Adaptasi resmi dari film-film luar negeri pernah dilakukan oleh film “Love You, Love You Not” yang diadaptasi
dari film thailand berjudul “I Fine,
Thank You, Love You”. Kali ini, adaptasi resmi lainnya di perfilman
Indonesia hadir dari film korea berjudul “Miss
Granny”. Film dari negeri ginseng tersebut telah diadaptasi oleh berbagai
macam negara mulai dari China, Thailand, Jepang, hingga Vietnam. Maka, kali ini
Indonesia menghadirkan adaptasi resmi tersebut dengan judul “Sweet 20”.
Ody C. Harahap menjadi orang yang dipercaya untuk mengarahkan adaptasi
dari Miss Granny ini. Pengarahan Ody
C. Harahap ini dibantu oleh naskah yang ditulis oleh Upi. Film Sweet 20 ini dimeriahkan pula oleh aktris dan aktor
kawakan seperti Niniek L. Kariem, Widyawati, hingga Slamet Rahardjo. Juga,
aktor dan aktris muda mulai dari Morgan Oey, Tatjana Saphira, dan Kevin Julio sehingga
pemilihan pemainnya bisa digunakan sebagai segmentasi penonton dari film ini.
Dengan jadwal perilisan yang pas saat lebaran, Sweet 20 muncul dengan harapan sebagai film keluarga yang pas untuk
ditonton ramai-ramai.
Ody C. Harahap pernah berhasil membuat film drama komedi dengan
takaran pas lewat Kapan Kawin?, bahkan Me Vs Mami juga bisa menghibur
penontonnya. Sehingga ketika Ody C. Harahap kembali menggarap di ranah genre
serupa, penonton sudah mulai percaya dengan apa yang mau dia arahkan. Meski
diadaptasi dari film yang pernah ada, Sweet
20 berhasil menjadi sebuah film yang sangat segar dan begitu menyenangkan
pas dengan suasana Lebaran.
Seperti dengan Miss Granny, Sweet 20 menceritakan tentang seorang
wanita lanjut usia bernama Fatma (Niniek L. Karim) yang tinggal bersama dengan
anaknya, Adit (Lukman Sardi) dan menantunya. Keberadaan Fatma cukup menganggu
ketenangan anak, menantu dan cucu-cucunya karena Fatma begitu cerewet dan suka
menasihati mereka. Hingga pada akhirnya, Adit dan keluarganya memutuskan untuk
memasukkan Fatma ke Panti Jompo.
Fatma yang mengetahui rencana tersebut merasa sedih dan memutuskan
untuk kabur dari rumahnya. Di tengah perjalanannya, dia menemukan sebuah toko
foto bernama “Forever Young”. Fatma masuk dan ingin mengabadikan fotonya agar
bisa diingat oleh semua orang. Tetapi, keajaiban terjadi saat Fatma selesai
difoto. Fatma berubah menjadi seorang perempuan muda belia berumur 20 tahun
hingga semua orang tak mengenalinya. Fatma pun mengubah identitasnya menjadi
Mieke Widjaja (Tatjana Saphira) dan hidup menjadi perempuan masa kini yang
mengejar mimpi-mimpinya dulu.
Ketakutan dalam sebuah adaptasi dari film lalu adalah tak ada pembeda
dan hanya melakukan penyalinan yang serupa di dalam filmnya. Tetapi, pernyataan
generik itu dipatahkan begitu saja oleh presentasi secara keseluruhan dari film
Sweet 20 ini. Ketika mengarahkan film
ini, Ody C. Harahap tak sekedar menyalin adegan demi adegan di dalam film Miss Granny untuk ditampilkan di dalam
film Sweet 20. Ada cita rasa yang
disesuaikan dengan referensi kultur Indonesia sehingga membuat Sweet 20 seperti sebuah film baru yang
segar untuk dinikmati.
Sweet 20 tampil dengan konsistensi
energi yang sangat kuat dari awal hingga akhir yang berdampak kepada
penontonnya yang akan sangat menikmati 115 menit film ini. Sehingga, penonton
bisa sangat terhibur dengan segala komedi dan drama di dalam film ini. Ody C. Harahap berusaha agar setiap unsur di
dalam film ini mulai dari konflik, karakter, dan atmosfirnya berjalan sesuai
dengan porsinya masing-masing. Pengarahan yang begitu teliti yang dilakukan
oleh Ody C. Harahap inilah kunci kesuksesan dari performa dari Sweet 20.
Ada perubahan suasana yang dilakukan secara signifikan di setiap babak
di dalam film Sweet 20. Tetapi,
apabila hal tersebut tak dilakukan dengan teliti, perubahan atmosfir itu malah
akan mendistraksi pondasi cerita. Inilah kepiawaian dari Ody C. Harahap dalam
mengarahkan Sweet 20, perubahan suasana
itu bergantian tanpa merusak suasana penontonnya juga. Semua berjalan seirama
yang malah semakin memperkuat lajurnya cerita dari Sweet 20 ini. Hal ini membuktikan bahwa Ody C. Harahap memiliki
pandangan yang sangat visioner dalam mengarahkan genre-genre seperti ini.
Selain pengarahan penuh sensitivitas dari Ody C. Harahap, naskah
adaptasi dari Sweet 20 ini patut
diacungi jempol. Adaptasi yang dilakukan oleh Upi ini berhasil memasukkan
kultur budaya yang relevan dengan Indonesia. Pun, hal itu tak sekedar sadur
budaya saja, tetapi juga diperhatikan bagaimana penyaduran budaya itu
dimunculkan di dalam adegan film. Mulai dari tembang-tembang lawas yang
menghiasai beberapa adegan film Sweet 20
hingga pemilihan kata yang disesuaikan dengan usia setiap karakternya.
Apabila diperhatikan bagaimana setiap karakter mengucapkan dialognya
akan muncul kesenjangan pemilihan kata antar generasi yang memang selalu
terjadi ketika setiap orang melakukan komunikasi. Bahasa baku dan bahasa gaul
terkadang menjadi hambatan bagi orang lanjut usia dengan generasi masa kini.
Sehingga, Sweet 20 tak sekedar memiliki
konflik di dalam plot ceritanya saja. Tetapi juga menjadikan gambaran bagi
penontonnya tentang konflik komunikasi antar personal melalui pemakaian bahasa
di setiap rentang usianya yang terkadang memunculkan kesenjangan dan konflik.
Konflik tentang problematika dalam menggunakan bahasa inilah yang
disematkan di dalam karakter Fatma yang diperankan oleh Niniek L. Kariem yang
berubah menjadi Mieke yang diperankan oleh Tatjana Saphira. Meskipun tubuhnya
berubah menjadi sosok yang lebih muda, tetapi nilai-nilai budaya lama tetap
tersematkan di dalam diri Mieke. Sehingga, Mieke tetap harus beradaptasi
kembali dengan generasi masa kini. Bagusnya, Tatjana Saphira berhasil
menerjemahkan kesenjangan budaya yang ada dengan gerakan dan mimik wajah yang
kuat sekali. Berhasil meyakinkan penontonnya bahwa Tatjana Saphira memang
seorang wanita lanjut usia yang sedang terjebak di tubuh perempuan usia muda.
Meski menjadi sebuah film adaptasi dari film lain, Sweet 20 berhasil memberikan nafas baru
dari film aslinya sendiri. Ketelitian dan sensitivitas Ody C. Harahap inilah
yang menjadi pegangan bagi presentasi keseluruhan dari Sweet 20 hingga menjadi sebuah film drama komedi keluarga paket
komplit. Akan ada tawa, haru, sekaligus kontemplasi tentang konflik-konflik di
dalam film ini yang dengan mudah memberikan relevansi dengan penonton
Indonesia. Hal itu juga karena kepiawaian Upi selaku penulis naskah yang dapat
menyadur kultur budaya lokal yang tak sekedar tempel, tetapi juga diperhatikan
penempatannya. Dengan begitu, konsistensi energi yang muncul di dalam Sweet 20 selalu terjaga dan akan menetap
rasa bahagia di hati penontonnya. Ya, Sweet
20 adalah film libur lebaran yang pas ditonton ramai-ramai. Tatjana Saphira is a next big thing!
Makin penasaran sama filmnya
BalasHapusSemua review bilang bagus