Sedang mengalami tren, film-film superhero
menguatkan diri mereka untuk membangun dunia sinematik yang semakin luas. Marvel, di bawah naungan Disney semakin memperluas dunia mereka
dan sudah berjalan ke fase ketiga. DC, di bawah Warner Bros pun ikut melebarkan
dunia mereka diawali oleh Man of Steel dan Batman V Superman di tahun 2016. Marvel, di bawah naungan 20th Century Fox pun ingin melebarkan
dunia sinematiknya.
Hak cipta Marvel di berbagai
rumah produksi memang bisa dibilang rumit. Ada 3 rumah produksi besar yaitu Disney, 20th Century Fox, dan Sony
yang memiliki hak cipta atas komik marvel.
20th Century Fox memegang hak cipta
untuk X-Men dan Fantastic Four untuk
filmnya. Dunia X-Men yang sudah semakin besar jelas menguntungkan pihak 20th Century Fox. Dan, Fantastic Four yang sebelumnya sudah
pernah ada pun dibuat ulang dengan harapan bisa memperluas dunia sinematik para
mutan. Dan Josh Trank memiliki pengaruh besar untuk hasil akhir filmnya.
Fantastic Four garapan Josh
Trank ini ingin menawarkan sesuatu yang berbeda dengan film sebelumnya. Dengan
harapan menjadi sesuatu yang berbeda,
ternyata Josh Trank terlalu ambisius sehingga adanya kekacauan besar dalam
penggarapan filmnya. Tak hanya dari segi cast,
terutama pemilihan Michael B. Jordan sebagai Human Torch, tetapi juga adanya cekcok yang terjadi antara Josh
Trank dan rumah produksinya. Dan hal tersebut ternyata benar-benar memengaruhi
bagaimana performa Fantastic Four
secara keseluruhan.
Bagaimana Richard Reed (Miles Teller) ingin mewujudkan impiannya
membuat teleporter di masa depan memang memiliki banyak rintangan. Banyak orang
yang mencemooh apa yang dia pikirkan karena dianggapnya tak masuk akal. Hanya
Ben Grimm (Jamie Bell) satu-satunya orang yang secara tak sengaja menjadi orang
kepercayaan Richard untuk mengembangkan mesin teleporter miliknya. Hingga suatu
ketika, di pesta sains sekolahnya, Dr. Franklin Storm (Reg E. Cathey) dan Sue Storm
(Kate Mara) mendatanginya dan memberikan Richard beasiswa penuh atas karyanya.
Richard pun mengembangkan alat teleporter miliknya atas kemauan Dr.
Franklin. Juga, dia mendapatkan rekomendasi untuk dibantu oleh Victor (Toby
Kebbell) yang pernah dipercayai oleh Dr. Franklin dalam proyek yang sama. Pun,
dibantu oleh Sue dan Johnny (Michael B. Jordan). Setelah berhasil, mereka tak
dibolehi untuk pergi menggunakan teleporter untuk mendatangi planet yang dia
temukan. Secara diam-diam, mereka bertiga –Richard, Johnny dan Victor –bersama Ben
pergi ke sana dan mendapatkan bencana yang ternyata membuat mereka mempunyai
kemampuan lain.
Sebenarnya tak ada yang salah dengan apa yang diangkat oleh Josh Trank
sebagai jalan cerita dari Fantastic Four.
Pun, tak ada yang salah dengan membuat ulang film Fantastic Four yang telah lama usang dengan para pemain yang sudah
memiliki jalannya masing-masing. Toh, dua seri Fantastic Four yang diarahkan oleh Tim Hughes pun tak mendapatkan
respon yang memuaskan dari para kritikus film. Meskipun, beberapa penonton
masih menikmati apa yang ditawarkan oleh Tim Hughes dalam filmnya.
Pun, dengan penuh percaya diri, 20th
Century Fox menceritakan ulang Fantastic
Four dengan beberapa tambahan yang membuat film ini terlihat lebih menarik.
Dengan menunjuk Josh Trank sebagai sutradara, sebenarnya bukan sesuatu yang
salah. Chronicle, film debut miliknya, mendapatkan respon yang sangat positif
dari para kritikus. Sehingga tak salah bila 20th
Century Fox mempercayakan proyek ini kepada Josh Trank.
Tak disangka, pertengkaran dan kekacauan Josh Trank di lokasi syuting Fantastic Four menyebabkan kehancuran
luar biasa terhadap presentasi filmnya. Reboot Fantastic Four miliknya menjadi sebuah catastrophe dalam catatan film-film manusia berkekuatan super. Awal
mula bagaimana Fantastic Four menjadi
sebuah film manusia super dengan dasar scientific untuk meyakinkan cerita dasar
memang terlihat sangat menarik. Hanya saja, apa yang telah dijelaskan oleh film
ini yang kelewat rumit dan asyik sendiri ini pun terasa sia-sia. Karena paruh
kedua film ini benar-benar hancur tak bersisa.
Ada yang tak terkontrol ketika Fantastic
Four berusaha untuk mengenalkan setiap karakter di dalam filmnya. Fantastic Four secara perlahan membangun
tensi untuk filmnya. Terlalu banyak ide yang dituangkan ke dalam naskah yang
ditulis ramai-ramai oleh Jeremy Slater, Josh Trank, dan Simon Kinberg. Dengan
cerita yang berjalan perlahan, harusnya Josh Trank tahu untuk menyampaikan
ceritanya secara terstruktur. Sayangnya, karena terlalu banyak atas apa yang
akan diceritakan, Fantastic Four
jatuh ke fase yang benar-benar membuat filmnya berada di titik yang sangat
jenuh.
Meski adanya dasar scientific untuk
lebih meyakinkan penontonnya, pun dengan durasi paruh awal yang terlalu lama
tak lantas membuat karakter di dalamnya kuat. Karakter-karakter manusia super
di dalamnya sangat terasa satu dimensi yang seharusnya menjadi kekuatan filmnya
sendiri. Paruh kedua pun tak ada i’tikad baik untuk memperbaiki apa yang menjadi
noda di dalam filmnya. Bencana besar datang untuk menghancurkan segala upaya
Josh Trank mengarahkan film Fantastic
Four menjadi sajian yang berada di atas film sebelumnya.
Seperti sebuah home video
berformat VCD yang dibagi menjadi 3
bagian, Fantastic Four seperti
menonton dari disc nomor pertama dan
langsung menikmati ending-nya di
kepingan ketiga. Fantastic Four
benar-benar berantakan dan apa yang sudah disajikan di paruh pertama
benar-benar telah diabaikan oleh Josh Trank. Segala plot yang diceritakan
panjang lebar pun tak terasa sia-sia. Masalah utama di Fantastic Four pun benar-benar kabur.
Segalanya dipaksa hadir di sisa 30 menit filmnya. Masalah baru hadir
dan pergi dengan sekejap dan hal itu semakin membuat parah keseluruhan
presentasi dari Fantastic Four. Pun
ekspektasi penonton yang mengharapkan pameran visual effect untuk film ini pun siap-siap kecewa. Tak ada sama
sekali adegan-adegan battle yang
dapat membuat penonton yang haus akan hal itu terpenuhi rasa dahaganya. Dan ya,
hal itu mengurangi lagi poin untuk Fantastic
Four yang sudah sangat rendah.
Perlunya sebuah reboot untuk
memperbaiki film pendahulunya yang mendapat respon tak terlalu baik dari
kritikus film pun tak dipenuhi oleh Josh Trank. Proyek reboot empat kawanan berkekuatan super ini malah jatuh menjadi
sebuah bencana besar yang tak ada di sejarah film-film manusia kekuatan super.
Paruh awal yang berjalan sangat lambat dan tak bisa mengembangkan apapun, paruh
kedua yang sangat jatuh dan berantakan, benar-benar membuat Fantastic Four jatuh menuju lubang hitam
yang mereka ciptakan sendiri. Believe the
bad hype, Fantastic Four is that bad, very bad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar