Adaptasi dari buku Red Sparrow
ke dalam naskah ini ditulis oleh Justin Haythe yang pernah menuliskan naskah di
beberapa film. Pun, tak hanya Jennifer Lawrence saja, ada beberapa nama besar
yang juga ikut andil di dalam proyek adaptasi Red Sparrow ini. Mulai dari Joel Edgerton, Charlotte Rampling,
hingga Jeremy Irons ikut meramaikan film yang bertemakan mata-mata rusia ini.
Dengan trailer yang seduktif, tentu Red
Sparrow akan semakin menarik untuk dinantikan.
Di tangan 20th Century Fox, film adaptasi dari novel tentu punya
riwayat yang tidak cukup baik. Mulai dari The Maze Runner hingga Miss Peregrine
tentu memiliki performa yang tak bisa maksimal. Tentu saja ini adalah sebuah
lampu kuning bagi Francis Lawrence yang ingin mengadaptasi sebuah buku ke dalam
film seperti Red Sparrow ini. Sebagai
sebuah film mata-mata, Red Sparrow
tampil elegan tetapi penceritaannya tak sempurna akibat naskah adaptasi yang
tak begitu diperhatikan.
Ini menceritakan tentang sosok perempuan yang awalnya penari balet
bernama Dominika Egorova (Jennifer Lawrence) yang sangat berbakat. Tetapi,
karirnya harus hancur ketika saat tampil di atas panggung, rekannya menyabotase
penampilannya yang mengakibatkan dirinya mengalami patah tulang. Dominika
sangat terpukul dengan kejadian ini dan menganggap dirinya sudah tidak punya
harapan lagi. Dengan kejadian ini, Dominika yang sangat kesal ingin membalas
dendam.
Dominika berusaha menghancurkan rekan baletnya dengan sangat sadis.
Hal ini tentu membuat Dominika panik dan takut. Sehingga pada akhirnya,
Dominika harus masuk ke dalam sebuah pelatihan rahasia oleh pamannya sendiri
dan program ini dinamai Red Sparrow.
Di sana dia diajari untuk menjadi seorang mata-mata negara dengan cara yang
lain. Menggunakan seluruh aset yang ada di dalam tubuhnya untuk dijadikan
senjata ampuh untuk melakukan investigasi.
Dengan cerita-cerita seperti ini, sebenarnya Red Sparrow memiliki potensi untuk mempunyai performa yang sangat
unggul. Terlebih, Red Sparrow ini
memiliki Jennifer Lawrence sebagai kunci utama di dalam filmnya. Pun, didukung
oleh kekuatan pengarahan dari Francis Lawrence yang sebenarnya tak bisa
diremehkan begitu saja. Tetapi, Red
Sparrow pada akhirnya harus terjebak dengan beberapa kelemahan dalam
penulisan naskahnya.
Sebagai sebuah film yang penuh akan teka-teki, Justin Haythe tak bisa
menerjemahkan setiap misteri yang ada di dalam buku milik Jason Matthews. Ada
beberapa informasi yang tak bisa disampaikan dengan baik karena naskahnya
sendiri tak bisa menjelaskan hal itu. Efeknya, kepingan-kepingan teka-teki itu
tak bisa tersusun dengan baik dan akan menimbulkan berbagai pertanyaan bagi penonton.
Efek lainnya adalah timbul sebuah konklusi yang sangat lemah dalam film-film
serupa.
Sehingga, yang sangat membantu performa dari Red Sparrow ini secara keseluruhan adalah pengarahan dari Francis
Lawrence yang sangat kuat. Dengan naskah yang begitu lemah, Francis Lawrence
berhasil merajut setiap menitnya dengan sangat baik. Membangun perkembangan
karakter dan atmosfir yang mencekam di dalam Red Sparrow untuk menutupi lubang-lubang yang ada dalam setiap
informasinya. Ini tentu akan sangat membantu performa dari Red Sparrow terlebih ketika durasinya pun mencapai 136 Menit.
Francis Lawrence membangun setiap ceritanya perlahan sehingga ini akan
memunculkan efek ke dalam ceritanya yang memiliki tempo lambat. Temponya yang
lambat ini digunakan oleh Francis Lawrence sebagai cara untuk mengenalkan
karakter dan konfliknya agar dekat kepada penontonnya. Pun, tempo lambatnya
inilah yang menjadi kekuatan Red Sparrow
dalam membangun setiap tensinya yang semakin mencekam. Tetapi, ini tentu akan
berdampak lain bagi orang yang tak suka dengan film tempo lambat karena tentu
hal ini akan diasumsikan sebagai film yang membosankan.
Tak ada sekuens aksi yang sangat besar muncul di dalam film Red Sparrow. Semua intensitasnya muncul
dari penuturan Francis Lawrence di dalam setiap dialognya. Tentu, hal ini tak
akan mujarab apabila Jennifer Lawrence tak bisa memberikan performa yang luar
biasa. Dirinya mampu menjadi sosok mata-mata yang sangat meyakinkan. Jennifer
Lawrence mampu memberikan range emosi yang sangat besar sehingga penonton pun
ikut berhasil termakan tipu daya Jennifer Lawrence yang berperan sebagai
mata-mata di dalam film ini.
Red Sparrow menjadikan tema
seduktifnya sebagai cara menunjukkan kepada penontonnya tentang perempuan dan
juga tubuhnya. Perempuan bisa secara bebas menggunakan tubuhnya atas itu masih
dalam kemauan dari alam sadarnya sendiri. Tubuh perempuan pun bisa sebagai
senjata yang ampuh untuk memanipulasi pemikiran laki-laki. Secara tak langsung
hal ini mewakili bagaimana perempuan punya kontrol besar atas tubuhnya untuk
berusaha menumpas pemikiran-pemikiran konvensional laki-laki yang selalu
memandang tubuh perempuan sebagai objek.
Sehingga, tema seduktif di dalam film ini bukan hanya sebagai sebuah
tambahan tak berarti untuk memuaskan mata lelaki. Dengan caranya, Red Sparrow membuktikan sekali lagi
tentang kedigdayaan perempuan dalam realita yang menjadi krisis dan urgensi
untuk muncul dalam sinema akhir-akhir ini. Meski masih memiliki misteri yang tak bisa ditangani
dengan baik, setidaknya 136 menit Red
Sparrow ini masih sangat bisa dinikmati oleh mereka yang suka dengan tempo
dan tema seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar