Selasa, 21 Agustus 2018

CHRISTOPHER ROBIN (2018) REVIEW : Kisah Klasik Beruang Pandir

 
Setelah A Wrinkle In Time, tahun ini cukup banyak film Live Action dari Disney yang dirilis. Salah satunya adalah sebuah film yang berasal dari karakter rekaan dari buku milik A.A. Milne. Christopher Robin mengembalikan masa kecil penggemar karakter Winnie The Pooh, Tigger, Piglet, dan kawan-kawannya di zaman sekarang. Meskipun, film live action ini tak benar-benar diadaptasi dari cerita dari buku A.A.Milne tetapi gabungan dengan film-film animasi buatan Disney sebelumnya.

Christopher Robin dipromosikan sebagai sebuah film keluarga yang bisa ditonton oleh banyak kalangan. Dengan cara promosi itu, Christopher Robin bisa dibilang punya orang yang tepat untuk mengarahkan filmnya. Marc Forster, orang yang ditunjuk oleh Disney untuk mengarahkan Christopher Robin yang biasa menangani film-film keluarga mulai dari The Kite Runner dan Finding Neverland. Christopher Robin kali ini diperankan oleh Ewan McGregor dan tentu saja Jim Cummings kembali hadir menyapa penontonnya.

Trailernya yang sudah dipasang tone cerita yang lebih personal dan lebih hangat, tentu saja membuat cukup banyak orang tertarik untuk menonton film ini. Terlebih, karakter Winnie The Pooh dan teman-temannya sebenarnya sudah cukup menjadi senjata utama dari Christopher Robin untuk dijual. Bahkan, target segmentasinya bisa jauh lebih besar karena film ini dapat dikategorikan sebagai sebuah film keluarga. Meskipun, bintang utama film ini sebenarnya adalah karakter Christopher Robin.


Dari trailer dan bahkan judulnya, sudah terlihat bahwa film ini fokus terhadap sosok Christopher Robin yang sedang mengalami krisis di usia paruh bayanya. Christopher Robin (Ewan McGregor) sedang mengalami kebingungan atas pekerjaannya yang selalu menuntut dirinya. Setiap hari dan waktu, Christopher Robin selalu menghabiskan waktu untuk bekerja hingga dirinya lupa memikirkan Istrinya bernama Evelyn (Hayley Atwell) dan anaknya Madeline (Bronte Carmichael).

Pekerjaan yang dilakukan oleh Christopher Robin secara tidak langsung membuatnya tidak dekat dengan keluarganya. Hingga ketika Christopher Robin mulai kebingung untuk menyelesaikan masalah di kantor dan keluarganya, sosok dari masa lalunya hadir secara mendadak. Sosok beruang kecil penyuka madu bernama Winnie The Pooh (Jim Cummings) hadir kembali di kehidupan Christopher Robin. Kehadirannya membuat Christopher Robin mulai memikirkan kehidupannya.


Terlihat memang bagaimana Christopher Robin memang tak langsung terkonsentrasi dengan satu sumber saja. Terlihat bagaimana Alex Ross Perry dan Tom McCarthy berusaha untuk memasukkan kekhasan karakter Winnie The Pooh dan teman-temannya di dalam filmnya. Mereka bisa mengelaborasi beberapa referensi dari film-film lepasan dari Winnie The Pooh dengan buku klasiknya untuk dimasukkan ke dalam Christopher Robin. Sehingga, penonton yang hanya kenal lewat film-film lepasan dan serinya ini sangat bisa merasakan unsur nostalgianya itu.

Christopher Robin adalah sebuah film yang diarahkan untuk menjadi media penyelamat diri dari pribadi yang terlalu serius. Marc Forster seperti memberikan sebuah surat cinta bagi para dewasa yang sedang mengalami stres luar biasa dalam hidupnya seperti karakter Christopher Robin yang sedang mengalam mid-life crisis di dalam film ini. Lewat Christopher Robin, Marc Forster memberikan spasi dalam hidup agar seimbang dan semakin dekat dengan anggota keluarga penontonnya.


Christopher Robin berusaha untuk mengartikan kalimat "work life balance" yang sangat relevan dengan penontonnya. Lewat Christopher Robin, Marc Forster berusaha mengajak penontonnya berhenti sejenak dari kehidupan di dunia nyata yang terkadang tak selalu indah. Kenangan masa kecil memang menjadi senjata ampuh untuk membuat hati gembira dan Marc Forster tahu benar menerjemahkan hal tersebut lewat film Christopher Robin ini.

Tak hanya plot ceritanya saja, tetapi Marc Forster menggunakan kenangan masa lalu lewat teknik pengarahannya. Marc Forster berusaha untuk mengembalikan formula film-film keluarga milik Disney yang pernah dipakai sebelumnya.  Hasilnya, Christopher Robin yang diarahkan oleh Marc Forster ini memang terbilang formulaik. Tetapi, pengarahan yang dilakukan oleh Marc Forster lewat Christopher Robin memunculkan sebuah citarasa yang dirindukan oleh penikmat film-film keluarga.

Karakter yang lugu, konflik yang tidak berlebihan, dan penuturan yang hangat begitu kuat terpancar lewat film Christopher Robin ini. Meskipun dampaknya, beberapa penyelesaian konfliknya akan terlihat dengan mudah dan bisa ditebak. Tetapi, menikmati film Christopher Robin tak bisa dengan rasa superioritas untuk menemukan sesuatu yang segar. Marc Forster mengeluarkan segala kebesaran hatinya dalam Christopher Robin dan penonton bisa merasakan semua itu.


Marc Forster berusaha agar filmnya masih memiliki citarasa puitis sehingga terkesan lebih dalam. Terlihat dari bagaimana Marc Forster bermain lewat warna dan sinematografi di dalam filmnya. Pun, mencoba mengaitkan beberapa tanda dan simbol di setiap karakternya agar terasa lebih dekat penontonnya dengan pesan yang lebih implisit. Meskipun, masih ada beberapa bagian di dalam filmnya yang dibuat seeksplisit mungkin karena tentu saja Marc Forster ingin membuat film keluarganya ini bisa dinikmati oleh banyak orang.

Kolaborasinya dengan Ewan McGregor dapat menghasilkan sebuah karakter yang memiliki koneksi kuat dengan sesuatu yang fiksi seperti Winnie The Pooh dan kawan-kawannya. Ewan McGregor bisa meyakinkan penontonnya bahwa hubungannya dengan Winnie The Pooh bisa adalah hubungan antara sahabat yang sudah lama terpisahkan. Sehingga, di momen-momen terpenting di filmnya, Marc Forster bisa membuat penontonnya terharu dan rela meneteskan air matanya. Didukung pula dengan musik-musik indah yang akan semakin menghangatkan hati penontonnya.


Christopher Robin adalah cara Disney untuk mengembalikan film-film dengan penuturan lamanya dan Marc Forster berhasil berkolaborasi dengan hal itu. Winnie The Pooh, Tigger, Piglet, Eeyore, dan beberapa kawanannya siap mengajak semua keluarga untuk kembali merasakan kehangatan di dalam hidupnya. Tentu saja, Christopher Robin sangat direkomendasikan untuk penonton yang sedikit melepas beban dalam hidupnya yang terlalu serius dan siap-siap rasa haru di dalam filmnya akan membuat mata menitihkan air mata. Instant Classic!

2 komentar: