Setelah menuju akhir fase keduanya lewat Avengers : Age of Ultron, Marvel tak henti-hentinya untuk membuat dunia sinematik yang lebih besar lewat fase ketiga. Setelah menambah karakter superhero di fase kedua lewat Guardians of The Galaxy, fase ketiga akan menambah beberapa barisan karakter superhero baru yang akan ikut serta membasmi kejahatan di kubu Avengers. Dan salah satu karakter manusia super pertama yang dikenalkan oleh Marvel adalah Ant-Man.
Karakter manusia super baru ini jelas akan terasa asing di mata
penontonnya, layaknya film Guardian of The Galaxy kala itu. Ditambah lagi, akan
terdengar menggelikan ketika tahu ada manusia super yang berubah ukuran sekecil
ukuran semut. Tetapi kembali lagi, ketika ini adalah produk milik Marvel yang
diproduseri oleh Kevin Feige, maka tak ada yang tidak mungkin menarik minat
penonton untuk menyaksikan filmnya.
Film manusia super terbaru ini diarahkan oleh Peyton Reed yang
menggantikan Edgar Wright yang seharusnya berada di posisi sutradara. Hanya
saja, Edgar Wright tak serta merta meninggalkan proyek Ant-Man ini, bersama Joe
Cornish dia tetap mendapat kesempatan sebagai penulis naskah untuk kisah
manusia semut satu ini. Dengan premis yang terlihat nyeleneh ini, rasanya tepat
untuk memberikan porsi bagi Edgar Wright dan Joe Cornish sebagai penulis naskah
yang kiranya dapat menyokong keanehan manusia super satu ini. Tetapi, tetap
bercitarasa Marvel lewat arahan Peyton Reed.
Hank Pym (Michael Douglas) menciptakan sebuah formula dan perlengkapan
terobosan baru. Hal tersebut dapat membuat manusia berubah menjadi seukuran
semut tetapi dengan kekuatan yang sangat besar. Hanya saja, proyek milik Hank
Pym ini tersendat oleh beberapa kasus. Sehingga beberapa puluh tahun kemudian,
Pym Tech –perusahaan milik Hank Pym –mendapatkan pimpinan baru yaitu Darren
Cross (Corey Stoll) yang ingin membuat proyek mirip dengan milik Hank Pym.
Pym yang sudah lama mencari seseorang yang pantas membawa tanggung
jawab atas perlengkapan supernya, menemukan seseorang dengan catatan kriminal
papan atas, Scott Lang (Paul Rudd). Terkenal lewas kasusnya yang meretas Vista
Corporation yang memiliki tingkat keamanannya yang tinggi. Dia kembali merampok
demi memenuhi kebutuhan anaknya dengan mantan istrinya. Dan secara tak sadar,
itu adalah tes untuk menjadi seorang Ant-Man yang dilakukan oleh Hank Pym dan
anaknya, Hope (Evangeline Lilly).
Menjadi salah satu produk Marvel yang beresiko, jelas tak mudah untuk
memperkenalkan Ant-Man kepada khalayak umum. Guardians of The Galaxy pun memang
terdengar asing, tetapi premis dari filmnya masih bisa kita temui lewat Star
Trek atau pun Star Wars. Berbeda dengan Ant-Man yang memiliki dasar yang lebih
unik dan akan terlihat kesusahan untuk menemukan pasarnya. Tetapi, apa yang
tidak mungkin jika proyek ini adalah proyek milik Marvel untuk memperluas dunia
sinematik di fase terbarunya.
Ant-Man berhasil melampaui ekspektasi dan kekhawatiran dari para
penikmat film yang takut tak akan bisa untuk bernegosiasi dengan premis unik
milik Ant-Man. Film ini memang memiliki konflik yang terlihat lebih personal
dibandingkan dengan film-film manusia super lain milik Marvel. Ant-Man memiliki
konflik dengan skala yang lebih kecil layaknya seekor semut. Apa yang
memengaruhi plot cerita hanya seputar konflik keluarga dan rekan bisnisnya
tanpa ada impact dari villain untuk menguasai dunia.
Meski Ant-Man akan terlihat menjadi manusia super berukuran kecil,
tetapi filmnya memiliki banyak sekali poin yang terasa sangat besar. Dengan
konflik yang lebih sempit dan premis yang lebih unik, kedua hal ini lah yang
ternyata yang menjadi kelebihan dari Ant-Man. Film arahan Peyton Reed ini bisa
menggabungkan sebuah Heist movie dengan tema manusia super dan juga tak lupa
konflik keluarga dengan takaran yang pas. Sehingga, Ant-Man memiliki kuantitas
hati yang terasa lebih besar ketimbang film-film Marvel lainnya.
Edgar Wright dan Joe Cornish pun memiliki naskah yang mampu
menggelitik penontonnya tanpa perlu kehilangan identitas mereka di dalam
film-film sebelumnya. Hanya saja, tentu Edgar Wright dan Joe Cornish tidak bisa
tampil se-eksperimental mungkin seperti film yang mereka garap sendiri. Jelas,
ini karena Marvel membutuhkan sesuatu yang lebih terasa universal terlebih
untuk karakter manusia super baru yang belum memiliki pangsa pasar yang jelas.
Naskah milik Edgar Wright dan Joe Cornish selalu bisa menghadirkan
humor-humor pintar dan padat tanpa perlu terasa memaksa. Guyonan sarkastik
menjadi andalan bagi Edgar Wright tetapi sangat berhasil membuat penonton
sangat terhibur saat menonton Ant-Man. Juga, berbagai tata adegan yang mampu
bergerak sangat dinamis dengan berbagai tempelan subplot cerita yang malah tak
membuat Ant-Man menjadi sajian yang tersendat-sendat.
Dan Peyton Reed hadir untuk mengarahkan film Ant-Man menjadi sajian
yang sangat menyenangkan. Menawarkan sesuatu yang malah terlihat segar dengan
film yang menggunakan template yang sudah terasa familiar bagi penontonnya.
Ant-Man memiliki sekuens aksi yang berbeda, meski terlihat besar, tetapi
dipresentasikan dengan skala ukuran yang kecil. Dan hal tersebut pun, tak
lantas menjadi suatu kelemahan bagi Ant-Man untuk menjadi sesuatu yang sangat
menyenangkan untuk diikuti.
Dengan Paul Rudd sebagai aktor utama, Ant-Man sangat terasa pas
dengannya. Dia berhasil menghadirkan suasana komedi tanpa perlu berusaha keras
menjadi seseorang yang konyol. Meski begitu kharismanya sebagai manusia super
tetap ada di dalamnya. Dan Michael Pena yang juga berhasil menjadi pemeran
pendukung yang mencuri perhatian penontonnya. Lewat karakternya, dia menjadikan
Ant-Man menjadi sesuatu yang mengocok perut penontonnya.
Meski memiliki ukuran mikro seperti seekor semut, Ant-Man memiliki
sesuatu yang sangat besar di dalamnya. Hadir lewat premisnya yang unik, naskah
yang dinamis, dengan arahan yang tepat sehingga Ant-Man menjadi salah satu film
Marvel yang sangat menyenangkan untuk diikuti. Pun, Ant-Man memiliki kuantitas
hati yang akan terasa lebih besar daripada film Marvel lainnya. Dengan
konfliknya yang personal dan lebih sempit, tak menjadikan Ant-Man tak bisa
sebesar film-film Marvel sebelumnya. Dan ini adalah Penutup yang bagus bagi Marvel
Cinematic Universe Phase 2.
Halo mas Arul, salam kenal ya.
BalasHapusKalo boleh bisa tukeran link, kebetulan sy juga punya blog film.
Thank you!
Hai, juga.
HapusBoleh juga. Link-nya apa ya?
sebenarnya Ant-Man itu penutup Phase 2, gan
BalasHapusnanri baru Captain America: Civil War pembuka Phase 3
Ah, iya. Belum sempet diganti kapan hari.
HapusTerima kasih ya.
saya fans baru blognya mas arul. pengen punya blog kek masnya :/ yang bikin kagum lagi kok ane gak liat satupun benner iklan.... padahal dengan PV agan bisa kaya... salut :D salam kenal yaaa saya IKAN piranha :D
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan sarannya.
HapusAwalnya saya mau pasang, cuma masih belum tahu tentang kelanjutan blog ini bakal seperti apa. Ternyata responnya cukup baik.
kalo aku kok kurang sreg sama film ini ya mas hehehe
BalasHapusrasanya "the astonishing ant-man" berubah jadi "the ridiculous ant-man"
rasanya peyton reed kurang mengeksploitasi konflik batin di diri masing masing tokoh
bahkan konflik batinnya scot lang lebih kerasa di komik Avenger : Rage of Ultron
mohon koreksinya mas hehe
Mungkin dengan tujuan Marvel agar mulai mengenalkan Ant-Man ke publik, makanya film ini dibuat sekomersil mungkin. Dan hal itu juga berpengaruh dengan bagaimana film Ant-Man dipresentasikan.
Hapus