DC Extended Universe kembali mengeluarkan sebuah kisah salah satu
manusia supernya untuk dikenalkan agar bangunan dunianya semakin memiliki
dimensinya. Digadang sebagai sebuah film manusia super wanita pertama yang
dibuatkan filmnya sendiri –meskipun sebenarnya sudah ada beberapa film-film
manusia super yang dibuat sebelumnya –DC Extended Universe menunjukkan
taringnya bahwa dunianya sudah menjadi sesuatu yang perlu diantisipasi.
Wonder Woman yang diperankan oleh Gal Gadot ini akhirnya mendapatkan
porsinya untuk bercerita tentang dirinya. Patty Jenkins, seorang sutradara
perempuan yang kredibilitasnya sudah diakui oleh Academy Awards lewat film Monster memiliki kesempatan untuk
mengarahkan cerita manusia super wanita ini. Selain itu, film ini juga dibintangi
oleh Chris Pine dan beberapa aktor aktris lainnya sehingga Wonder Woman menjadi
salah satu film yang diantisipasi oleh banyak orang.
Setelah Batman V Superman : Dawn of Justice dan Suicide Squad,
film-film milik DC Extended Universe tak memliki performa yang bisa membuat
terkagum. Bahkan, kedua film tersebut memiliki performa jauh di bawah film-film
manusia super lainnya. Sehingga, menantikan film-film DC Extended Universe tak
bisa membuat hati berdegup kencang, kecuali para penggemar komik yang telah begitu
dekat dengan karakter-karakter di dalam DC
Comics.
Ketika Wonder Woman dirilis, film ini mendapatkan resepsi kritik yang
begitu dipuji-puji. Wonder Woman digadang menjadi sebuah kisah asli manusia
super yang sangat segar dibandingkan dengan kisah-kisah dari manusia super
lainnya. Dengan munculnya klaim hiperbolis seperti itu, Seketika muncul sebuah
harapan baru bagi kelanjutan DC Extended Universe selanjutnya. Tentu semua
berharap DC Extended Universe bisa menjadi alternatif tontonan kisah-kisah manusia
super di sebuah pengalaman sinematis yang ada.
Tetapi, semua kembali dari bagaimana pengalaman dan referensi setiap
penonton yang ada ketika menonton Wonder Woman. Sejujurnya, Wonder Woman memang
memiliki nafas yang terasa berbeda daripada film-film DC Extended Universe. Hanya
saja, ketika disangkutpautkan dengan kata-kata “sangat segar” rasanya Wonder
Woman juga tidak bisa dikatakan demikian. Wonder Woman punya kisah asli yang
sudah pernah dirasakan oleh penonton di film-film manusia super 4 atau 5 tahun
lalu secara sinematis.
Menceritakan tentang Diana (Gal Gadot) seorang putri amazon yang hidup
dengan tenang pada awalnya. Tetapi, dengan keadaan tenang tersebut, Diana tetap
diperingatkan tentang kejahatan di luar sana yang melibatkan sosok Ares. Dengan
begitu, Diana akan selalu waspada apabila suatu saat kejahatan datang dan
menghancurkan Amazon yang mereka cintai. Hingga pada akhirnya, kekacauan datang
ketika seorang pemuda tiba-tiba terdampar di pinggiran pantai Amazon.
Steve Trevor (Chris Pine), seorang mata-mata yang sedang bertugas ini
terdampar ketika para musuhnya mengejar dirinya. Sehingga, para musuhnya juga
ikut menganggu ketenangan para Amazonian ini. Perang pun terjadi antara
Amazonian dengan musuh dari Steve Trevor yang menyebabkan banyaknya korban
salah satunya adalah saudara perempuan Diana yaitu Antiope (Robin Wright).
Diana menganggap ini semua adalah ulah Ares dan menggunakan Steve Trevor untuk
mencari keberadaan Ares ini.
Mendapatkan sebuah klaim tentang kesegaran dan kejeniusan di dalam
film Wonder Woman, rasanya hal tersebut kurang pas. Sebagai sebuah film origin story, Wonder Woman sebenarnya
memiliki formula yang pernah digunakan oleh berbagai film asal mula superhero
lainnya. Memang, ada rasa naif di dalam sosok manusia super yang muncul dari
karakter Wonder Woman. Tetapi, Wonder Woman tak sepenuhnya menjadi sebuah
tontonan yang mendapat klaim kata “segar”. Wonder Woman mungkin akan lebih
tepat dikatakan sebagai pemicu rasa nostalgia.
Dengan durasinya yang mencapai 141 menit, Wonder Woman muncul
menceritakan sesuatu yang terlalu biasa.. Tetapi, secara bertutur, Wonder Woman
tak ayal adalah sebuah film dengan plot yang lurus-lurus saja dengan penyelesaian
konflik yang seadanya. Pembangunan dunia para Amazonian muncul terlalu
sebentar, sehingga tak ada korelasi emosi yang muncul antara karakter dan juga
penontonnya. Ketika penonton sudah mulai terkoneksi dengan ceritanya, poin
pemantik konflik di dalam film ini muncul terlalu cepat. Sehingga, bangunan
dunia milik Wonder Woman tak bisa mengikat begitu kuat.
Kejeniusan Allan Heinberg di dalam naskah yang ditulisnya adalah
ketika menggunakan Wonder Woman sebagai medium untuk menyampaikan kesetaraan
perempuan yang sedang menjadi isu sosial di berbagai belahan dunia. Kenaifan
yang muncul menjadi sifat dari Wonder Woman adalah cara bagaimana Allan
Heinberg memberikan pengertian tentang bagaimana peran gender muncul dari setiap manusia. Bukan ingin berprasangka buruk,
mungkin hal inilah yang membuat Wonder Woman mendapat resepsi baik. Wonder
Woman adalah sebuah propaganda politik tentang marjinalitas kaum perempuan. Tetapi,
ketika melihat Wonder Woman sebagai film itu sendiri, sebenarnya tampil baik
tetapi performanya tak muncul sebaik itu.
Dengan durasi 141 menit, Wonder Woman seharusnya bisa memiliki
komplikasi yang lebih baik lagi untuk membangun setiap plot beserta subplotnya.
Tetapi, di akhir 20 menit, Wonder Woman masih memiliki keterbatasan dalam
menyelesaikan konflik. Membuat filmnya terkesan memiliki banyak sekali subplot
yang perlu diselesaikan karena munculnya 2 karakter villain yang tertuduh menjadi karakter yang penting. Tetapi dengan
konklusi seperti itu di dalam filmnya, dalih tentang 2 karakter penjahat
tersebut terkesan sia-sia dan tak memiliki tujuan utamanya. Belum lagi keklisean
yang muncul di dalam konklusi Wonder Woman yang melihatkan bahwa tak ada lagi
unsur “segar” di dalam film ini.
Memang, sebagai sebuah film yang berada di dalam DC Extended Universe,
ini adalah sebuah film yang segar. Tetapi, ketika dibandingkan dengan berbagai
film manusia super yang ada, Wonder Woman hanyalah repetitif bahkan adaptasi
dari berbagai referensi dengan performa yang cukup tapi tak semegah itu.
Menonton Wonder Woman dan memahaminya butuh referensi dan pengalaman dari dalam
diri. Sehingga, ketika selesai menonton, Wonder Woman adalah hal yang bisa
didiskusikan untuk saling berbagi pengalaman dan referensi. Wonder
Woman mungkin lebih tepat untuk mendapatkan predikat “nostalgic” ketimbang menggunakan kata-kata “segar” yang sebenarnya
menimbulkan anomali.
Boleh cek blog saya tentang wonder woman.
BalasHapushttp://knightofsynthesis.blogspot.com/2018/08/wonder-woman-apakah-manusia-pantas_28.html
siapa tau dapet insight baru. Makasih sebelumnya
Looks good, thanks for sharing!
BalasHapusAborcja Londyn