertanggung jawab dalam opini yang
disampaikan. Entah opini tersebut dilayangkan secara verbal atau pun di ruang publik yang berpindah ke sosial media. Poin ini dilekatkan pada karakter Alam yang
meskipun tak perlu kilas balik latar belakang ceritanya, akan terasa bagaimana
tranformasi Alam dalam mengemban tanggung jawabnya.
Tak hanya kolaborasi Angga Dwimas Sasongko dan Salman Aristo saja yang
bersinergi, tetapi juga performa dari Chicco Jerikho dan Lala Karmela. Mereka
dapat menumbuhkan ikatan kuat yang meyakinkan penontonnya. Mereka bisa
memperkuat setiap adegan demi adegan dan ketika mencapai pada adegan kunci,
penonton bisa merasakan emosinya. Belum lagi Dayu Wijanto dan Sarah Sechan
sebagai pemeran pembantu juga bisa mengiringi tanpa perlu mendominasi peran
mereka. Semua pemainnya bersinergi dengan iringan musik yang tahu tempat.
Maka dari itu, Buka’an 8
bukan hanya karya personal dari Angga Dwimas Sasongko tetapi juga mampu membuat
karyanya ini terasa personal bagi siapa saja yang menontonnya. Meskipun
personal, film ini mampu memberikan kritik sosial yang bersinergi dengan baik. Buka’an 8 penuh akan misi tentang banyak
hal pretensius yang bagusnya bisa berjalan seimbang dan tak menggebu-gebu. Ada
penuturan yang lembut layaknya seorang ayah yang menasihati anaknya di dalam
film. Dengan penulisan naskah Salman Aristo yang detil dan pengarahan Angga
Dwimas Sasongko yang kuat, Buka’an 8 adalah sebuah opini dari Angga
Dwimas Sasongko tentang tanggung jawab dalam setiap aspek kehidupan. Sebuah
kapsul waktu yang didedikasikan kepada para buah hati yang sangat emosional.
Luar biasa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar