Disney kembali berusaha untuk merepresentasikan (baca: mengkapitalisasikan) kebudayaan yang ada di seluruh Dunia lewat karya-karya animasinya. Tujuannya (mungkin) mulia untuk bisa mengenalkan budaya tertentu yang mungkin belum pernah diketahui oleh orang sebelumnya. Sejak Moana yang sangat menitikberatkan nilai-nilai luhur budaya Polynesian di dalam filmnya. Mungkin belum seutuhnya benar dalam memberikan representasi, tapi Disney memiliki arah ke sana.
Kali ini, Disney menghadirkan kisah yang diambil dari kultur budaya Asia Tenggara. Bukan mewakili salah satu negara, tapi berusaha untuk menggabungkan budaya dari negara-negara tersebut.
Raya and The Last Dragon disutradarai oleh Don Hall yang pernah menggawangi Big Hero 6 yang juga mengangkat sedikit kultur asia. Serta, ada pula Carlos Lopez Estrada, sutradara yang pernah melahirkan kisah hebat dan penting dalam debutnya lewat film Blindspotting. Film ini juga dimeriahkan oleh pengisi suara dengan nama-nama besar seperti Awkwafina, Kelly Marie Tran, Gemma Chan, Benedict Wong, hingga Sandra Oh.
Usaha Disney untuk bisa memberikan sentuhan berbeda dalam karakter-karakter Princess Disney sudah ada sejak kemunculan Tangled. Di mana karakter perempuannya mulai sedikit mendominasi dan bisa mengambil keputusannya sendiri. Hal ini berkembang hingga titiknya adalah dalam film Moana di mana tak ada sedikit pun mengulik tentang problematika cinta dalam filmnya. Raya and The Last Dragon juga memiliki hal serupa di dalam filmnya. Fokus tentang bagaimana perempuan bisa menyelamatkan dunianya.
Begitulah yang terjadi dalam konflik yang diangkat di dalam film ini. Negara Kumandra yang ditinggali oleh Raya (Kelly Marie Tran) ini tak lagi bersatu. Negara Kumandra yang terdiri dari Heart, Tail, Fang, Talon, dan Spine ini terpecah karena Dragon Gem yang disimpan di tempat milik Heart. Maka dari itu, untuk mengilangkan kebencian yang selama ini terjadi, Chief Benja (Daniel Dae Kim), ayah Raya, berusaha untuk mempersatukan kaum-kaum ini sehingga Kumandra menjadi satu lagi.
Tetapi yang terjadi malah terjadi pengkhianatan. Dragon Gem ini terpecah menjadi beberapa bagian yang disimpan oleh setiap kaum di dalam Kumandra. Hal ini mengakibatkan Druun datang kembali menyerang manusia dan mengubahnya menjadi batu. Hingga 6 tahun kemudian semenjak konflik ini berlangsung, Raya berusaha untuk menemukan kembali Naga terakhir untuk membantunya mengumpulkan kembali Dragon Gem yang terpecah dan membuat negara Kumandra bersatu kembali. Tetapi, yang terpenting bagi Raya adalah mengembalikan kembali sang Ayah yang terkena serangan Druun.
Kisah yang diangkat oleh Raya and The Last Dragon ini memang sangat khas Disney. Pernah dipakai oleh kisah-kisah Disney yang lain. Jadi, meskipun Raya and The Last Dragon ini tak diadaptasi dari kisah yang ada, tapi bukan berarti film ini sepenuhnya orisinil. Meski begitu, di kisahnya yang formulaik ini, Raya and The Last Dragon berhasil menjadi sebuah tontonan yang menarik untuk diikuti hingga akhir. Raya and The Last Dragon menjadi entry film animasi Disney yang ditangani dengan matang sehingga hasilnya pun solid.
Segala penuturan kisahnya berjalan lancar dengan berbagai filosofi tentang persatuan dalam perbedaan yang berusaha disematkan di dalam berjalannya plot di film ini. Pun, tetap diselingi dengan guyonan segar yang dengan Mudah membuat penontonnya tertawa. Inilah yang penting dalam Raya and The Last Dragon. Di mana kisahnya yang familiar ini berhasil dituturkan lagi dengan baik oleh Don Hall dan Carlos Lopez Estrada. Sehingga, mengikuti perjalanan Raya di 100 menitnya untuk mengumpulkan dragon gem di berbagai tempat ini akan terasa sangat mengasyikkan dan seru untuk dinikmati bagi penonton di semua kalangan usia.
Selain bagaimana penuturan kisah dan bagaimana kedua sutradara di film animasi ini berkolaborasi hingga menjadi harmoni, ada beberapa pesan simbolik lain yang berusaha disampaikan di dalam filmnya. ‘Misi penyelamatan dunia’ yang diangkat di film ini bukanlah usaha untuk memenuhi ego seseorang saja. Tetapi, dunia yang ditempati oleh banyak orang ini juga perlu usaha dari orang-orang lain dengan tujuan yang sama agar bisa ditinggali dengan damai.
Maka dari itu, kelima karakter yang ada di dalam film ini dan membantu Raya seakan memberikan pengertian tentang lintas generasi yang memiliki tujuan yang sama. Dari Raya, Namaari, Boun, Tong, hingga Noi adalah perwakilan dari setiap generasi dari Boomer hingga Gen Z. Seakan memberikan pengertian kepada penontonnya bahwa apabila setiap generasi memiliki tujuan yang sama tanpa adanya perasaan superior dibanding yang lain, sepertinya dunia akan lebih tentram. Begitu pula Druun yang menggambarkan tentang kebencian di dunia yang lahir dari manusia yang saling terpecah belah dan acuh atas satu sama lain. Memberikan pesan bahwa Druun yang mengubah manusia menjadi batu ini adalah hati mereka yang sudah sekeras batu dan mementingkan ego pribadi masing-masing.
Pun, setiap karakternya juga memiliki keberagaman dalam gender bahkan elemen dalam Dunia. Tak hanya manusia saja yang hadir sebagai makhluk hidup, tapi juga ada makhluk-makhluk lain yang sesungguhnya bisa hidup secara harmoni.
Pesan tentang perdamaian, tentang menjadi satu, adalah misi Raya and The Last Dragon dalam konfliknya. Semua elemen harus bisa berjalan beriringan dan saling mempercayai satu sama lain seperti kaum-kaum yang ada di film ini sehingga Kumandra bisa kembali Utuh. Pesan penting yang dituturkan secara simbolik ini dirangkum dengan sangat menyenangkan. Meski tidak dapat referensinya secara detil, pesannya pun tetap tersampaikan.
Untuk urusan representasi tentang negara Asia Tenggara di dalam Raya and The Last Dragon, mungkin para kreator menyematkan beberapa unsur dan menggabungkannya menjadi satu. Ini mungkin akan membuat representasinya sedikit kabur. Tapi, setidaknya lewat Raya and The Last Dragon, Disney mulai memunculkan awareness kepada dunia tentang eksistensi dari benua ini. Menjadikannya sebagai jalan pembuka tentang kultur Asia Tenggara lain yang menarik untuk diangkat di dalam film-film lainnya.
Sehingga, dengan segala pesan, kemegahan, dan keseruan dalam Raya and The Last Dragon, membuatnya menjadi salah satu Disney Canon terbaik di beberapa tahun terakhir ini. Bahkan, di antara kisah-kisah Disney Princess (bila mau disebut demikian untuk karakter satu ini) terbaru, Raya and The Last Dragon adalah yang terbaik yang pernah ada. Sebuah modern classic yang sayang untuk dilewatkan begitu saja! Bagus sekali!
Mungkin karena ceritanya fiktif jadi penggambaran negeri2 di Asia juga tidak betul-betul akurat ya, sengaja dibikin agak kabur (atau membaur? entahlah).
BalasHapus