"Namanya juga selera pasti beda-beda."
Hal itu mungkin berlaku kepada banyak orang saat menonton sebuah film.
Bisa saja, orang satu dengan yang lainnya punya pandangan yang berbeda-beda.
Balik lagi, namanya juga selera.
Tentu, gak ada yang salah dengan selera seseorang dalam memahami
sebuah film. Semua orang berhak untuk memiliki pendapatnya masing-masing. Hanya
saja, bagaimana cara mengutarakan pendapat itulah yang perlu menjadi catatan
bagi semua orang.
Film itu sebuah perjalanan pencarian jati diri sendiri, kalau cocok
sama filmnya, ya bagus. Kalau gak cocok, coba cari tahu kenapa dan apa
alasannya.
Namanya juga film, di mana pemilihan kata, dialog, bahkan setting juga
dipengaruhi oleh subjektifitas seseorang. Jadi, gak bisa semua orang secara
utuh harus mencintai suatu film yang kita anggap “bagus”.
Ya, saya sendiri, sebagai orang yang sudah sering menuliskan keluh
kesah tentang sebuah film dalam blog pribadi juga mengalami transisi kok.
Dahulu kala, orangnya bener-bener dengan mudah memberikan label “bagus” dan
“jelek” tanpa ada embel-embel cocok dengan pribadi saya sendiri.
Mengutarakan opini yang benar-benar saklek dalam memihak film-film
yang saya suka. Sekarang, film sudah menjadi hiburan murah bagi banyak orang.
Semua mulai untuk memberikan pendapatnya tentang sebuah film yang dia tonton.
Apalagi, sebagai seorang Key Opinion
Leaders harus tahu bagaimana cara mengutarakan sebuah pendapat tentang film
yang ditonton.
Terkadang orang salah kaprah tentang review jujur dalam menilai sebuah
film. Review jujur biasanya disampaikan dengan pemilihan kata yang apa adanya,
inilah yang menjadi concern bagi saya
sendiri terhadap memilah resensi mana yang harus saya baca. Namanya juga seni
dalam menulis kata-kata, dengan adanya banyak pemilihan kata, alangkah lebih
baik bila dalam sebuah resensi memiliki pemilihan kata yang lebih santun. Hal
ini akan lebih mujarab untuk dicerna oleh pembacanya karena tidak ada pretensi
untuk menyampaikan sebuah rasa superior dari penulis yang meremehkan selera
pembacanya. Bukan berarti dengan pemilihan kata yang lebih santun, penulis
berusaha menutupi. Tetapi, berusaha agar si pembuat tidak sakit hati dan mau
mempelajari lagi kesalahan dari karya yang telah dia bagi.
Anggap saja, pembuat film ini seperti seorang teman yang mungkin tidak
puas dan marah saat melihat sesuatu dan mengutarakan kemarahannya kepada kita.
Tetapi, yang kita lakukan malah menyerang balik dirinya dengan kata-kata yang
menjatuhkan. Bukankah lebih baik apabila teman ini diajak untuk duduk dan
didengarkan, dan memilih kata-kata kritik yang bisa membuat hati tenang?
Bisa dimulai dengan “kalau aku sih cocok/tidak cocok dengan film
karena...” sebutkan semua alasan yang bisa meyakinkan penonton kenapa saya
sangat memuji filmnya atau mungkin kamu sedang tidak suka dengan filmnya.
Dengan begini, pembaca tulisan kamu akan tahu alasan-alasan di balik betapa
cinta atau tidak cocoknya kamu dengan suatu film. Buatlah alasan yang bisa
membuat pembaca kamu penasaran menonton sebuah film yang telah kamu tulis
reviewnya.
Film pasti memiliki tujuan untuk bisa dinikmati penontonnya. Ya, tentu
saja, film-film yang dibuat memiliki target segmentasinya yang berbeda.
Menikmati sebuah film alangkah lebih baiknya tidak membedakan mana film
komersil dan film alternatif. Nikmatilah semua film, asal sudah harus tahu
mempersiapkan ekspektasi.
Oh tentu saja, saya yang demen ke bioskop ini dianggap sebagian orang
sebagai penonton film komersil. Padahal, film-film yang ada di bioskop juga
menayangkan film-film alternatif yang berbeda. Sudah ada banyak pilihan bioskop
dari XXI, CGV, Cinemaxx, dan masih banyak lagi. Mereka juga menawarkan variasi
film-film yang berbeda dari berbagai genre dan negara. Tentu, sebisa mungkin
kalau tidak ada halangan waktu dan dana saya akan tonton berbagai macam film
itu.
Apakah film-film yang menganggap dirinya sebagai film alternatif jika
ditayangkan di bioskop akan disebut sebagai film komersil juga? Ini masih
menjadi polemik. Bagaimana cara mengklasifikasi hal tersebut. Tetapi, seorang
dosen saya di suatu kelas pernah mengatakan bahwa sejatinya film seharusnya
bisa mengantarkan pesannya, baik secara implisit dan eksplisit.
Tidak semua film-film dengan budget besar ini tidak memiliki kualitas
yang serupa dengan alternatif. Realita dalam film yang mereka tawarkan saja
yang berbeda dan juga tujuan dalam filmnya.
Tujuan film itu beragam, mulai dari medium escapism hingga reality
projection. Tinggal, bagaimana kita sebagai penonton tahu untuk menempatkan
diri dan berinterpretasi. Tidak ada salahnya, jika ada sebagian orang yang
memprotes bagaimana gambaran sebuah karakter di dalam film. Tetapi, jangan asal
dulu, menerjemahkan bahasa-bahasa film yang ada di adegannya tanpa mengulik
lebih lanjut apalagi sudah disangkutpautkan dengan semiotika. Memahami
semiotika tentu perlu banyak kajian-kajian pendukung untuk menguatkan opininya.
Bahkan, ada diagram dan tabel untuk bisa merincikan setiap adegannya.
Dengan memahami detil-detil kecil dalam pengadeganan, ini menjadi
nilai tambah dalam memahami sebuah film dan bersyukurlah kalian bisa memahami
hal tersebut. Asalkan, kamu bisa memberikan penjelasan tentang pemahaman
tambahan kamu agar tak menjadi salah arah.
Bagi yang merasa bahwa beberapa orang yang memiliki referensi tambahan
ini sekedar berpikir terlalu jauh, mungkin juga tak perlu memberikan
generalisasi. Bahkan, film-film yang dipuja oleh mereka pun ditatap sinis.
Sehingga, hal itu juga memberikan efek berbeda dalam menikmati sebuah film tersebut.
Apabila sudah keluar kata-kata “emang
sebagus apa sih?” ini rasanya sudah jadi alert bagi diri sendiri karena
sudah mulai memandang remeh sebuah karya.
Film tetaplah sebuah film. Mereka adalah sebuah statement yang dibuat secara subjektif oleh pembuatnya dan tentu
berdasarkan pengalaman dari sang pembuat. Entah itu kamu bakal suka atau
enggak, yang penting tontonlah terlebih dahulu.
Salinglah mendengarkan pendapat mereka, jangan mengkerdilkan selera
seseorang. Menonton sebuah film kan ujung-ujungnya untuk membuat hati senang.
Entah selera filmnya seperti apa, yang jelas cobalah untuk saling memberikan insights. Terkadang hal itulah yang hilang
dalam memberikan pendapat terhadap sebuah film. Mereka hanya berusaha terlihat
superior dengan caranya masing-masing, tanpa memberikan alasan yang kuat dalam
memberikan argumennya.
Tulisan ini pun akan menimbulkan reaksi yang sama seperti seseorang
menonton film. Mungkin ada yang setuju atau mungkin ada yang tidak.
Ya, namanya juga selera pasti berbeda-beda.
Ijin promosi yaa ^^
BalasHapusJOIN NOW WITH US
5758esport.com adalah Situs Taruhan Online Terbesar dan Terpercaya yang menyediakan berbagai permainan populer.
Games yang dihadirkan 5758ESPORT :
Sportsbook
Live Casino
E-Games
Bola tangkas
DominoQQ
Texas poker
Ceme
Poker Dealer
Blackjack
Slot game
Yang dapat anda mainkan hanya menggunakan 1 userID saja.
Promo deposit cashback hingga 100% bagi yang baru bergabung.
Event berhadiah Laptop ROG, Iphone, uang tunai dan masih banyak lagi klik .
Banyak pilihan bank yang bisa digunakan.
Minimal depo 10.000
Aman terpercaya respon cepat, Costumer Service ONLINE 24jam nonstop, sosmed/live chat/call service CS Jenny.
Info lebih lanjut hubungi :
Website : 5758ESPORT
WHATSAPP : +60 14-9158564
WECHAT : www5758esportcom
LINE ID : 5758esport
TELEGRAM : Official5758esport
Email : maju58cs1@gmail.com
facebook : Jenny Grace