Menggambarkan sebuah pengalaman tentang transisi remaja mungkin sudah
pernah ada di dalam banyak film. Tema-tema seperti ini tentu sudah bukan lagi
sebuah hal yang baru bagi perfilman Hollywood. Dinamika remaja yang terus
berubah-ubah setiap waktu ini tetap saja menjadi topik yang masih sering
dibicarakan apalagi dalam ranah tontonan alternatif Hollywood. Hal ini pula
yang sedang berusaha disampaikan lewat Greta Gerwig dalam debut
penyutradaraannya.
Greta Gerwig berusaha untuk membuat sebuah catatan kecil dalam bentuk
visual tentang dirinya dan kota kecilnya dalam film Lady Bird. Naskah dari film Lady
Bird ini juga ditulis sendiri oleh Greta Gerwig sehingga tentu film ini
akan terasa sangat personal baginya. Diperankan oleh aktris yang tak main-main
yaitu Saoirse Ronan dengan ditemani oleh nama-nama terkenal seperti Laurie
Metcalf, Timothee Chalamet, dan beberapa nama lain.
Remaja tentu punya banyak cerita, dinamika kehidupan mereka pun masih
sangat bergairah. Bahkan sering kali semangat mereka terlalu meluap untuk
selalu membenci kehidupan mereka. Greta Gerwig berusaha untuk menampilkan
dinamika remaja seperti ini di dalam Lady
Bird. Keinginan seorang remaja yang terkadang terlalu muluk ini terwakili
dengan baik lewat karakter Christine yang diperankan oleh Saoirse Ronan.
Digarap dengan personal bukan berarti Lady Bird pada akhirnya tak bisa dinikmati dengan jangkauan yang
lebih luas. Lady Bird tentu bisa
mewakili bagi mereka yang pernah mengalami hal serupa. Ingin merasakan indahnya
dunia tanpa memperhatikan kondisi yang ada di sekitar mereka. Menjadi remaja
yang selalu merasa hidupnya serba kekurangan dan membencinya karena diri mereka
terlalu egois untuk mengakui dan bersyukur atas apa yang mereka punya.
Greta Gerwig bisa menyajikan catatan kecil tentang hidupnya ini
sebagai memorabilia bagi siapa saja yang pernah remaja saat menonton film ini.
Rasa jujur dan sederhana inilah yang berusaha ingin ditunjukkan oleh Greta
Gerwig di dalam debut penyutradaraannya. Emosi dalam Lady Bird ini sangat kuat tetapi tak berusaha terlihat
meletup-letup inilah yang akan jarang ditemui di dalam film bertema serupa.
Sehingga tak salah apabila Greta Gerwig patut untuk dinominasikan dengan
sutradara lainnya dalam Oscars 2018 ini.
Menceritakan tentang seorang remaja perempuan bernama Christine
McPherson (Saoirse Ronan) yang sedang mengalami transisi di dalam kehidupan
remajanya. Di akhir tahun sekolahnya, Christine ingin melanjutkan sekolah ke
universitasnya memiliki lingkungan dengan jangkauan yang lebih luas. Tetapi sayangnya,
hal ini tidak disetujui oleh sang ibu, Marion McPherson (Laurie Metcalf). Tentu
saja ini membuat Christine harus sering berdebat hebat dengan Ibunya setiap
saat.
Meskipun problematika utamanya adalah kondisi keluarga mereka yang
serba kekurangan, Christine tetap seorang remaja perempuan yang tak mau
mengalah. Perempuan yang biasa menyebut dirinya Lady Bird ini tetap memaksakan kehendaknya untuk bisa bersekolah di
daerah yang lebih memiliki budaya. Berbagai cara dilakukan oleh Christine agar
dia mendapatkan rekomendasi untuk bersekolah di tempat yang dia inginkan.
Lady Bird bisa menjadi
sebuah gambaran tentang kehidupan masyarakat menengah ke bawah dan cara-cara
mereka berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Betapa mereka sangat
memimpikan kemapanan yang ternyata harus bertabrakan dengan realita mereka
sendiri. Sehingga, dalam film Lady Bird
ini bisa menjadi sebuah kontemplasi bagi mereka yang ada di dalam kelas
tersebut untuk selalu bisa bersyukur dengan keadaan. Tetapi mereka pun tetap
bisa berusaha untuk mewujudkan mimpi tentang kemapanan mereka menjadi nyata.
Pun, Lady Bird adalah sebuah
surat cinta bagi mereka yang sedang berusaha bermigrasi ke tempat yang dirasa
lebih baik. Pengarahan dari Greta Gerwig bisa menangkap maksudnya tanpa ada pretensi
apapun ataupun memiliki pesan-pesan ambisius di dalam filmnya. Inilah yang
membuat Lady Bird punya citarasa yang
berbeda dibandingkan dengan film-film bertema serupa. Lady Bird berusaha menyajikan apa adanya dinamika kehidupan remaja
yang terkadang emosinya pun masih tak stabil.
Hal ini tergambar jelas dengan bagaimana performa Saoirse Ronan
sebagai Christine “Lady Bird”
McPherson. Saoirse Ronan mengeluarkan pesona terbaiknya dengan menjadi sosok
remaja labil dengan range emosi yang sangat luas. Perpindahan karakter
Christine yang sangat cepat membuat penontonnya merasa bahwa mereka memang
sedang benar-benar menyaksikan dinamika kehidupan remaja yang sebenarnya di
sekitar mereka.
Hal ini pun didukung oleh performa yang sangat luar biasa dari Laurie
Metcalf yang mampu menerjemahkan arti pemeran pendukung dengan baik. Laurie
Metcalf berhasil meyakinkan penonton bahwa dirinya adalah Ibu asli dari Saoirse
Ronan. Memerankan karakter yang dapat mengontrol pemeran utamanya tanpa perlu
harus berusaha mendominasi. Kedua pemeran inilah yang juga menjadi kunci utama
dari presentasi Lady Bird selama 94
menit.
Greta Gerwig punya sensitivitasnya sebagai seorang sutradara yang mampu
membuat filmnya yang sederhana ini bisa menempel di benak penontonnya. Greta Gerwig
menyalurkan emosi dalam hatinya tentang kerinduannya akan kota kelahirannya
dengan sangat baik kepada penontonnya. Sehingga, di akhir film, penonton akan
diberikan sebuah perjalanan montage kecil
tentang kota kelahiran Christine yang sederhana namun berhasil memberikan
dampak emosional yang sangat luar biasa besar.
Sehingga pada akhirnya Lady Bird
tentu bisa jadi sebuah catatan kecil bagi mereka yang jauh dengan rumah asli
mereka. Digambarkan dengan berbagai cara yang sangat menyentuh dan komedi-komedi
sarkastik yang muncul di saat-saat yang tepat. Pun, Lady Bird juga bisa menjadi sebuah memorabilia masa remaja yang
penuh akan rasa keegoisan yang meluap-luap dan semangat yang menggebu-gebu
untuk meraih apa yang diinginkan. Juga, masa remaja yang penuh akan jatuh
bangun dalam menjalani hari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar