Steven
Spielberg sudah bukan lagi orang lama yang berkecimpung di industri perfilman
Hollywood. Bahkan, karya-karyanya selalu menjadi sebuah karya klasik yang bisa
digunakan sebagai kapsul waktu dan ditonton sepanjang abad. Setelah tahun lalu
menggarap sebuah film serius tentang negosiasi amerika dan rusia, kali ini
Steven kembali membuat sebuah film fantasi yang dapat ditonton bersama
keluarga. Proyeknya kali ini, bekerjasama dengan Disney Studios.
Mengadaptasi
karya penulis cerita anak-anak bernama Roald Dahl yaitu The BFG. Jelas, ini bukan ranah baru bagi Steven Spielberg dalam
menggarap tema serupa. Proyek ini tentu dinanti-nantikan oleh penonton untuk
mendapatkan sebuah film keluarga yang hangat dan menyenangkan untuk ditonton.
Dengan tangan Steven Spielberg, proyek ini akan terlihat sangat menjanjikan
apalagi dengan nama Disney studios sebagai supervisi dari film ini.
The BFG arahan Steven Spielberg ini
layaknya sebuah mimpi di siang bolong bagi pecinta film-film keluarga klasik. Memberikan
sebuah efek nostalgia dengan atmosfir film-film fantasi zaman dulu yang hanya
memerlukan komposisi film yang penuh kemagisan dan emosi di dalamnya. Dan juga,
dipenuhi dengan konflik-konflik yang sederhana. The BFG mencakup semua poin tersebut yang membuatnya menjadi sebuah
sajian klasik yang sudah lama idam-idamkan oleh penonton genre ini. Yang
meskipun, beberapa kendala di The BFG
juga masih menghiasai filmnya.
Beberapa
penonton mungkin akan menganggap plot cerita dari The BFG ini terlalu sederhana dan tak memiliki alasan. Ya,
kelemahan dari The BFG adalah
minimnya konflik-konflik besar yang seharusnya dapat semakin mengikat dan
memperkaya filmnya. Dengan durasi yang cukup panjang yaitu 115 menit, film ini
memang masih kurang memberikan kedalaman di dalam konfliknya dengan pengenalan
yang begitu terasa tergesa-gesa.
Ketika
penonton berusaha untuk memahami dunia yang dibangun oleh Steven Spielberg di
dalam The BFG, ternyata penonton
sudah langsung dibawa ke dalam konflik di 15 menit awalnya. Sehingga, ada
keterbatasan ruang dalam menyampaikan pesan tentang karakternya. Yang meski
begitu, Steven Spielberg akan memperkaya dan menggali lebih dalam lagi
karakter-karakter utamanya dengan berjalannya durasi yang juga ikut bertambah
nantinya.
Begitulah
problematika Steven Spielberg mengenalkan Sophie (Ruby Barnhill), karakter
utama dalam film The BFG yang tinggal
di sebuah panti asuhan. Dia suka sekali berjalan-jalan di area panti asuhan di
tengah malam. Hingga pada akhirnya, secara tak sengaja dia melihat sosok
raksasa besar di sudut jalan yang membuatnya penasaran. Sang raksasa mengetahui
bahwa Sophie sedang melihatnya sehingga raksasa tersebut menangkap Sophie ke
dunianya.
Sophie
dibawa oleh sang raksasa untuk menyembunyikan dunia miliknya kepada umat
manusia. Hanya saja, hal tersebut menambah masalahnya sendiri di dunia
miliknya. Ada raksasa lain yang berusaha menangkap Sophie untuk dijadikan
santapan. Sophie yang sudah lama bersama dengan sang raksasa akhirnya
memanggilnya BFG (Mark Rylance) yang diambil dari singkatan Big Friendly Giant
dan mengatur rencana agar raksasa lain yang ingin memakan Sophie mendapatkan
balasan.
Penonton
mungkin tak berusaha diberitahu siapa itu Sophie dan BFG secara personal. Tetapi,
pintarnya Steven Spielberg berusaha untuk menjadikan karakternya menjadi satu
kesatuan yang utuh. Spielberg memperlihatkan bagaimana proses interaksi mereka
satu sama lain sehingga tumbuh suatu ikatan di antara kedua karakternya yang
kuat. Penonton yang pada awalnya kesusahan untuk berkoneksi dengan karakternya,
menjadi sangat mudah untuk ikut dalam petualangan karakter Sophie dan BFG
melawan para raksasa yang lain.
Kepiawaian
Steven Spielberg tak hanya berhenti di situ, bagaimana Spielberg mempunyai visi
yang luar biasa berpengaruh di dalam film arahannya. Problematika yang sangat
sederhana dan dengan durasi yang panjang, Steven Spielberg memberikan
petualangan yang penuh dengan kemagisan. Sehingga, penonton sama sekali tak
merasakan rasa bosan saat mengikuti petualangan Sophie dan BFG. Memberikan cita
rasa klasik yang mungkin sudah lama sekali absen di film-film dengan genre
sejenis. Dan itulah yang menjadi keunggulan dari The BFG sebagai sebuah film keluarga.
Banyak
adegan-adegan yang dibuat begitu spektakuler dengan visualisasi yang cantik.
Dan tak lupa sentuhan-sentuhan emosi yang dapat membuat penontonnya terenyuh,
merasakan betapa hangatnya cerita yang ditampilkan oleh Steven Spielberg di
dalam The BFG. Sehingga, plot yang
terasa begitu sederhana itu dapat dikemas dan didaur ulang dengan kemasan yang
lebih menarik. Meski sekali lagi, Spielberg mengalami kebingungan dalam
mengakhiri plot utama film ini yang mungkin terkesan tak terlalu muncul ke
permukaan.
Penawaran
penyelesaian konflik yang ada di dalam The
BFG mungkin terasa sangat ringan dan memberikan penekanan bahwa film ini
diperuntukkan bagi keluarga yang sedang ingin melakukan vakansi instan. Dan
juga menjadi poin minus lagi untuk The
BFG bagi penonton yang menginginkan penyelesaian yang lebih fantastis lagi.
Tetapi, kekurangan itu juga lagi-lagi ditutup dengan epilog yang benar-benar
menghangatkan hati penontonnya.
Akan
terasa sangat disayangkan bagi penonton yang melewatkan The BFG arahan Steven Spielberg ini untuk disaksikan di layar
lebar. Karena The BFG menawarkan
sebuah vakansi instan bagi penontonnya ke dunia raksasa yang indah lewat
visualisasi yang megah. Pun, dengan cerita-cerita keluarga sederhana yang mungkin
akan bermain dengan fantasi penontonnya. Meski perjalanan The BFG dalam menceritakan beberapa karakternya juga masih terlihat
buru-buru, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa The BFG masih menyisakan kesan hangat dan penuh petualangan
menyenangkan saat film ini telah berakhir.
Film ini dirilis dalam format IMAX 3D. Berikut rekapan format IMAX 3D untuk film The BFG arahan Steven Spielberg.
DEPTH
The BFG memiliki kedalaman yang cukup bagus dengan visualisasi dunia raksasa yang setidaknya dapat menambah poin jika disaksikan dalam format IMAX 3D
POP OUT
The BFG tak memiliki efek Pop Out yang mencolok mata penontonnya. Sehingga, mungkin format 3D atau IMAX 3D ini akan mengecewakan penontonnya yang menantikan format ini.
Mungkin, The BFG akan terasa wajib untuk ditonton dalam format IMAX 3D, karena format ini memaksimalkan visualisasi dunia yang diarahkan oleh Steven Spielberg. Hanya saja, ketika menantikan efek Pop Out, tentu format ini akan mengecewakan penontonnya. Sehingga, menontonnya dalam format ini mungkin akan menjadi pilihan tergantung selera.
udah nonton dari storynya kurang bagus menurutku biasa aja
BalasHapusdownload film horor