Setelah Deepwater Horizon dan Patriots Day yang tayang di tahun 2017,
maka tahun ini Peter Berg mempersiapkan proyek terbarunya. Proyek terbarunya
pun tetap menggandeng aktor Mark Wahlberg untuk diajak kerjasama. Proyek film
berjudul Mile 22 ini mungkin telah
mendapatkan hype luar biasa, terlebih di ranah dalam negeri, karena menggandeng
aktor Indonesia yang terkenal lewat franchise
The Raid.
Iko Uwais
diajak oleh Peter Berg untuk beradu akting dengan Mark Wahlberg dan beberapa
nama lainnya seperti John Malkovich, Lauren Cohan, dan Ronda Rousey. Tentu
saja, dengan adanya nama Iko Uwais di dalam film Mile 22 yang notabene digarap oleh Hollywood membuat bangga dan
juga membuat penonton Indonesia Penasaran. Iko Uwais pun bukan hanya sekedar
cameo dengan screen time yang sedikit di dalam film ini.
Mile 22 tentu akan terasa berbeda dengan 3
film terakhir Peter Berg yaitu Lone
Survivor, Deepwater Horizon, dan Patriots
Day yang didasari oleh kisah nyata. Peter Berg menunjuk Lea Carpenter untuk
menuliskan naskahnya yang juga dibantu oleh Graham Roland untuk mengembangkan
ceritanya. Lewat Mile 22, Peter Berg
kembali ke jalur fiksi dan berusaha menjadikan film ini sebagai sebuah sekuel
yang berkesinambungan.
Bagi yang
akan menonton film ini tentu perlu untuk bersiap-siap karena Mile 22 ini adalah sebuah cerita
permulaan untuk film-film selanjutnya. Tetapi, Mile 22 ini seakan terasa usaha Peter Berg untuk tetap membuat
filmnya sebagai permulaan yang tak menggebu-gebu untuk dijadikan sebuah sekuel.
Peter Berg tahu untuk mengawali dan mengakhiri filmnya tanpa memiliki kesan Mile 22 sangat ambisius membangun universe.
Sayangnya,
keambisiusannya berubah kepada bagaimana Peter Berg menuturkan setiap menitnya
di dalam film Mile 22. Film terbaru
dari Peter Berg sebenarnya memiliki cerita yang sederhana di balik temanya yang
mengandung unsur politik dan konspirasi. Cerita dengan tema seperti ini memang
sudah menjadi ciri khas dari Peter Berg. Hanya saja, penuturan cerita di Mile 22 ini tak semulus seperti apa yang
dilakukan Peter Berg di beberapa film terakhirnya.
Mile 22 dipusatkan pada sosok anggota CIA
bernama James Silva (Mark Wahlberg) yang sedang berada di sebuah misi penting.
James harus membawa seorang mantan polisi yang menjadi saksi kunci yang membawa
informasi rahasia demi kelangsungan negara. Polisi tersebut adalah Li Noor (Iko
Uwais) yang berasal dari negara Indocarr. James harus bisa membawa oknum ini ke
sebuah bandara dengan selamat. Sayangnya, hal itu tidak berjalan dengan
mulus-mulus saja.
Di perjalanannya menuju bandara, banyak sekali
orang-orang yang berusaha menghalangi dirinya. Li Noor diincar oleh banyak
orang mulai dari polisi melakukan oposisi dan oknum yang bersekongkol
dengannya. James Silva tentu saja akan kewalahan untuk menghadapinya sendiri. Dirinya
dibantu oleh rekan-rekannya yaitu Alice Kerr (Lauren Cohan), Sam Snow (Ronda
Roussey), dan sang bos Bishop (John Malkovich) yang berusaha mengarahkan
mereka.
Plot
sederhana yang dimiliki oleh Mile 22
ini sebenarnya bisa disampaikan dengan cara yang sederhana pula. Peter Berg
mungkin sudah tahu bahwa Mile 22 ini
akan menjadi sebuah trilogi yang berkesinambungan nantinya. Sehingga, Mile 22 sebagai sebuah film permulaan
ini tentu memiliki banyak cerita pengenalan yang sangat tumpang tindih. Banyak
yang ingin dibahas oleh Peter Berg di dalam Mile
22 yang sedang berusaha membangun universe-nya ini.
Apabila
Peter Berg mau untuk sedikit menurunkan egonya untuk membangun universenya
secara perlahan, Mile 22 bisa jadi
sebuah action suspense yang mencengkram penontonnya. Jika saja Peter Berg mau
untuk fokus ke dalam misi penyelamatan Li Noor, Mile 22 akan punya intensitas yang lebih dari cukup untuk sebuah
film yang berdurasi 94 menit ini. Tetapi, Peter Berg lebih memilih untuk
mengelaborasi berbagai macam cerita dan karakter yang malah menyerang balik
filmnya.
Hasil
akhirnya, banyak karakter yang tak bisa berkembang dengan baik dan sangat
terbatas. Meskipun dalam naskah Lea Carpenter ini masih berusaha untuk
memberikan konflik-konflik kecil untuk mengembangkan karakter-karakter yang
ada. Hanya saja, penyampaian itu tak benar-benar memiliki ruang yang pas di
dalam filmnya. Sehingga, karakter-karakter tersebut tak bisa berinteraksi
dengan baik kepada penontonnya dan adegan-adegan emosionalnya pun tak bisa
berbicara dengan cukup kuat.
Peter Berg
masih berusaha untuk tetap memberikan kekhasan di dalam filmnya dan Mile 22 pun masih terasa demikian.
Menjunjung tema-tema patriotisme dengan caranya sendiri pun kemasannya yang
berusaha untuk realistis. Tetapi, pergerakan kamera dan editing di dalam Mile 22 adalah hal utama yang membuat
film ini tak bisa berinteraksi dengan baik. Mile
22 ingin terasa realistis di mata penontonnya sehingga kemasannya lebih
dekat ke sifat Mockumentary. Tetapi,
tata sunting yang tak rapi malah menyerang balik tujuan Peter Berg dan membuat
rasa tak nyaman bagi penontonnya.
Tata sunting
yang sengaja dibuat begitu mentah ini memang ditujukan agar membangun
intensitas bagi penontonnya. Sayangnya, bagi penonton yang tak bisa toleran
dengan gaya seperti ini tentu akan merasa pusing dan universe yang dibangun pun
tak akan diingat oleh benak penontonnya. Tetapi, kolaborasi Peter Berg dengan
Iko Uwais untungnya masih menghasilkan output
yang berjalan dengan baik. Iko Uwais mampu melakukan tugasnya sesuai
ekspektasi penonton dan menjadi hal yang paling bersinar di dalam filmnya.
Iko Uwais
berhasil menunjukkan kekuatan aktingnya yang semakin berkembang dengan baik.
Begitu pula dengan Fight Choreography-nya
yang mampu memukau penonton. Sehingga, Iko Uwais bisa menjadi karakter yang
dibuat bukan sembarangan. Peter Berg tahu bagaimana caranya untuk membuat
kolaborasinya dengan Iko Uwais ini tidak sia-sia. Setidaknya Mile 22 masih memiliki cara untuk
memuaskan penonton lewat adegan fighting yang
seru.
Mile 22 memang punya dasar ceritanya untuk
membangun universe-nya yang besar
terlebih memang tujuannya adalah untuk membuat sebuah sekuel. Tetapi, Mile 22 akan lebih cocok untuk dijadikan
sebagai episod pilot sebuah serial televisi dengan durasi 60 menit. Masih
banyak hal yang menjadi catatan baik secara teknis dan penuturan cerita dari Mile 22 ini agar lebih efektif. Tetapi,
dengan performa Iko Uwais dan penyelesaiannya, setidaknya penonton masih
memiliki amunisi untuk menunggu seri berikutnya. Berharap saja bakal lebih baik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar