Diadaptasi dari buku milik Pidi Baiq, Dilan 1990 ternyata mendulang
kesuksesan yang luar biasa besar. Filmnya mendapatkan perolehan penonton yang
masif dan menjadi Salah satu film Indonesia terlaris sepanjang masa. Tak salah
jika Max Pictures yang dinaungi oleh Falcon Pictures memberikan lampu hijau
untuk membuat sekuel dari buku-buku Dilan selanjutnya. Maka, di tahun ini Dilan 1991 kembali hadir menyapa
penonton film Indonesia dan fans militannya.
Tentu saja, sosok Dilan dan Milea masih saja diperankan oleh Iqbaal
Ramadhan dan Vanesha Prescillia. Film keduanya ini masih juga disutradarai oleh
Fajar Bustomi dan Pidi Baiq. Serta, Pidi Baiq sebagai pemilik sumber aslinya
juga memiliki tanggung jawab untuk menulis naskah adaptasinya tetapi juga
berkolaborasi dengan Titien Wattimena. Dengan beragamnya pendapat tentang film
Dilan 1990, hal ini tak bisa menghentikan performa Dilan 1991 secara kuantitas.
Di hari pertama pembukaannya, Dilan
1991 berhasil meraih 800.000 penonton. Hal ini tentu menjadi sebuah patokan
tertinggi dalam perfilman Indonesia. Sehingga, Dilan 1991 berhasil memecahkan rekor sebagai angka penonton
terbesar di hari pertama penayangannya. Tentu saja, Dilan menjadi peristiwa
yang sangat fenomenal untuk ukuran film Indonesia. Apalagi, di tanggal 24
Februari, kota Bandung menetapkannya sebagai Hari Dilan karena memang setting
tempat filmnya ada di kota tersebut.
Dengan segala cara promosi yang dikerahkan dan fansnya yang luar biasa
besar, tak salah apabila Dilan 1991
bisa mendapatkan angka yang fantastis. Tetapi, mari kita kembali membicarakan
filmnya yang mungkin akan kembali kepada preferensi setiap individu yang
menerimanya. Sebagai sebuah sekuel dari filmnya yang pertama, Dilan 1991 sebenarnya memiliki performa
yang sedikit lebih baik dibandingkan film pertamanya.
Penyebabnya adalah di dalam film Dilan
1991 ini tak hanya menekankan kepada rayuan-rayuan maut Dilan sebagai
kekuatan filmnya. Film ini mau untuk menggali konflik yang lebih dalam tentang
hubungan antara Dilan dan Milea yang tak selamanya manis. Sehingga, dalam
durasinya yang mencapai 121 menit, penonton akan diajak untuk mengarungi
dinamika hubungan mereka yang mulai merasakan asamnya. Dilan mulai mengerti
bahwa rayuan manisnya tak selamanya berhasil.
Bila perlu dijelaskan lagi, Dilan
1991 ini masih tentang bagaimana Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea (Vanessa
Prescillia) paska mereka resmi menjadi pasangan di tanggal 22 Desember 1990.
Mungkin di awalnya, hubungan mereka terasa manis dan baik-baik saja. Tetapi,
lambat laun, hubungan keduanya harus diuji coba dengan rangkaian tes yang entah
dari mana saja datangnya. Yang paling jelas adalah tentang bagaimana Milea tak
menyukai sikap Dilan yang dirasa sok jago sebagai ketua geng motor.
Dilan rasanya acuh tak acuh dengan semua perkataan Milea hingga suatu
ketika dirinya akan ingin membalaskan dendamnya kepada seseorang. Milea datang
kepada Dilan untuk menyuruhnya membatalkan balas dendamnya. Tetapi, yang
terjadi di antara keduanya hanyalah salah paham semata. Milea datang bersama
sosok laki-laki lain bernama Yugo (Jerome Kurnia) sekaligus sepupu jauhnya yang
datang dari Belgia. Iya, kesalahpahaman itu dimulai dari sini.
Tanpa membahas sosiokultural yang ada di dalam filmnya, secara mekanis
film itu sendiri, Dilan 1991 mungkin
bermain sedikit lebih baik dibandingkan film pertamanya. Tentu, dalam
pengisahannya, film ini punya satu konflik cerita yang setidaknya lebih jelas
untuk disampaikan kepada penontonnya. Bila film pertamanya hanya berisikan
tentang kompilasi rayuan manis Dilan saja, di film keduanya Titien Wattimena
dan Pidi Baiq seakan sadar bahwa rayuan itu tak selamanya berhasil memperkuat
performa filmnya.
Meskipun, dalam adaptasinya, masih perlu untuk lebih bijak dalam
menentukan mana yang seharusnya bisa masuk ke dalam filmnya dan mana yang
tidak. Dilan 1991 seakan tak mau
kehilangan sedikit pun momen yang ada di dalam bukunya. Menjadi karya adaptasi
yang stay true to the source itu
tidak masalah. Tetapi, perlu untuk lebih bijak saja, untuk bagaimana mengemas
apa yang ada di bukunya ke dalam film tanpa perlu merusak momennya.
Sehingga, Dilan 1991 yang
durasinya mencapai 121 menit seakan dalam satu jam pertamanya terasa tak
mengerti mau dibawa seperti apa konfliknya. Ketika film mulai berjalan hingga
ke 60 menit terakhir, barulah film ini memiliki konflik yang menarik untuk
diikuti. Bagaimana Dilan dan Milea mulai berkembang dalam dinamika hubungan
mereka. Dilan 1991 memperlihatkan
bagaimana mereka sebagai remaja yang sedang berusaha menjadi dewasa dalam
mengambil keputusan dalam hidupnya.
Hal itu diarahkan dengan cukup tepat di 60 menit terakhirnya, sebelum
akhirnya film ini sadar bahwa filmnya berjalan sudah terlalu lama. Pada
akhirnya, film ini pun terburu-buru untuk mengakhiri sekaligus menjadi jembatan
untuk kisah selanjutnya untuk mengakhiri trilogi filmnya. Tetapi, tidak dapat
dipungkiri bahwa menuju akhir film, Dilan
1991 memiliki kisah yang mampu membawa perasaan penontonnya, apalagi kepada
target pasarnya.
Tetapi, dengan nuansa Bandung yang romantis, beberapa musiknya terasa
terlalu grande untuk muncul di dalam filmnya. Entah rendisinya terinspirasi
oleh musik milik Dustin O’Halloran & Hauschka dari film Lion atau bukan, yang jelas nuansa
remaja dari film Dilan 1991 ini
terasa hilang. Padahal, suguhan lagu-lagu dari The Panasdalam Band sudah cukup
menarik dengan atmosfir kota Bandung yang kata salah satu karakternya punya dideskripsikan
sebagai kota romantis ini.
Bila membahas dengan sosiokultural yang ada, lagi-lagi drama remaja
Indonesia mungkin terjebak dengan konflik tentang nafsu laki-laki yang menggebu
dan perempuan (lagi-lagi) menjadi korbannya. Dilan 1991 memiliki cabang cerita ini yang cukup membuat penonton
yang sadar akan jenuh apalagi ketika hal tersebut dijadikan sebagai bahan
becandaan dan diromantisasi lewat film ini. Mungkin, hal ini tak dianggap
serius bagi sebagian orang, tetapi juga ada yang menyoroti hal ini. Terlebih,
salah satu cabang cerita yang membahas hal ini juga tak memberikan
signifikansi.
Tetapi, sebelum mengkritisi cabang cerita dalam film Dilan 1991 ini lebih dalam, maka perlu
diketahui pula bahwa film ini berlatar di setting tahun 1991. Positifnya,
anggap saja sang sutradara dan penulis naskah hanya menebarkan realita tentang
hal problematis ini sudah ada sejak tahun dulu dan masih ada sampai sekarang.
Mungkin, rasanya memang kurang bijak bagaimana kemasan dari adegan tersebut dan
hal itulah yang perlu menjadi sorotan untuk adaptasi selanjutnya.
Di luar hal itu, Iqbaal Ramadhan tetaplah menjadi bintang utama dari
film Dilan 1991 ini. Dia bisa menjadi
sosok Dilan dengan karakternya tengil tapi unik sehingga Milea bisa
tergila-gila padanya. Tetapi sayang, ketika Iqbaal tak ada di setiap adegan
dalam film Dilan 1991, nyawa filmnya
pun sedikit menghilang. Vanessa Prescillia memang bermain manis sebagai Milea,
hanya saja kurang mampu meyakinkan penonton tentang segala alasannya untuk
takut dan khawatir kepada Dilan. Mungkin pengaruh pengarahannya yang belum
maksimal, karena 20 menit terakhirnya pun belum terasa kuat hingga membuat
penontonnya bergumam “Yah, cuma gini doang nih?”
Ijin promosi yaa ^^
BalasHapusJOIN NOW WITH US
5758esport.com adalah Situs Taruhan Online Terbesar dan Terpercaya yang menyediakan berbagai permainan populer.
Games yang dihadirkan 5758ESPORT :
Sportsbook
Live Casino
E-Games
Bola tangkas
DominoQQ
Texas poker
Ceme
Poker Dealer
Blackjack
Slot game
Yang dapat anda mainkan hanya menggunakan 1 userID saja.
Promo deposit cashback hingga 100% bagi yang baru bergabung.
Event berhadiah Laptop ROG, Iphone, uang tunai dan masih banyak lagi klik .
Banyak pilihan bank yang bisa digunakan.
Minimal depo 10.000
Aman terpercaya respon cepat, Costumer Service ONLINE 24jam nonstop, sosmed/live chat/call service CS Jenny.
Info lebih lanjut hubungi :
Website : 5758ESPORT
WHATSAPP : +60 14-9158564
WECHAT : www5758esportcom
LINE ID : 5758esport
TELEGRAM : Official5758esport
Email : maju58cs1@gmail.com
facebook : Jenny Grace