Maka dari itu, saya putuskan untuk segera membuat daftar film asing terfavorit di tahun 2022 ini. Ada cukup banyak judul yang membuatku terkesima dan cukup susah untuk mensortir judul-judul ini.
Honorable Mentions:
Scream
Feel & Fast Love
Gangubai Kathiawadi
Men
Doctor Strange in the Multiverse of Madness
Oke, langsung saja masuk ke daftarnya.
25. Pearl
Dir. Ti West
Lebih menyukai prekuel dari X ini. Memberikan sebuah horor yang berbeda, tak hanya mencekam tapi juga satir. Horor yang sengaja tak terlihat terlalu horor tapi Malah berhasil membuat penontonnya tak nyaman.
24. Holy Spider
Dir. Ali Abbasi
Sebuah thriller investigasi yang menarik untuk disimak. Tentang orang-orang dengan fanatismenya dalam membela agamanya yang salah kaprah sehingga perempuan bisa jadi korbannya. Menarik untuk diikuti karena isunya penting dan bisa dijadikan objek studi.
23. Triangle of Sadness
Dir. Ruben Ostlund
Sebuah satir yang kacau tentang sebuah kelas sosial dalam sebuah kapal dan tragedinya. Triangle of Sadness menyajikannya dengan kekhasan Ruben Ostlund dengan skala yang jauh lebih besar meski tak sesolid karya dia sebelumnya.
22. Elvis
Dir. Baz Luhrman.
Memang seharusnya Baz Luhrman lah yang cocok untuk mengarahkan biografi Elvis Presley ini. Cara bertuturnya yang eksentrik sangat cocok dengan persona Elvis ini. Menjadikan film biografi ini tak hanya menceritakan tentang dirinya tapi sekaligus rivalry-nya dengan manajernya. Austin Butler dan Tom Hanks adu aktingnya menghipnotis.
21. Glass Onion: A Knives Out Mystery
Dir. Rian Johnson
Memang yang pertama lebih superior dalam membangun misterinya. Tetapi, sekuel ini lebih playful dalam memberikan karakterisasinya. Prosesnya yang menyenangkan ini membuat penonton menantikan perjalanan Benoit Blanc selanjutnya.
20. Emily The Criminal
Dir. John Patton Ford
Debut dari John Patton Ford ini seakan mengkritisi tentang bagaimana penuh celah dan susahnya hidup di Amerika. Aubrey Plaza memberikan performa luar biasa. Tak cuma bisa menaruh simpati, tetapi juga ikut bergidik.
19. The Northman
Dir. Robert Eggers
Kisah kolosal yang diarahkan oleh Robert Eggers ini terlihat “berantakan”. Tetapi, jadinya tak cuma berdarah tetapi juga divisualkan secara puitis, megah, dan Indah.
18. The Unbearable Weight of Massive Talent
Dir. Tom Gormican
Dikemas seperti ebuah meta dari segala film-film milik Nicolas Cage, film ini tak hanya Bagus dan solid. Tetapi, juga seru sekaligus memberikan kontemplasi tentang kehidupan menjadi dewasa yang penuh dilema.
17. Puss In Boots: The Last Wish
Dir. Joel Crawford
Sekuel yang mungkin tak diharapkan penggemar franchise-nya. Tetapi, Puss In Boots: The Last Wish tampil mengejutkan sangat solid, imajinatif, action-packed, sekaligus memberikan plot yang cukup kompleks.
16. Till We Meet Again
Dir. Giddens Ko
Tak hanya membahas tentang cinta-cintaan, tetapi Till We Meet Again ini juga mengulik tentang kehidupan dan kematian. Serta, takdir beserta nilai-nilai tentang reinkarnasi. Giddens Ko berhasil mengemasnya dengan menyenangkan, hangat, sekaligus pedih.
15. After Yang
Dir. Kogonada
Kogonada hadir kembali dengan drama fiksi ilmiah yang ternyata lebih menyorot tentang kehilangan. Tentu saja, film ini hadir menjadi sebuah cerita kontemplatif tentang manusia dan tujuannya yang dikemas puitis dan melankolis.
14. The Innocents
Dir. Eskil Vogt
Mengeksplorasi sisi gelap dunia anak-anak dengan sentuhan psychological horror-nya yang luar biasa kuat. Nontonnya akan dibuat tidak nyaman dan bergidik ngeri. Rasanya memang seperti diteror luar biasa oleh sutradaranya. Solid dan bagus, tetapi cukup ditonton sekali saja seumur hidup!
13. Petite Maman
Dir. Celine Sciamma
Layaknya sebuah surat cinta kepada motherhood, Petite Maman dengan narasinya yang tenang serta personal mampu menggunakan mediumnya untuk berduka dan merelakan. Emosinya subtil tapi membekas seperti film Celine Sciamma sebelumnya.
12. Broker
Dir. Hirokazu Kore-eda
Kalau soal keluarga disfungsi dan Hirokazu Kore-eda, sudah jangan ditanya lagi. Broker berhasil mengantarkan penontonnya ke perjalanan sendu tentang keluarga tak utuh yang pelan tetapi menampar. Sensitivitas Kore-eda memang luar biasa.
11. The Menu
Dir. Mark Mylod
Nonton ini film rasanya seperti sebuah dining experience yang mengejutkan. Kamu akan mempertanyakan menu makanannya dengan yang diolah dengan berbagai cara dan bahan. Sebuah drama thriller yang sarkastik, menyenangkan, dan bikin penasaran.
10. Boy From Heaven
Dir. Tarik Saleh
Film ini memang membutuhkan waktu untuk memahami intrik politik Serta agama yang ada di setting tempatnya. Tetapi, sekalinya sudah paham, kamu akan dibuat bingung dengan bagaimana oknum-oknum ini menggunakan kedua hal tersebut menjadi alat untuk propaganda yang kejam. Sangat mengikat.
9. Top Gun: Maverick
Dir. Joseph Kosinski
Ini adalah sebuah sekuel yang sangat paham dan hormat dengan sumber aslinya. Di mana, film pertamanya yang generik dengan segala maskulinitas yang ditampilkan. Namun, sekuelnya bisa berkembang menjadi sebuah warisan yang kuat dengan konfliknya yang lebih kompleks. Pun, sekuens aksinya juga mengagumkan.
8. Turning Red
Dir. Domee Shi
Debut pengarahan animasi dari sutradara film animasi pendek Bao ini ternyata menjadi sebuah terobosan baru di film-film Pixar di 10 tahun terakhir. Visualnya jauh lebih imajinatif, penuturannya menyenangkan tetapi tetap punya pesan yang sangat kompleks tentang remaja perempuan dan perubahannya dengan alegori yang mudah dicerna. Keren!
7. Everything Everywhere All At Once
Dir. The Daniels
Karya kedua dari The Daniels ini sangat berani membahas tentang multiverse tetapi pesannya tentang bagaimana orang tua dalam kultur asia yang penuh gengsi untuk mengatakan perasaannya ini dikritik dengan cara yang menarik. Kompleks, exciting, tetapi juga sangat hangat.
6. Tar
Dir. Todd Field
Todd Field menghadirkan sebuah drama psikologis yang berlapis. Mempelajari karakter Tar yang pelan-pelan terbuka sifat aslinya ini akan memakan banyak energi saat menontonnya. Tetapi, kompleksitas dari karakternya sendiri ini lah yang menarik untuk diikuti. Adegan-adegannya pun mencengkeram tanpa perlu banyak teriakan. Ngeri!
5. The Banshees of Inisherin
Dir. Martin McDonagh
Memang Martin McDonagh ini jagonya bikin film dengan konflik yang receh tapi bisa sangat kontemplatif. The Banshees of Inisherin ini juga jadi buktinya. Semua karakternya yang abu-abu ini membuat filmnya jadi kaya. Penonton pun akan ikut mempertanyakan kebenaran dan apa yang terjadi sesungguhnya.
4. The Fabelmans
Dir. Steven Spielberg
Menjadi semi-biografi dari sang sutradara, The Fabelmans menjadi perjalanan surat cinta kepada sinema dan orang-orang yang mencintai apa yang dia sukai. Pengarahan Spielberg di sini terasa tulus dan jujur serta memberitahu penontonnya kekuatan gambar bergerak yang sesungguhnya.
3. Rebel
Dir. Adil El Arbi-Billal Fallah
Duo sutradara ini memang perlu diapresiasi atas karya-karyanya yang range-nya bisa sangat berbeda. Rebel menjadi karya mereka yang temanya paling berat. Menggabungkan berbagai komponen dari aksi, thriller, drama, hingga musikal tetapi semua elemen ini tidak mendistraksi. Penuturannya yang stylish dan raw ini menjadi kekuatannya sendiri dan endingnya bikin patah hati!
2. Decision to Leave
Dir. Park Chan-wook
Setelah segala film-film beliau yang banyak menyoroti cerita-cerita yang packed dan menggebu-gebu, datanglah Decision to Leave yang ternyata lebih tenang tetapi tetap memberikan kesan yang mencengkeram. Neo-noir romance dicampur misteri yang pesimistik namun puitis. Indah namun juga terasa pahit serta getirnya.
1. Aftersun
Dir. Charlotte Wells
Dan film favorit tahun 2022 ini jatuh kepada karya perdana dari Charlotte Wells. Aftersun ini penuturannya tenang. Segalanya seperti kehidupan ayah-anak pada umumnya yang terlihat baik-baik saja, tetapi penuh akan problematika. Seperti mengumpulkan fragmen-fragmen kenangan yang tak utuh tentang memori yang mulai padam. Terkadang perasaan indahnya ada, tetapi detil memorinya belum tentu ingat. Semuanya dituturkan dengan mise-en-scene yang menarik untuk disimak. Belum lagi performa Frankie Koro dan Paul Mescal ini berhasil menumbuhkan simpati hingga di bagian ‘Under Pressure’, semua emosi itu teramu jadi satu dan membuat dada sesak saat menontonnya.
The sheer number of activities and challenges means that boredom is simply not an option in "Wobbly Life." From races and obstacle courses to fishing and cooking, there's always something to do, and it's all presented in a way that's designed to make you laugh. https://wobblylifegame.vercel.app/
BalasHapus