Sylvester Stallone memang berhasil dalam mengumpulkan para aktor laga dan melakukan sedikit nostalgia-nya di sebuah film. The Expendables menjadi satu proyek yang akan dipenuhi oleh para aktor film laga berbadan gempal meskipun para aktor sudah tidak muda lagi. Sayang, seri pertama dari film penuh otot ini harus menuai kritik negatif dari para kritikus film. Sylvester Stallone pun menyerahkan kursi sutradara kepada Simon West yang secara mengagetkan memberikan dosis Fun yang menyegarkan film aksi ini.
Maka, Sylvester Stallone pun memanggil sebanyak mungkin aktor-aktor
legendaris di film ketiganya ini. Dan kali ini, kursi sutradara jatuh kepada
Patrick Hughes yang juga akan mengarahkan remake dari film aksi dengan martial
art milik Indonesia, The Raid. Tentu, Sylvester Stallone tidak membiarkan anak
bawang pada dunia perfilman ini sendirian. Karena masih ada campur tangan
Sylvester Stallone untuk seri ketiganya kali ini.
The Expendables 3 di mulai ketika Barney Ross (Sylvester Stallone),
Lee (Jason Statham), Gunner (Dolph Lundgren), dan Toll (Randy Couture)
menyelamatkan Doc (Wesley Snipes) yang menjadi tahanan dan mengajaknya
bergabung dengan The Expendables. Mereka pun mendapatkan misi untuk menangkap
seorang penjual senjata dengan nama samaran. Sesaat ketika diketahui, penjahat
itu adalah Conrad Stonebanks (Mel Gibson), teman Barney Ross.
Barney Ross pun mencoba segala cara untuk menangkap Conrad hingga
akhirnya harus melukai anggota dari The Expendables. Hal tersebut membuat
Barney Ross terpukul dan mengakhiri The Expendables untuk mencari tim baru
karena dia sudah tidak mau melukai teman-teman mereka yang sudah dianggap
keluarga. Dengan tim baru, Barney Ross mencoba untuk menangkap Conrad
Stonebanks.
The Suppermasive with Nothing.
Sudah dua kali Sylvester Stallone dan teman-temannya mendapat
kesempatan untuk ‘reuni’ di sebuah film laga. Setelah kesuksesannya menghibur
para penontonnya di seri kedua, tentu film ini akan berlanjut di seri-seri
berikutnya. Dan menunggu waktu hingga Sylvester Stallone dan tim akan lelah
untuk mengembangkan ide cerita seperti apa lagi yang akan membuat penontonnya
masih minat menonton film penuh laki-laki berotot besar ini.
Yang jelas, Hollywood tidak akan kehabisan ide bagaimana mempromosikan
film The Expendables ini agar awet sebagai franchise film aksi. Ya, tentu daya
tarik seri-seri ini adalah aktor-aktor lama yang legendaris dengan tujuan
bernostalgia menonton aksi mereka di layar lebar –di action genre film, khususnya.
Dan hal itu terjadi di The Expendables 3, di mana banyak sekali aktor-aktor
laga legendaris kembali menunjukkan sinarnya untuk beradu akting kembali
meskipun, kerutan di wajah mereka tidak menutupi usia mereka yang sudah tidak
muda lagi.
Tentu, The Expendables 3 akan mampu menarik penontonnya untuk
menyaksikan para aktor-aktor tua berada di satu frame film. Sayangnya, The
Expendables 3 tidak mampu untuk memikat penontonnya dengan aksi penuh adrenalin
yang memikat. The Expendables 3 mungkin terasa lebih kelam jika dibandingkan
dengan dua seri sebelumnya. Ya, film ini memiliki tutur cerita yang lebih
personal untuk karakter Barney Ross.
Alih-alih untuk memberikan tutur cerita dan pendalaman karakter yang
lebih, tetapi kurang bisa memberikan relation yang baik antara karakter dengan
penontonnya. Arahan milik Patrick Hughes ini pun masih dikategorikan dalam
kategori lemah. The Expendables 3 pun penuh dengan ledakan tetapi sayang ada
sesuatu yang kurang saat adegan ledakan itu tersaji untuk menyenangkan para
penontonnya. Kurang ada rasa ‘senang-senang’ yang ada di film keduanya.
Suspense dalam adegan aksi itu pun tidak ada. Sehingga, 120 menit film
ini hanya dipenuhi dengan kebisingan, ledakan, dan api tipe film kelas B yang
tidak ada rasa spesialnya sama sekali. Mungkin para penonton berumur akan
merasakan referensi dari film-film aksi para aktor di film ini tetapi hal
tersebut kurang terolah baik sehingga menjadi efek minor dalam action
sequences-nya. Tidak layaknya seri kedua yang memiliki suspense dan unsur fun
dengan dosis tinggi dengan referensi film-film para aktor yang terlibat di film
ini sebagai pemanis.
Pun terasa bahwa The Expendables 3 masih terasa episodik. Di seri
ketiga ini terlihat bahwa tim penulis naskah ini menginginkan gabungan antara
dua seri The Expendables sebelumnya bahkan ingin terlihat lebih baik dari dua
seri sebelumnya. Unsur ‘serius’ yang menjadi trademark di seri sebelumnya ada
di seri ini tetapi, juga tidak mau meninggalkan unsur ‘fun’ yang menjadi
kelebihan dari seri keduanya. Semua di-push menjadi satu di film ketiganya
dengan arahan yang minim oleh sang sutradara sehingga semuanya terasa begitu
episodik dan beberapa akan hit and miss.
Sylvester Stallone pun mencoba untuk menggabungkan old-school action
dengan espionage action yang akhirnya malah melunturkan jati diri The
Expendables yang biasanya mengangkat rasa old-school film ini. Ya, mungkin
Sylvester Stallone ingin melakukan inovasi agar filmnya ini memiliki cita rasa
masa kini terlebih dengan adanya beberapa karakter dengan aktor-aktris muda.
Sayangnya, kesan karakter berjiwa muda ini masih kurang memilik gaungnya
ketimbang geng yang lebih tua.
Sudah saatnya untuk Sylvester Stallone memberikan inovasi selain para
aktor laga legendaris yang ter-assemble di dalam satu frame film. Karena, The
Expendables 3 hanyalah penuh ledakan yang supermassive yang tak berarti dengan
arahan minimalis milik Patrick Hughes. Mereka masih ingin bersenang-senang
seperti remaja meskipun usia mereka tidak muda lagi. Dengan menjajarkan mereka
dengan aktor-aktris muda baru tetapi hal tersebut tidak bisa memperkuat The
Expendables 3 menjadi tontonan yang memikat hingga akhir. Well, This is just The Wrinkled-Muscle’s Show.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar