Musim panas telah datang dan waktunya film-film bermodal besar menunjukkan performanya. Film-film manusia super tetap memeriahkan parade film-film musim panas kali ini. Maret hingga Mei adalah bulan yang penuh sesak dengan deretan-deretan film manusia super yang sedang memasuki fase berbeda. Setelah Batman V Superman dan Captain America : Civil War, Marvel dengan naungan Fox melanjutkan fase berikutnya dari para mutan-mutan yang diasuh oleh Professor Xavier.
Para mutan ini memiliki misi lanjutan dari X-Men : Days of Future Past, di mana mereka
harus berhadapan dengan musuh baru. Chapter berikutnya dari seri ini adalah X-Men : Apocalypse yang menemukan
kekacauan dan digadang akan lebih besar dari film-film X-Men sebelumnya.
Tetapi, dengan kuantitas yang lebih besar, X-Men : Apicalypse tetap didalangi
oleh Bryan Singer. Di dalam seri ketiga ini, Bryan Singer memiliki tugas dan
janji untuk membuat X-Men : Apocalypse
untuk lebih besar dan menyenangkan bagi penontonnya.
Hasil dari Days of Future Past
bisa meluluhkan penonton dan juga para kritikus film. Maka, Bryan Singer akan
mendapat kepercayaan lebih ketika melanjutkan petualangan para mutan ini. Setelah membangun universe dengan besar dan
megah di Days of Future Past, Apocalypse ternyata menjadi sebuah
presentasi yang menurun jika dibandingkan dua film sebelumnya. X-Men : Apocalypse tak berusaha
memberikan sesuatu yang baru, baik dalam plot utama ceritanya mau pun lewat adegan-adegan
lain yang berusaha diunggulkan.
Setelah kejadian Days of Future
Past, Professor X (James McAvoy) berusaha untuk fokus mengembangkan asrama
bagi mutan-mutan muda yang baru terdeteksi. Tetapi, kehidupan yang tenang itu
tak berlangsung lama ketika mengetahui bahwa ada mutan pada masa mesir kuno
yang berusaha untuk dihidupkan kembali. Mutan tersebut bernama En Sabah Nur
(Oscar Isaac) yang juga dianggap sebagai tuhan oleh beberapa orang di Mesir. En
Sabah Nur yang sudah bangkit mengumpulkan mutan-mutan baru untuk menjadi anak
buahnya.
Dan salah satu mutan yang bergabung menjadi tim En Sabah Nur adalah
Magneto (Michael Fassbender). Mystique (Jennifer Lawrence) yang merasa bahwa
Magneto sedang dalam kondisi bahaya segera melaporkan berita itu ke Professor
X. Dan akhirnya mereka membentuk sebuah
tim muda baru yang berusaha untuk mengalahkan En Sabah Nur. Tetapi, kekuatan En
Sabah Nur berhasil mengontrol kekuatan
para mutan, terutama Professor X yang sangat diincar oleh En Sabah Nur.
Memang, X-Men : Apocalypse
memiliki plot utama yang sangat linear. Motivasi para karakter-karakternya juga
tampil sangat generik. Mungkin, X-Men :
Apocalypse hanya mengusung plot cerita yang generik dengan film-film
manusia super yang ada. Tetapi, seharusnya tema-tema generik ini bukanlah suatu
kesalahan atau dosa besar bagi film-film manusia super. Toh, tema-tema ini
sudah banyak digunakan oleh kebanyakan film-film manusia super dan beberapa
film juga bisa menampilkan sesuatu yang menyenangkan.
Berbeda dengan X-Men :
Apocalypse, tema baik lawan jahat yang biasa ada di dalam film manusia
super terkesan menjemukan. Bryan Singer terlihat malas untuk mengerahkan segala
upaya agar filmnya ini bisa memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi
penontonnya. Usaha keras yang dilakukan oleh Bryan Singer adalah memunculkan
trivia-trivia karakter komik X-Men yang bisa dibilang sebagai fans service. Alih-alih ingin dekat
dengan para fans, Bryan Singer lupa bahwa film ini bukan hanya ditujukan bagi
mereka.
Mitos bagi film X-Men yang akan porak poranda di film ketiga,
lagi-lagi terwujud kembali. X-Men :
Apocalypse kembali menjadi rekam jejak buruk bagi trilogi terbaru dari
X-Men. Apocalypse tak memiliki cara
untuk menjadikan filmnya terasa segar bagi penontonnya. Padahal, X-Men : Apocalypse memiliki rumus-rumus
baru yang seharusnya bisa dimanfaatkan lebih lagi. Hal-hal itu adalah
karakter-karakter baru dan juga villain yang sebenarnya berpotensi untuk
memiliki kompleksitas dalam penyelesaian plot utama ceritanya. Sayangnya, Bryan
Singer luput memanfaatkan itu.
Pun, karena tahu bahwa kinerjanya dalam Days of Future Past telah disukai oleh banyak orang, akhirnya Bryan
Singer melakukan beberapa hal yang repetitif di dalam X-Men : Apocalypse. Sayang, meski adegannya repetitif, ternyata keberuntungannya
tak lagi menyertai Bryan Singer. Semua formula itu malah terkesan menjemukan,
terutama adegan Quicksilver yang berusaha untuk sekali lagi memberikan impresi
kepada penontonnya. Tetapi, tak ada charm
yang hadir kembali di dalam adegannya. Bahkan, terkesan membosankan.
Gegap gempita X-Men : Apocalypse
pun tak bisa kembali hadir lewat adegan aksi dan euforia visual efek yang juga
absen di dalam filmnya. Visual efek dengan warna-warna cantik di dalam
trailernya, ternyata tak hadir begitu menawan di dalam filmnya. Bahkan, pameran
visual efek itu cenderung tak ada. Pun, adegan pertempuran akhir di dalam film X-Men : Apocalypse juga belum bisa
dikemas dengan cukup menarik.
Hasilnya, setelah The Last Stand
, X-Men : Apocalypse menjadi rekam jejak buruk baru bagi trilogi X-Men., X-Men : Apocalypse hadir menjadi seri
ketiga yang tak bisa memberikan sebuah presentasi film manusia super yang
menyenangkan. Plot yang generik dan tampilan yang repetitif tak bisa dikemas
dengan baik oleh Bryan Singer sehingga Apocalypse
akan terasa menjemukan. Bryan Singer memilih untuk memunculkan
karakter-karakter baru tanpa ada dorongan untuk memberikan ruang bagi mereka
agar berkembang. Pun, Bryan Singer terlihat ingin sekali dipuji oleh para fans
X-Men sehingga memberikan banyak sekali Fans
Service. Meski begitu, Singer lupa bahwa film ini bukan hanya ditujukan
bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar