Setelah memiliki berbagai macam transisi dan pengulangan, pada
akhirnya Marvel dan Disney memutuskan untuk mengakuisisi Spider-Man dari Sony
untuk bisa masuk jajaran Marvel Cinematic
Universe-nya. Dengan begitu, Marvel
Cinematic Universe memiliki ekspansi dunia yang semakin rumit dan punya
deretan manusia super yang semakin penuh sesak. Tetapi, hal itu bukan menjadi
sesuatu yang perlu ditakutkan oleh Marvel
Cinematic Universe karena dunianya sudah memasuki fase ketiga yang memang
butuh komplikasi lebih.
Dengan bergabungnya Spider-Man menjadi salah satu anggota dari Marvel Cinematic Universe, akhirnya
manusia laba-laba ini masuk menjadi pemeran pendukung di Captain America :
Civil War. Kemunculannya di seri ketiga dari Captain America ini menjadi usaha
mencari perhatian dari Marvel kepada
fansnya. Sehingga, Spider-Man seolah-olah dilahirkan kembali dengan citra diri
yang berbeda dengan film-film sebelumnya.
Spider-Man milik Marvel
Cinematic Universe ini digambarkan memiliki usia yang jauh lebih muda
dibandingkan dengan film-film sebelumnya. Dan kali ini, Jon Watts menjadi orang
yang memiliki kontrol atas apa yang ditampilkan di film Spider-Man terbaru
dengan judul Spider-Man : Homecoming. Kali ini, kisah tentang Peter Parker
memiliki atmosfir dunia sekolah menengah atas yang jauh lebih kental dari
film-film sebelumnya. Serta, Spider-Man :
Homecoming berusaha keluar dari kisah-kisah generik yang dipakai oleh
film-film sebelumnya.
Seiring dengan diakuisisinya Spider-Man, Disney dan Marvel tak ingin
lagi terjebak dengan cerita-cerita yang serupa. Maka dari itu, Spider-Man : Homecoming berusaha
memberikan perspektid yang berbeda. Begitu pula dengan pemeran Peter Parker
yang juga ikut diganti. Dari Tobey McGuire menjadi Andrew Garfield, kali ini
Peter Parker diperankan oleh Tom Holland yang masih remaja. Hal ini sesuai
dengan bagaimana Marvel dan Disney berusaha keras memberikan diferensiasi dari
film-film Spider-Man sebelumnya.
Dengan keluar dari babak cerita yang berbeda, Spider-Man : Homecoming berusaha untuk menjadi lebih dari sekedar
film manusia super yang menyenangkan. Film yang diarahkan oleh Jon Watts ini
membuat Spider-Man : Homecoming yang
sedang menceritakan transisi dari kehidupan Peter Parker yang sedang dalam fase
remaja. Menciptakan atmosfir coming of age
dengan nuansa yang lebih kental untuk mengetahui bagaimana kehidupan Peter
Parker secara lebih intim.
Keintiman itu bermula di sebuah sekolah menengah atas di daerah
Queens, kota kecil tempat Peter Parker (Tom Holland) tinggal. Paska
pertemuannya dengan Tony Stark (Robert Downey Jr.) yang sedang bertarung sengit
dengan Steve Rogers (Chris Evans), Peter merasa bahwa dirinya adalah orang yang
sangat penting bagi dunia ini. Dengan keterlibatannya itu, Peter merasa bahwa
di kota kecil ini penuh akan kejahatan dan ketidaknyamanan yang perlu dilibas
olehnya. Tetapi sikap Peter Parker yang ingin terlibat itu, membuat dirinya
malah terjebak dalam masalah.
Peter menemukan transaksi senjata ilegal dengan teknologi mutakhir
yang diambil dari bekas-bekas pertarungan anggota Avengers dengan
musuh-musuhnya. Peter berusaha memgingatkan Tony Stark tentang keadaan ini,
tetapi tidak ada yang menggubrisnya. Dengan adanya kejahatan itu, Peter Parker
tak tinggal diam. Dia berusaha sendiri untuk menangkap dan mencari tahu siapa
dalang di balik penjualan senjata ilegal ini. Tetapi, Peter Parker juga
mendapatkan resiko yang sangat besar dari apa yang dia lakukan.
Kentalnya atmosfir remaja di dalam film Spider-Man : Homecoming ini seakan-akan memberikan nafas baru di
deretan film-film manusia super milik Marvel. Bagaimana Jon Watts
memvisualisasikan bagaimana Peter Parker sebagai sosok karakter yang tetap tak
bisa lepas dengan kehidupannya sebagai orang biasa. Memiliki alter ego menjadi
sosok manusia super tetapi juga tetap menjadi remaja dengan perputaran
problematika yang tak jauh-jauh dari percintaan, persahabatan, dan popularitas
saat SMA.
Inilah yang membuat Spider-Man :
Homecoming memiliki diferensiasi dengan film-film manusia laba-laba yang
lain. Atribut remaja seperti malam prom, pesta, dan persahabatan yang sekaligus
menjadi karakter pendukung ini selalu ada dalam film-film yang menggambarkan
transisi kehidupan remaja. Tetapi, Jon Watts berusaha untuk berkiblat pada
film-film remaja khas dari John Hughes seperti The Breakfast Club dan Sixteen
Candles. Referensi itu pun semakin terlihat kentara dengan bagaimana Jon
Watts menyelipkan sedikit cuplikan adegan dari Ferris Bueller’s Day Off di dalam filmnya.
Penonton diajak kembali ke masa-masa remaja sekolah menengah atas di
dalam sebuah film manusia super dan Spider-Man
: Homecoming berhasil memunculkan hal tersebut. Meskipun plot ceritanya
masih terlihat generik sebagai sebuah film kisah asli dari seorang manusia
super, tetapi ada usaha dari Jon Watts untuk berusaha memberikan diferensiasi
tersebut. Tahu akan kelemahannya untuk membuat spektakel aksi, Jon Watts
berusaha dengan memberikan kedekatan karakter Peter Parker dengan karakter
lainnya.
Secara aksi, Jon Watts masih belum bisa memberikan detil-detilnya.
Pertarungan akhir yang diarahkan di dalam Spider-Man
: Homecoming belum bisa memberikan sesuatu yang mencengkram dan kalah dengan
adegan pertarungan sebelumnya. Tetapi, Jon Watts bisa mengemas dan menyatukan
drama coming of age dengan tetap
memiliki cita rasa film manusia super inilah yang perlu diapresiasi. Ketelitian
Jon Watts ini adalah kekuatan dari Spider-Man
: Homecoming yang bisa setara memberikan porsi di antara dua atmosfir yang
berbeda ini dan tampil begitu menyenangkan di dalam film ini.
Spider-Man : Homecoming itu
pun tak serta merta menjadi sebuah superhero spin-off film yang memang harusnya
ada untuk menceritakan siapa itu manusia laba-laba ini. Tetapi, konflik yang
ada di dalam film Spider-Man : Homecoming
memberikan relevansi dan ekspansi dengan segala hal yang ada di Marvel Cinematic Universe. Dengan adanya
film ini menandakan bahwa fase ketiga di dalam Marvel Cinematic Universe bukan sekedar tentang penambahan
karakter, tetapi memang dunianya yang semakin besar. Tentang bagaimana apa yang
dilakukan oleh manusia super ini benar-benar dapat berdampak kepada siapapun.
Oleh karena itu, Spider-Man :
Homecoming bisa dibilang menjadi salah satu film penting yang dapat
memberikan ekspansi lebih terhadap Marvel
Cinematic Universe. Sebuah kisah asli yang memang memiliki plot yang
lurus-lurus saja, tetapi dikemas dengan atmosfir yang berbeda. Sehingga, Spider-Man : Homecoming menjadi sesuatu
yang segar untuk disantap. Memiliki atmosfir coming of age dengan berbagai macam tribut kepada film-film John
Hughes yang kental. Dengan begitu, penonton bisa merasa dekat dengan Peter
Parker yang sedang berusaha keras dengan kehidupan remajanya. Jon Watts bisa
memberikan pergantian dua atmosfir tanpa merusak esensi dari keduanya.
Sehingga, Spider-Man : Homecoming adalah
sebuah drama transisi remaja dengan kekuatan super yang sangat menyenangkan.
Spider-Man : Homecoming juga tampil dalam berbagai format, salah satunya yaitu IMAX 3D Format. Berikut adalah rekapan dari format IMAX 3D film Spider-Man : Homecoming.
DEPTH
Punya kedalaman yang menarik, sehingga menonton Spider-Man : Homecoming terasa seperti mengintip dari jendela kamar kita
POP-OUT
Mungkin tidak ada apapun yang bisa keluar dari layar di film Spider-Man : Homecoming. Film ini hanya menekankan tentang kedalaman gambar saat ditonton di format IMAX 3D.
Tonton saja film ini dalam format IMAX 3D. Sangat direkomendasikan, apalagi format IMAX 3D hanya selisih sedikit saja dengan layar reguler.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar