Siapa yang tak kenal dengan trio komedian Dono, Kasino, dan Indro?
Nama mereka menjadi salah satu sosok legendaris yang dikagumi oleh banyak orang
yang pernah mengikuti zaman kejayaan mereka. Mereka menyebut diri mereka
‘Warkop DKI’ yang sudah memiliki banyak sekali film-film dan serial televisi. Dono dan Kasino yang telah wafat, membuat grup
komedian ini sudah absen selama beberapa tahun. Beberapa pihak ingin sekali
‘menghidupkan kembali’ sebuah ikon komedi legendaris di Indonesia ini.
Maka, Falcon Pictures yang sudah sering bekerjasama dengan Indro
Warkop akhirnya melahirkan kembali trio komedian ini dengan sosok baru.
Bersama dengan Anggy Umbara, Falcon Pictures berinisiatif untuk membuat Warkop
DKI Reborn yang tetap mengangkat nama Dono, Kasino, dan Indro tetapi dengan
wajah yang berbeda. Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, dan Tora Sudiro
dipercaya untuk melakonkan sosok legendaris ini ke dalam sebuah film berjudul
Jangkrik Boss yang dibagi menjadi dua bagian.
Jelas, proyek ini mendapatkan sorotan yang sangat besar dari calon
penonton karena rasa penasaran mereka terhadap kapabilitas ketiga aktornya. Word of Mouth dari film ini
pun semakin besar dan mendapatkan antusiasme yang cukup tinggi. Bagusnya, Ketiga
aktor tersebut, secara performa, sangat berhasil menangkap semangat dari Warkop
DKI lama. Hanya saja, problematika muncul dari bagaimana Anggy Umbara mengarahkan filmnya dan naskah dengan treatment komersialisasi.
30 menit awal terlihat benar bagaimana tingkah laku Abimana Aryasatya, Tora Sudiro, dan Vino G. Bastian yang berusaha keras meyakinkan penonton bahwa mereka sangat kompeten
untuk melahirkan kembali komedian legendaris tersebut. Muncul banyak sekali
sketsa-sketsa komedi yang menggambarkan dan memiliki semangat Warkop DKI kala
itu. Komedi-komedi slapstick yang dikemas ulang dengan isu-isu masa kini
sehingga penonton akan terasa sedikit relevan.
Sehingga ketika sketsa-sketsa penuh tribute itu berhenti dan kewajiban Anggy Umbara untuk memberikan
jalan cerita dari Jangkrik Boss Part 1 ini malah menjadi sebuah perjalanan
tensi yang menurun. Plot cerita di dalam Jangkrik Boss Part 1 menjadi sebuah
problematika utama yang seharusnya perlu ditinjau ulang agar Warkop DKI Reborn
tetap menjaga excitement yang sudah
terlanjur muncul di awal film. Sehingga, penonton mungkin akan merasa kecewa
dengan perjalanan cerita yang belum tuntas tersebut.
Tingkah laku Dono (Abimana Aryasatya), Kasino (Vino G. Bastian), dan
Indro (Tora Sudiro) sebagai CHIPS yang seharusnya membantu menertibkan keadaan
ternyata malah membuat banyak sekali kekacauan. Sehingga, mereka perlu untuk
membereskan banyak sekali hal yang menjadi tanggung jawab mereka. Mereka pun
diberi hukuman untuk membayar denda sebanyak 8 Milyar. Atas ulahnya tersebut mereka mencari
cara agar mendapatkan uang itu.
Mulai dari meminjam uang dari saudara Dono hingga menjual
barang-barang yang dimilikinya. Hingga suatu ketika, mereka menemukan sebuah peta
harta karun dari kantong milik seseorang yang tergeletak di tengah jalan.
Akhirnya, Dono, Kasino, dan Indro berusaha untuk menemukan harta karun tersebut
yang ternyata membawa mereka ke negeri Jiran, Malaysia. Tetapi, ketika sampai,
Peta tersebut terbawa oleh seorang wanita berbaju merah yang memiliki tas yang
sama dengan mereka.
Di sinilah problematika dari Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 1.
Keseluruhan film mungkin sudah dirangkum ke dalam sebuah sinopsis pendek di atas. Bagian kedua film Jangkrik Boss nanti, mungkin Anggy Umbara akan lebih
berusaha untuk menyampaikan ceritanya. Mungkin banyak yang mengatakan bahwa
sejak kapan film-film Warkop DKI mementingkan plot di dalamnya, tetapi yang
perlu ditekankan di sini adalah bagaimana Anggy Umbara memberhentikan ceritanya yang
baru jalan 30 menit.
Di dalam Jangkrik Boss Part 1, Anggy Umbara lebih memaksa penonton
untuk menerima nostalgia akan segala bentuk sketsa komedi milik Warkop
DKI lama di beberapa adegan awal. Segala sketsa komedi itu dengan sukses
menyampaikan segala keinginan Anggy Umbara untuk menyelesaikan misi tersebut.
Tetapi, keambisiusan dalam menyelesaikan misi itu ternyata berlangsung terlalu
lama sehingga berdampak dalam bagaimana Anggy Umbara menyampaikan pesan lain
dalam sebuah plot.
Plot dalam cerita menjadi bias di antara sketsa-sketsa komedi
yang berada di dalam filmnya. Sudah ada i'tikad baik dari Anggy Umbara yang berusaha untuk
memberikan briefing tentang konflik dalam
Jangkrik Boss Part 1. Terdistraksi dalam menjalankan plot utama dikarenakan
oleh subplot yang bertebaran mungkin akan wajar, tetapi Anggy Umbara terlalu lama bercengkrama dengan segala gangguan tersebut. Sehingga, Jangkrik Boss Part 1
tak menjalankan pion ceritanya secara utuh sehingga itu menjadi poin yang harus
diperbaiki lagi.
Perjalanan dan pengenalan kembali karakter Dono, Kasino, dan Indro di
dalam Jangkrik Boss Part 1 sudah terasa cukup. Butuhnya keefektifan dari
Sutradara film inlah poin yang perlu diperhatikan, yang mana seharusnya sudah
dapat diprediksikan sebelumnya tanpa memotong plot cerita --yang bahkan terasa
kasar. Jangkrik Boss Part 1 terasa sibuk
menumpulkan pemikiran penontonnya dengan berbagai terpaan sketsa komedi di
dalamnya sehingga membentuk sebuah realita baru yang melupakan hak penonton
dalam mendapatkan sebuah pesan yang utuh.
Plot cerita yang belum tuntas bila diiringi dengan problematika penuh
kompleksitas dalam penuturannya mungkin masih mendapat kewajaran dari penonton.
Tetapi, plot dalam Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 1 ini pun tak
memiliki kompleksitas yang rumit dan membaginya menjadi dua bagian akan
menimbulkan respon setelah menonton yang membuat penontonnya berkubu. Ada yang
menantikan film selanjutnya, atau mungkin jera untuk mengikuti film-film
selanjutnya.
Atas nama komersialisasi, Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss membagi
diri menjadi dua bagian dengan jumlah penonton yang sudah mencapai 6 juta.
Tetapi, sekali lagi, penonton pun perlu mendapatkan sebuah pesan yang utuh dalam
sebuah film. Kontinuitas yang dibangun oleh sutradara atau pun rumah produksi
dalam komersialisasi sebuah produk mereka mungkin sudah tak bisa dihindari lagi.
Hanya saja, perlu treatment bagaimana mereka mengemas sebuah kontinuitas produk
mereka tanpa melupakan hak penontonnya untuk mendapatkan sebuah pesan yang
utuh.
Maka dari itu, Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 1 ini memiliki
banyak sekali potensi untuk menjadi sebuah sajian universal penonton
Indonesia. Pun, aktor-aktornya berhasil mengembalikan semangat-semangat Warkop
DKI lama sehingga akan menimbulkan efek nostalgia. Tetapi, bagaimana Anggy
Umbara lupa melaksanakan kewajibannya untuk menyampaikan sebuah pesan atau
cerita secara utuh ini perlu diperhatikan lagi. Membagi Jangkrik Boss ke dalam
sebuah dua bagian mungkin tak salah atas nama komersialisasi, tetapi tambahkan
saja beberapa poin yang pada akhirnya dapat membuat penonton mengerti bahwa
memang Jangkrik Boss ini memiliki urgensi menggunakan template ini.
wah wajib nton nih
BalasHapusdownload film Comedy
awalnya skeptis, tp jstru dr skeptisan itulah mncul gelora penasaran yg berujung film nya menjadi hypes luar biasa
BalasHapusngakak.wkwkw
BalasHapus