Minggu, 29 September 2019

AD ASTRA (2019) REVIEW: Perjalanan Spiritual yang Personal ke Luar Angkasa


Perjalanan menuju luar angkasa memang bukan hal baru di perfilman Hollywood. Bahkan, film dengan tema-tema seperti ini sudah sering diangkat di beberapa tahun terakhir ini. Seperti wajib ada di setiap tahunnya. Maka dari itu, adanya karya terbaru dari sutradara James Gray ini sungguh menjadi hal yang patut untuk dinantikan. Apalagi ketika tahu bahwa film ini dibintangi oleh salah satu aktor Hollywood yang sudah jarang sekali bermain di layar perak.

Iya, siapa lagi kalau bukan Brad Pitt. Di tahun ini, mungkin penonton sudah menemuinya lewat film teranyar milik Quentin Tarantino berjudul Once Upon A Time... In Hollywood. Performanya sebagai supporting actor di film milik Quentin ini memang luar biasa menarik perhatian. ­Tentu saja, melihat Brad Pitt sebagai leading actor di film ini akan sangat menarik. Terlebih, bagi yang sudah familiar dengan film-film milik James Gray, tentu Ad Astra bukan hanya sekedar film perjalanan luar angkasa yang biasa.



Secara garis besar ceritanya, memang Ad Astra terlihat akan lebih dalam mengulik karakternya. Ini adalah kisah perjalanan Roy McBride (Brad Pitt), seorang astronot yang baru saja mengalami sebuah tragedi dalam pekerjaannya. Tragedi tersebut tentu akan mengancam keberadaan planet tempat dia tinggal. Sehingga, dia pun berusaha untuk mengusut masalah ini agar bisa ditemukan solusinya. Dan ditemukanlah sebuah fakta tentang tragedi tersebut.

Ternyata, Roy memiliki benang merah dengan solusi atas tragedi yang terjadi itu. Dia harus menemukan ayahnya, H. Clifford McBride (Tommy Lee Jones) seorang astronot senior yang luar biasa hebat. Tetapi, dirinya menghilang sesaat setelah menjalankan satu misi penting dan berhubungan dengan tragedi yang dialami oleh Roy. Mendengar hal ini, tentu Roy berusaha untuk menyelesaikan misinya dan menemukan kembali ayahnya yang telah lama tak dia ketahui kabarnya.


 
Jika kamu udah pernah nonton karya James Gray berjudul The Lost City of Z, mungkin akan sangat familiar dengan Ad Astra ini. Formula penuturan yang digunakan hingga pesan utama dalam film ini pun hampir terasa sama. Bedanya, The Lost City of Z diadaptasi dari sebuah novel milik David Grann, sedangkan Ad Astra adalah naskah asli yang ditulis oleh James Gray dan Ethan Gross. Jika ingin menikmati Ad Astra yang dibutuhkan hanyalah perhatian ekstra.

Penuturan James Gray yang lebih subtle ini mungkin membuat Ad Astra tak bisa dinikmati oleh penonton yang belum pernah mengalami pengalaman sinematis serupa. Tetapi, bila mau untuk memberikan perhatian ekstra, Ad Astra adalah sebuah perjalanan luar angkasa yang tak hanya membahas tentang misinya saja. Film ini menekankan dirinya tentang sebuah perjalanan dalam diri dengan cara yang indah dan personal.

James Gray menuturkan kisahnya sangat perlahan, memberikan ruang untuk karakternya berkembang dengan segala konflik batinnya. Membahas tentang diri seorang karakternya yang selalu merasa hampa dalam hidupnya dengan segala yang dicapainya. Membahas tentang bagaimana seseorang mencerna segala informasi dalam hidupnya dan membahas pula tentang seorang laki-laki yang tetap saja malu membahas sisi rapuhnya. Hal ini tergambar betul dalam karakter Roy yang direka oleh James Gray dalam karya terbarunya.



Diperkuat lagi dengan performa yang begitu menawan dari Brad Pitt. Dirinya bisa mengantarkan karakter rekaan ini menjadi karakter yang bisa menanamkan simpati kepada penontonnya. Melihat Roy dalam Ad Astra, penonton pun akan merasa ikut dalam pergolakan batin di dalam karakternya. Di setiap perjalanannya saat menjalankan misi ini adalah tempat bagi karakternya untuk berkontemplasi akan apa yang sudah lakukan dalam hidupnya.

Sehingga, sesuai dengan judulnya Ad Astra yang disadur dari kata Ad Astra Per Aspera yang artinya to the stars through diffculties, tak salah apabila Ad Astra menjadi perjalanan spiritual bagi sang karakter utamanya. Setiap perjalanan adalah medium untuk Roy menemukan jawaban, jati diri, atas keluh kesah dan keraguan dalam hidupnya saat menentukan pilihan dan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya.

Tetapi sayangnya, bila kamu sudah terlalu sering terpapar oleh film-film serupa, tentu Ad Astra bukan sebuah presentasi yang luar biasa. Masih ada banyak film-film lainnya yang bisa memiliki performa yang jauh lebih baik dari Ad Astra. Problematika dari film ini adalah ketika film ini berusaha untuk menekankan sisi fiksi ilmiahnya, tetapi menggunakan penuturan yang lebih realistis. Sehingga, ada cabang cerita di dalam filmnya yang terasa mengganjal dan menjadi keputusan yang kurang tepat untuk ada di dalam film Ad Astra.


 
Hanya saja, bagi yang sudah mencintai film-film dengan tema serupa, tentu saja Ad Astra adalah sebuah film yang tak bisa dilewatkan begitu saja. Dalam sisi teknis pun, film ini tak ada sesuatu yang luar biasa. Hanya saja, sinematografi milik Hoyte Van Hoytema ini menggugah mata dan cukup memiliki visi yang sama dengan sutradaranya. Sehingga, Ad Astra menjadi sebuah sajian perjalanan luar angkasa yang puitis dan menjadi medium bagi Brad Pitt untuk semakin menangguhkan dirinya sebagai aktor yang tak bisa dipandang sebelah mata.


1 komentar: