Kisah pendek yang diambil dari Dewi Lestari ini telah dibudidayakan
menjadi sebuah produk yang namanya sudah mahsyur. Selain film, produk dari
Filosofi Kopi ini diabadikan menjadi sebuah kedai kopi yang nyata. Dengan
adanya konsistensi itu, tak akan kaget apabila film yang diarahkan oleh Angga
Dwimas Sasongko ini akan mendapatkan sekuel sebagai perlakuan selanjutnya.
Tentu, kekhawatiran akan muncul karena cerita pendek dari Filosofi Kopi pun
hanya berhenti di satu sub bab yang telah dibahas di film pertamanya.
Sayembara muncul ditujukan kepada semua orang untuk membuat kisah
lanjutan dari Ben dan Jody ini. Sayembara ini sekaligus memberikan bukti kepada
semua orang bahwa Filosofi Kopi tetap menjadi film yang terkonsentrasi dari
penonton seperti film pertamanya. Yang jelas, Angga Dwimas Sasongko tetap
mengarahkan Chicco Jericho dan juga Rio Dewanto sebagai Ben dan Jody. Angga
Dwimas Sasongko pun berkontribusi dalam pembuatan naskah dari cerita terpilih
yang ditulis oleh Jenny Jusuf serta M. Irfan Ramli.
Meski tetap dipegang oleh sutradara dan orang-orang yang sama, sekuel
dari Filosofi Kopi ini pun cukup membuat penonton khawatir. Ketakutan Filosofi
Kopi 2 dengan subjudul Ben & Jody ini memunculkan penyakit dari film-film
sekuel yang bisa saja jatuh dan tak sebagus film terdahulunya. Juga, kurang
adanya urgensi di dalam latar belakang ceritanya yang dapat mendukung apa yang
ditampilkan di layar. Tetapi percayalah dengan Angga Dwimas Sasongko, karena Filosofi Kopi 2 : Ben & Jody tetap
akan memikatmu dengan manis dan pahit kisahnya seperti kopi di pagi hari.
Ada formula yang diulang di dalam Filosofi
Kopi 2 : Ben & Jody ini di dalam ceritanya. Tetapi, fokus cerita yang
ada di Filosofi Kopi 2 : Ben & Jody ini
tak lagi mengenai bagaimana Filosofi Kopi sebagai kedai kopi ternama, melainkan
tentang ranah domestik dalangnya. Menggali lagi personifikasi yang muncul dalam
Filosofi Kopi yang dikonsumsi oleh penikmatnya. Sehingga, muncul problematika
yang di film keduanya ini jauh memiliki nilai yang lebih personal dibanding
film pertamanya.
Rasanya tidak relevan membandingkan film keduanya ini dengan film
pertamanya. Dengan konflik cerita yang lebih personal, tentu tujuan yang
berusaha dicapai oleh Filosofi Kopi 2 :
Ben & Jody ini juga pasti akan berbeda. Dengan adanya nilai yang lebih
personal di dalam konflik ceritanya, mungkin inilah yang membuat Filosofi Kopi
2 memberikan tambahan nama karakternya –Ben dan Jody –sebagai sub judulnya. Apabila
dalam film pertamanya menggunakan kopi sebagai medium refleksi, di film keduanya
ini menggunakan Kedai Kopi sebagai medium berkontemplasi atas filosofi hidup
mereka sendiri.
Melanjutkan kisah Filosofi Kopi pertama di mana Ben (Chicco Jericho)
dan Jody (Rio Dewanto) yang sudah menjual kedainya dan memilih berjualan
keliling Indonesia menggunakan Kombi. Setelah lama berkeliling menggunakan
kombi berjualan dan membagikan Kopi, Ben merasa perjalanannya tak memiliki
akhir dan tujuan dalam hidupnya. Ben pun membujuk Jody untuk kembali ke Jakarta
dan menghidupkan lagi kedai Filosofi Kopi yang pernah dibangunnya itu.
Tetapi, membangun kembali kedai tak semudah yang dibayangkan. Jody
harus memutar lagi otaknya untuk membeli lagi kedai yang telah dijualnya karena
harga yang ditawarkan kepadanya sangat tinggi. Lalu, datanglah Tarra (Luna
Maya), seorang perempuan yang menawarkan diri menjadi investor untuk Filosofi Kopi
agar kembali bangkit seperti dulu. Dengan adanya Filosofi Kopi kembali,
problematika tak hanya berhenti di situ saja. Ada konflik pribadi yang memacu
mereka untuk kembali merenungi tentang apa yang mereka cari selama ini.
Kesulitan untuk membuka kedai lagi tak hanya dialami oleh Rio Dewanto
sebagai Jody, tetapi juga Angga Dwimas Sasongko untuk kembali membuat penonton
percaya dengan sekuel Filosofi Kopi. Beruntung Angga Dwimas Sasongko selalu
memiliki energi dalam setiap film yang diarahkan. Filosofi Kopi 2 : Ben & Jody memasuki sebuah babak baru di
dalam konfliknya yang tetap memiliki cita rasanya yang begitu kuat dan
emosional untuk dinikmati penontonnya.
Konflik yang lebih personal ini adalah sebuah kunci tentang bagaimana
karakter Ben dan Jody ini pada akhirnya bertransisi. Angga Dwimas Sasongko
berusaha untuk memberikan pertanyaan kembali kepada karakternya tentang
filosofi hidup seperti apa yang mereka ambil. Ada di setiap adegan dan dialog dalam
Filosofi Kopi 2 : Ben & Jody memberikan
banyak sekali rujukan yang juga membuat penontonnya ikut mempertanyakan tujuan
dan nilai apa yang digunakan dalam hidup setiap orang.
Nyawa dari Kedai Filosofi Kopi ini adalah Ben dan Jody dengan
sifat-sifatnya sendiri yang meskipun bertolak belakang tetapi bisa saling mengimbangi.
Dengan keputusan mereka untuk kedai kembali, ada ideologi yang mengalami revisi dan
dipertanyakan lagi agar kedai Filosofi Kopi bisa berjalan lancar lagi. Hal itu
dikarenakan bagaimana Ben dan Jody mengalami banyak sekali kejadian dan referensi
dalam hidup yang membuat mereka mengalami kontemplasi.
Poin-poin itu muncul di dalam naskah yang ditulis oleh Jenny Jusuf, M.
Irfan Ramli, dan Angga Dwimas Sasongko sendiri. Dituliskan secara implisit di
dalam adegannya dan Angga Dwimas Sasongko berhasil menyampaikannya dengan baik dan dapat dirasakan oleh
penontonnya. Sensitivitas dalam mengarahkan inilah yang menjadi poin penting
dalam Filosofi Kopi 2 : Ben & Jody. Bagi penonton yang mengikuti film
pertamanya, akan terasa kontinuitas dari karakter Ben dan Jody yang mengalami
transisi. Penonton seakan-akan tahu bahwa ada nilai-nilai yang direvisi dalam
diri Ben dan Jody seperti kedai kopi mereka yang berusaha lahir kembali.
Kedai Filosofi Kopi kembali hadir tak hanya sekedar mengalami transisi
dalam memberikan esensi, tetapi juga estetika yang memperkuat visualisasi.
Gambar dan musik menjadi medium bernarasi lain dari Angga Dwimas Sasongko yang
semakin memperkuat dialog-dialog antar karakter di dalam film Filosofi Kopi 2 :
Ben & Jody. Ada rasa khusyuk dan syahdu yang muncul yang bisa mempengaruhi
penonton untuk dapat dinikmati setiap seduhannya. Sehingga penonton bisa ikut
larut dan ikut merenungi bagaimana Ben dan Jody menemukan solusi yang tak
saling menyakiti satu sama lain.
Sesuai dengan sub judulnya, Filosofi
Kopi 2 : Ben & Jody memiliki penekanan khusus terhadap karakter
utamanya. Sehingga, konflik yang muncul di dalam Filosofi Kopi 2 : Ben & Jody ini memiliki problematika dengan
lingkup domestik yang akan terasa berbeda dengan film sebelumnya. Filosofi Kopi 2 : Ben & Jody ini tak
hanya sekedar memberikan konflik yang jauh lebih personal tetapi juga menjadi
ruang bagi Ben dan Jody untuk berusaha berkontemplasi atas filosofi hidup yang
mereka pegang selama ini. Dengan pengarahan Angga Dwimas Sasongko yang penuh
atas kesensitivitasan ini, pesan yang secara implisit muncul itu dan berhasil
disampaikan. Sehingga, di dalam Filosofi
Kopi 2 : Ben & Jody ini terasa sekali berusaha memunculkan transisi Ben
dan Jody seperti kedai mereka yang berusaha lahir kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar