Antoine De-Saint Exupery
menjadi salah satu penulis perancis yang karyanya menjadi literatur klasik di
berbagai belahan dunia. Karya-karyanya yang ditulis dalam bahasa perancis
diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia. The Little Prince pun menjadi salah satu
literatur sastra dengan cerita anak-anak yang memiliki pengertian dalam tentang
menjadi dewasa yang dapat diinterpretasi secara luas oleh semua orang yang
membaca karyanya.
Dengan keberhasilan
De-Saint Exupery membuat The Little Prince menjadi sumber literatur yang
legendaris, menjadi kehormatan dan sambutan hangat bagi The Little Prince untuk
dijadikan sebuah film. Tetapi, akan menjadi sebuah beban bagi yang mendapat
kepercayaan itu ketika harus mengadaptasi karya legendaris dari De-Saint
Exupery. Mark Osborne menjadi orang kepercayaan untuk mengarahkan bagaimana
karya klasik milik De-Saint Exupery ini menjadi sebuah film bergerak.
Pendekatan yang dilakukan
Mark Osborne dalam mengadaptasi The Little Prince milik Antoine De-Saint
Exupery adalah membuat filmnya menjadi film animasi. Mungkin dengan tujuan
bahwa The Little Prince kembali menjadi karya yang dapat dinikmati oleh lintas
usia. Dengan menggunakan pendekatan animasi, Mark Osborne berhasil memiliki
tujuan yang sama dengan konten dari literatur klasik milik Antoine De-Saint
Exupery. Sehingga, kekhawatiran setiap orang ketika filmnya tak dapat menyamai
tujuan dari karya klasiknya dapat ditampiskan.
Seorang gadis kecil
(Mackenzie Foy) yang terobsesi masuk ke sebuah akademi yang diidamkan oleh sang
Ibu (Rachel McAdams). Ketika sang gadis kecil gagal, sang Ibu sudah menyiapkan
rencana baru agar sang gadis kecil bisa masuk menjadi peserta didik baru dalam
akademi tersebut. Sang Ibu memutuskan untuk pindah ke kompleks yang dekat
dengan akademi tersebut. Mereka menjalani kehidupan baru di tempatnya yang
baru.
Sang Ibu sudah menata
jadwal dari sang gadis kecil dalam melakukan kegiatan sehari-harinya di papan rencana hidup. Sang gadis kecil dengan semangat mengikuti rencana yang
disiapkan oleh sang Ibu. Di saat sang gadis kecil menjalankan rencana hidupnya,
lingkungan baru di sekitar rumahnya tak mendukung. Seorang kakek tua (Jeff
Bridges) terobsesi dengan kehidupannya bertemu dengan seorang pangeran kecil
dan menganggu ketenangan Sang Ibu dan Gadis Kecil. Dia memperkenalkan sang
Pangeran Kecil (Riley Osborne) yang ternyata membuat Sang Gadis Kecil
mempertanyakan apa yang dia lakukan selama ini.
Konten yang dimiliki oleh
The Little Prince ini sudah memiliki konten yang luar biasa dan memiliki kedalaman
cerita yang penuh makna. Sehingga, jika memiliki kesalahan dalam mengarahkan
sumber klasiknya, bisa jadi filmnya tak dapat mencerminkan apa yang ingin
disampaikan oleh De-Saint Exupery dalam bukunya. Sehingga, Mark Osborne
berusaha kuat agar The Little Prince kembali menjadi sebuah cerita lintas
generasi yang juga dapat disukai oleh penonton lintas generasi.
Mark Osborne pun mencoba
untuk bermain di dalam zona yang dia kuasai. The Little Prince diangkat menjadi
sebuah film animasi yang bisa juga bisa menjadi sebuah cerita dongeng untuk
anak-anak yang menjadi poin penting dari sumber klasiknya. Alih-alih
mengadaptasi secara harfiah isi bukunya ke dalam filmnya, Mark Osborne
menjadikan kisah bukunya menjadi sebuah cerita sampingan dari karakter
utamanya. Dengan caranya mengadaptasi, Mark Osborne memiliki tujuan yang sama
dengan tujuan dari De-Saint Exupery dengan karya legendarisnya.
The Little Prince penuh
dengan pemaknaan tentang fase tumbuh dari anak-anak menjadi orang dewasa.
Banyak sekali kritik yang disampaikan kepada orang dewasa lewat buku milik
De-Saint Exupery, dan Mark Osborne tahu bagaimana untuk tetap menghadirkan
sindiran itu lewat film yang dia buat. Metode mengadaptasi dari Mark Osborne
memang bisa dibilang berbeda dari konten aslinya, tetapi hasilnya film animasi
The Little Prince memiliki kekuatan yang luar biasa sama dengan sumber
klasiknya.
The Little Prince memiliki
konten yang berat jika dijadikan sebagai film yang ditujukan sebagai kepada
anak kecil. Penuh metafora-metafora yang perlu penjelasan lebih yang harus
dituturkan lebih detil jika disampaikan kepada anak-anak. Filmnya akan memiliki
interpretasi yang berbeda di setiap generasi usia. Bisa jadi, setiap generasi
akan mengambil kesimpulan yang berbeda ketika film ini berakhir. Akan susah
dicerna bagi penonton anak-anak, tetapi akan terasa sentimentil untuk penonton
dewasa yang sedang menemani mereka.
Hal itulah yang menjadi
tujuan ketika De-Saint Exupery yang ingin disampaikan di dalam bukunya.
Rangkuman cerita, tujuan, dan semangat yang sama ada di dalam film animasi yang
diarahkan oleh Mark Osborne. Bagaimana pesan-pesan itu disampaikan oleh Mark
Osborne tanpa harus melukai konten aslinya. Juga, diinterpretasi lebih luas
oleh Mark Osborne untuk memberikan konklusi yang lebih jelas untuk dijadikan di
dalam sebuah film. Diperindah dengan pesan simbolik lewat karakter, bentuk, dan
warna yang juga secara tak langsung menjadi medium penyampaian pesan.
Pemilihan warna hitam putih
yang lebih dominan, bentuk-bentuk setting tempat yang sama satu sama lain,
menyampaikan pesan tentang generalisasi pikiran yang sangat relevan dengan apa
yang ada di sekitar. Juga, The Little Prince menghadirkan pesan-pesan itu
dengan momen-momen sentimentil yang dapat menampar penontonnya, terutama penonton
dewasa. Hadirnya momen itu diperkuat dengan bagaimana musik yang digarap oleh
Hans Zimmer yang sudah tak disangsikan lagi. Musik dan momen itu saling
memperindah satu sama lain.
Sebagai literatur klasik
dengan konten yang berat, bukanlah hal yang mudah untuk mengadaptasi The Little
Prince menjadi sebuah film. Mark Osborne menggunakan zona yang dia kuasai untuk
menjadikan pendekatannya efektif dalam mengadaptasi karya legendaris milik
Antoine De-Saint Exupery. Film animasi berdurasi 100 menit ini tak hanya
bervisual menarik, tetapi juga menyelipkan pemikiran-pemikiran baru dan lain
tentang fase pertumbuhan menjadi dewasa. Mark Osborne memiliki semangat dan
tujuan yang sama dengan buku milik De-Saint Exupery sehingga tak melukai konten
klasik yang ada. The Little Prince adalah Film Animasi dengan pemikiran dan
visual yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar