Sabtu, 24 September 2016

PETE’S DRAGON (2016) REVIEW : Harapan dalam Film Keluarga Sederhana


Disney lagi-lagi berusaha mengenalkan lagi sebuah ‘charm’ cerita dongeng yang pernah dia miliki di film-film sebelumnya. Tujuannya adalah memberikan sebuah jalinan cerita tanpa pretensi yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. Tahun ini ada The Jungle Book dan The BFG yang mengusung penuturan cerita formula lama yang ternyata masih bekerja dalam mengikat penontonnya. Maka, tak salah jika Disney mencobanya sekali lagi lewat sebuah reboot dari karya lama dan dikonversi menjadi lebih baru.
 
David Lowery lah yang dijadikan sebagai sutradara dari reboot Pete’s Dragon di tahun ini. Pintarnya, David Lowery tak mentah-mentah mengadegankan ulang apa yang ada di dalam film sebelumnya. Sang sutradara memberikan revisi dari Pete’s Dragon terdahulu untuk divisualkan kembali menjadi sebuah cerita dongeng yang pas untuk masa kini. Sehingga, David Lowery memberikan visi terbarunya dan menjadikan Pete’s Dragon adalah sebuah film keluarga yang berbeda.

Kesederhanaan adalah sebuah kata kunci untuk memunculkan keajaiban dari film Pete’s Dragon. Tak perlu superioritas teori berlebihan untuk berusaha memahami setiap adegan di film Pete’s Dragon secara mendalam. Film ini tak memiliki sebuah pretensi untuk menjadi sebuah tontonan yang berlebihan, sekedar sebagai sebuah film fantasi keluarga yang memberikan rasa hangat dan menyenangkan penontonnya. Hanya saja, sentuhan dari David Lowery ini akan membuat Pete’s Dragon sebuah tontonan keluarga yang berbeda. 


Penuturan Pete’s Dragon menjadi sangat indah dengan penuh romantisasi yang mungkin tak ada kesan paksaan. Pete’s Dragon bagaikan sebuah bait dari baris-baris puisi yang divisualisasikan lewat beberapa adegan tanpa ada kesan berlebihan. Tujuan Pete’s Dragon dalam sebuah film tentu untuk menumbuhkan kembali kesan-kesan magis yang ada di dalam sebuah film keluarga. Tanpa perlu konflik dengan problematika yang kompleks, tetapi masih dapat menimbulkan sebuah kesan bahwa Pete’s Dragon adalah sebuah film yang tak gampangan.

Alternatif yang ditawarkan dari Pete’s Dragon jelas dari bagaimana David Lowery memceritakan setiap detil cerita dari Pete’s Dragon. Memasukkan unsur-unsur emosi yang kental sehingga penonton akan dengan mudah memberikan simpati kepada karakter Pete atau pun kepada sang naga Elliot. Kisah dari Pete’s Dragon yang seharusnya memberikan sebuah kejadian yang memburukkan penontonnya tetapi David Lowery memberikan secercah cahaya dan harapan atas peristiwa buruk tersebut. 


Dibuka dengan bagaimana Pete kecil yang akan pergi bertamasya dengan keluarganya. Sayangnya, perjalanan tamasya itu pupus karena mobil yang ditumpanginya menabrak sesuatu dan terguling ke dalam sebuah hutan. Pete yang selamat berjalan menyusuri hutan dan bertemu dengan sosok naga besar bernama Elliot. Pete dan Elliot pun menjalin sebuah relasi pertemanan yang sangat erat hingga Pete tak sadar bahwa dia telah tinggal selama 5 tahun di dalam hutan.

Pete (Oakes Fegley) tak sengaja ditemukan oleh petugas hutan, Grace (Bryce Dallas Howard) dan diselamatkan agar mendapat perawatan yang lebih layak. Tetapi, Pete tetap bersikeras kembali ke hutan untuk menemui temannya yaitu Elliot. Tetapi, nyawa Elliot sedang dalam bahaya karena orang-orang berusaha untuk memburunya karena Elliot adalah seekor naga legendaris yang hanya digadang sebagai sebuah mitos.


Pertemanan dua makhluk berbeda, problematikanya mungkin akan sama saja di setiap film dengan tema serupa. Jadi, beberapa orang akan menganggap bahwa Pete’s Dragon akan penuh dengan unsur klise dan generik. Tetapi, yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana David Lowery memberikan sebuah harapan di setiap kejadian dalam Pete’s Dragon. Bagaimana David Lowery juga mengajarkan tentang apa arti merelakan dalam setiap hal di mana orang-orang masih belum tahu benar cara mengatakan hal tersebut.

Arti tentang sebuah harapan pun sudah diperlihatkan di adegan pembuka, bagaimana adegan kecelakaan mobil dikemas dengan visual yang begitu puitis. Tak menyisakan sebuah kesan depresif melainkan menimbulkan kesan melankoli yang lebih pas. Membuka mata penontonnya dengan kata ‘adventure’ yang artinya berpetualang sebagai sebuah harapan bagi Pete. Karakter Pete mempunyai tempat lain untuk membangun referensi dan pengalamannya sendiri untuk berinteraksi. Hutan digunakan sebagai tempat memperkaya itu, yang meski terisolasi tetapi Hutan adalah sebuah harapan bagi manusia untuk tetap bertahan hidup. 


Permainan puisi visual ini tak semata-mata muncul begitu saja. Sebuah pengarahan sinematografi yang kuat dan dipermanis dengan lantunan musik pengantar tanpa ada kesan berlebihan dari Daniel Hart itu lah yang mengangkat gaya penuturan dari David Lowery. Dengan beberapa sokongan dalam hal teknis itu, David Lowery mengajarkan tentang sebuah arti merelakan seseorang. Bagaimana David Lowery menggambarkan dengan adegan Pete sedang kabur dari rumah sakit, menuju ke hutan menemui Elliot.

Diiringi dengan lantunan lagu milik The Lumineers dengan lirik ‘nobody knows how to say goodbye / seems so easy to you try’ menggambarkan perasaan bagaimana Pete sedang mengalami resistensi akan arti sebuah kata ‘selamat tinggal’. Di sini, David Lowery memberikan penggambaran tentang apa itu merelakan dengan menyematkannya pada karakter Pete. Menjadikannya sebagai medium penyampaian pesan-pesan moralitas tanpa melulu harus diekspos dengan derai air mata berlebih. Yang ternyata, hal itu ternyata ampuh menjadi sebuah senjata bagi penontonnya untuk dengan suka rela memberikan sumbangsih air mata kepada kehidupan Pete. 


David Lowery berhasil merangkul segala teknis maupun ikatan emosi dari para pemain filmnya sehingga Pete’s Dragon menjadi sebuah film penuh akan kontemplasi kehidupan dengan sajian universal. Tak memiliki pretensi apapun menjadi sesuatu yang superior, tetapi berhasil membuat penontonnya terenyuh. Alternatif cerita yang minim itu diperkaya dengan bagaimana David Lowery menyampaikan cerita dengan visual-visual cantik yang terlihat seperti sebuah puisi penuh dengan bait-bait romantisasi atas kehidupan pahit milik Pete. Sehingga, tak heran apabila Pete’s Dragon akan dengan mudah merebut perhatian penontonnya yang rindu akan film keluarga yang juga memberikan pelajaran akan arti harapan dan merelakan dengan penyampaian yang lugu layaknya Pete.

2 komentar:

  1. Haven't seen the movie yet but I think I will watch it with the family.

    BalasHapus
  2. Nice review. Just watched this movie and it's so good

    BalasHapus