Telah ada sepasang sejoli lain yang lebih ikonik dan muncul jauh
sebelum Cinta dan Rangga di Ada Apa
Dengan Cinta?. Sepasang sejoli ini muncul dari karakter yang dibuat oleh
Eddy D. Iskandar lewat tulisannya di sebuah karya novel berjudul Gita Cinta
Dari SMA. Kisahnya pun pernah divisualisasikan oleh Arizal di tahun 1979.
Muda-mudi di kala itu pun begitu menggilai kisah cinta dua insan manusia ini.
Galih dan Ratna, kisah cinta mereka bersemi di bangku SMA dan abadi dikenang sepanjang
masa.
Kisah manisnya masih memberikan rasa yang tak pernah lekang oleh
zaman. Hingga di generasi yang sudah berubah segala kebiasaannya ini, rasanya perlu
dikenang lagi kisah cinta mereka. Maka, datanglah Lucky Kuswandi membawakan
kisah cinta bahagia mereka dengan caranya sendiri. Lucky Kuswandi mengadaptasi
bebas sumber utama kisah cinta Galih dan Ratna ini dan mempersembahkannya
sebagai surat cinta kepada generasi remaja millenial untuk merasakan degupan
cinta yang bahagia.
Bukan lagi ‘Gita Cinta Dari SMA’, tapi ‘Galih & Ratna’ sebagai tajuk pilihan sekaligus cara untuk
membedakan karya milik Lucky Kuswandi dengan film sebelumnya. Karya milik Lucky
Kuswandi ini tak serta merta mengadegankan ulang panel-to-panel yang hanya menimbulkan efek nostalgia. Galih & Ratna lebih kepada
rejenuvasi atas karya lama milik Arizal berdasarkan novel milik Eddy D.
Iskandar. Tetapi, inilah ‘Galih &
Ratna’ yang meskipun mendapatkan pembaharuan tetap memiliki rasa manis yang
sama. Mengingatkan kepada siapa saja yang menontonnya tentang masa remajanya
yang bahagia.
Klise, poin utama yang keluar sesaat mengetahui bahwa ‘Galih & Ratna’ ini adalah sebuah
film kisah cinta remaja. Secara konflik dan cabang cerita, ‘Galih & Ratna’ memang tak punya
kisah yang baru apalagi kisahnya tak lain juga disadur dari sumber yang sama.
Lucky Kuswandi memang tak menegaskan untuk memberikan pembaharuan dalam plot
ceritanya, tetapi mengembalikan sebuah rasa, kenangan, yang pernah setiap orang
rasakan saat remaja.
Setiap orang pasti pernah menyatakan bahwa masa remaja adalah masa
yang paling indah dan atas pernyataan itulah Lucky Kuswandi bermain saat
mengarahkan Galih & Ratna. Film
ini digunakan sebagai sebuah pertanda akan zaman remaja yang selalu menjadi
pijakan untuk diingat tentang masa lalu. Dengan film ‘Galih & Ratna’, penonton yang sudah jauh melewati masa-masa ini
bisa kembali teringat betapa manisnya merasakan cinta pertama dengan segala
komplikasinya.
Maka terwakililah kenangan memadu kasih saat remaja lewat karakter
Galih dan Ratna yang merasakan adanya rasa pada pandangan pertama. Ketika itu,
Ratna (Sheryl Sheinafia) adalah murid baru dari Jakarta yang pindah di sebuah
sekolah di Bogor. Saat dia baru saja datang dan memperkenalkan diri di depan
kelas, Galih (Refal Hady) dengan mudahnya terpesona dengan paras cantik Ratna.
Galih dan Ratna memiliki atraksi yang sangat besar satu sama lain dan ingin
merealisasikan perasaannya agar jadi satu.
Di suatu sore, di sebuah toko kaset tua peninggalan ayah Galih, Ratna
datang untuk ingin tahu siapa Galih. Setelah itu, mereka berdua semakin akrab
dan tiba saatnya Galih ingin menyatakan perasaannya kepada Ratna. Melalui
sebuah kompilasi kaset pita, Galih menggunakannya sebagai perwakilan suara
hatinya kepada Ratna. Tetapi, problematika Galih dan Ratna tak hanya tentang
kisah cintanya, tetapi juga problematika pribadi yang membuat mereka tak bisa merajut
kasih dengan tenang.
Plot cerita utama di ‘Galih
& Ratna’ memang hanya sekedar bagaimana keduanya saling memadu kasih.
Tetapi, bukankah memang ketika dua orang sedang merajut kasih, seakan-akan
dunia milik berdua? dan poin itulah yang berusaha disampaikan oleh Lucky
Kuswandi. ‘Galih & Ratna’ memang
tak bisa lepas dengan pandangan sebuah plot yang generik, tetapi pengarahan
Lucky Kuswandi berhasil memberikan sentuhan yang begitu manis. Sehingga,
performa plotnya yang sudah menjemukan ini bisa menjadi sebuah angin segar di
film-film dengan genre yang serupa.
Manis-manis jambu, begitulah ‘Galih
& Ratna’ sebagai film kisah cinta remaja. Film ini dapat menimbulkan
rasa manis yang muncul perlahan-lahan dan membuat penontonnya tersipu malu. ‘Galih & Ratna’ bisa digunakan
sebagai sebuah memoir masa remaja yang dirindukan oleh banyak orang, apalagi
bagi penonton yang sudah lewat masa remajanya. ‘Galih & Ratna’ milik Lucky Kuswandi ini bukan hanya sekedar
pemicu rasa nostalgia atas film terdahulunya, tetapi lebih kepada sebagai
pengingat masa-masa remaja penontonnya.
Meski disadur dari sumber yang sama, Lucky Kuswandi membuat ‘Galih & Ratna’ sebagai sebuah film
adaptasi dengan interpretasi bebas. Muncullah pembaharuan yang terjadi di dalam
konfliknya agar memiliki relevansi dengan masa remaja generasi millenial. Sehingga,
‘Galih & Ratna’ tak hanya sebagai
mesin pengingat kenangan bagi penontonnya yang sudah tumbuh dan berkembang
dengan ‘Gita Cinta di SMA’, tetapi juga sebagai tontonan alternatif remaja yang
ingin merasakan pahit manisnya cinta.
Meski kisahnya ringan dan mendayu-dayu tetapi ‘Galih & Ratna’ tak melupakan bagaimana karakternya yang remaja
ini juga sedang proses untuk memiliki kedewasaan. Sehingga, film ini tak
sekedar kisah cinta yang manis, tetapi juga ada rasa pahit dalam proses
berceritanya. Setiap karakternya berkembang mencari jati diri dan apa yang
mereka inginkan dalam hidup mereka. Pesan lain dalam ‘Galih & Ratna’ adalah menceritakan tentang tujuan dan apa yang
diinginkan setiap orang dalam hidupnya.
Kehadiran Galih & Ratna
bisa menjadi jawaban atas film kisah cinta remaja yang dibuat dengan sangat
baik. Akhirnya penonton remaja bisa memiliki film untuk mencurahkan kegalauan
hati dengan representasi di film yang tepat. ‘Galih & Ratna’ memang klise, tetapi ada rasa manis yang muncul
dan berhasil membuat hati penontonnya tersipu malu. Meski dengan sumber yang
sama dengan film di tahun 1979, Lucky Kuswandi lebih membuat ‘Galih & Ratna’ sebagai sebuah film
adaptasi bebas interpretasi. Tujuannya bukan hanya sebagai pengingat memori
penonton yang sudah lewat masa remajanya, tetapi juga menunjukkan adanya
relevansi kepada remaja masa kini. Dan Lucky Kuswandi berhasil mengemas ‘Galih & Ratna’ yang membuat degupan
di hati.
Ripiw logan juga dong kak..
BalasHapus