Sebuah pesan tentang perdamaian mungkin masih akan terus menjadi hal
yang memiliki relevansi di kehidupan manusia hingga sekarang.
Apalagi, sedang dalam gencar-gencarnya isu tentang perang dunia ketiga
yang sempat muncul dipermukaan. Usaha untuk menghentikan sebuah perang telah
terjadi sejak perang dunia pertama di tahun 1910an. Mengetahui adanya relevansi
itu mungkin yang mendorong Sam Mendes ingin menyampaikan pesan yang sama lewat
sebuah proyek film terbaru yang dia buat.
1917, sebuah film dengan premis sederhana tetapi penuh akan
keambisiusan Sam Mendes. Tak hanya dalam menyampaikan pesannya, tetapi juga
dalam proses pembuatannya. Film ini pun telah meraih beberapa nominasi Academy
Awards salah satunya menjadi Best Pictures. Bahkan, sedang digadang menjadi
frontrunner untuk membawa pulang piala. Bagaimana tidak didukung oleh banyak
pihak, film ini menggunakan ilusi agar sepanjang 120 menitnya terasa hanya
dalam satu shot utuh agar terasa lebih nyata.
Yang dilakukan oleh Sam Mendes di film 1917 tentu bukan tentang
menceritakan sebuah kisah yang penuh intrik. Sebuah kisah sederhana tentang
bagaimana perang akan dihentikan saja sudah cukup. Maka dari itu, 1917 punya
plot cerita yang sangat sederhana. Tentang dua orang tentara yang mengabdi
untuk negaranya bernama Schofield (George McKay) dan Blake (Dean-Charles
Chapman). Mereka mendapatkan perintah dari sang atasan, General Erinmore (Colin
Firth) untuk memberikan sebuah pesan.
Pesan sederhana untuk menyuruh sejumlah pasukan untuk menghentikan
serangan yang akan mulai menyerang musuh di sebuah daerah. Tetapi, Schofield
dan Blake diburu oleh waktu ketika harus menyampaikan pesan tersebut kepada Colonel
Mackenzie (Benedict Cumberbatch), yang memimpin pasukan tersebut. Karena sejatinya
apabila pesan tersebut terlambat untuk disampaikan, maka peperangan yang jauh
lebih besar akan segera terjadi.
“Time is the enemy”
Sebuah tagline dari film ini yang mungkin menggambarkan sebagian besar
dari film 1917. Tentang bagaimana dua karakter ini berusaha untuk menyampaikan
pesan lewat keterbatasan waktu yang juga memburu mereka. Karena dalam sebuah
pesan terdapat konteks yang perlu diperhatikan, baik tentang waktu atau pun
keadaan yang mempengaruhi pesan tersebut. Nantinya hal itu akan berpengaruh
pula terhadap relevansi pesan yang akan diterima.
Bagaimana pesan yang dibawa oleh kedua karakter dalam film 1917
memiliki peran penting dan bahkan bisa mengubah segalanya dalam sebuah
peperangan. Maka dari itu, bisa dibilang bahwa event atau pesan yang dibawa
inilah pemeran utama dari film ini. Tahu kapasitas dalam filmnya inilah yang
menjadi kekuatan bagi Sam Mendes dalam mengarahkan film terbarunya ini.
Maka dirinya menitikberatkan pada bagaimana ceritanya bisa
tersampaikan. Bagaimana tujuan dalam film 1917 yang sederhana ini bisa diracik
menjadi sesuatu yang luar biasa. Sehingga, bukan ensemble casts-nya yang
menjadi peran utama, tetapi bagaimana Sam Mendes mengkombinasikan segala hal
teknis dalam film ini digabung dengan pesan apa yang ingin disampaikan dalam
filmnya yang menjadi bintang utama dari filmnya.
Meski ‘sang pesan’ adalah sang pemeran utama, tetapi penonton tetap
bisa menaruh simpati kepada pemainnya. George MacKay bisa menaruh urgensi dalam
karakternya untuk hadir dan merasakan suasana tragedi di perang dunia pertama
yang terjadi. Hal ini tetap dirasa penting oleh Sam Mendes agar filmnya tetap
terasa hangat dan Indah. Bukan hanya sebuah tempat bagi dirinya untuk melakukan
eksperimen untuk mengarahkan teknis-teknis utama yang memang menjadi keunggulan
dari filmnya. Sehingga, ketika dirasa tepat, ada satu adegan yang bisa membuat
penonton ikut merasakan sensasi investasi emosi tentang melepaskan, kemenangan,
dan bahkan kehilangan.
Sinema adalah sebuah trik sulap pertama yang ada di dunia dan film ini
mampu menjelaskan hal itu. 1917 sebagai sebuah film perang berhasil menyodorkan
trik sulapnya. Dengan memberikan ilusi kepada penonton sehingga suasana
konfliknya terasa begitu nyata. One Continuous-Shot adalah triknya dan seakan
seperti seorang pesulap asli, Roger Deaking mampu mengelabui dan mampu membuat
penontonnya terperangah.
Trik sulapnya mampu
membuat
film 1917 dengan durasi 120 menit ini hanya seperti diambil dalam sekali
take
saja. Tetapi, tanpa visi yang kuat dari Sam Mendes, mungkin film 1917
ini
hanyalah sebuah film penuh ambisi yang tak memiliki hasil sekuat ini.
Sam Mendes berhasil mengolah film ini sehingga begitu terasa nyata.
Musik milik Thomas Newman yang menghidupkan
atmosfir mencekamnya dan tata set produksi yang juga berhasil
menyakinkan penontonnya.
Jika
dibilang film ini akan menjadi frontrunner
di ajang Oscars tahun ini, tentu tak akan kaget. Selain bagaimana film ini
dibuat dengan hati, pesan dari film ini pun jelas mewakili. Bagaimana pesan
tentang perdamaian masih saja menjadi hal yang memiliki relevansi hingga kini.
Meski waktu adalah “musuh” di dalam film ini, tetapi pesan yang
digaungkan oleh film 1917 ini tak akan pernah lekang diburu waktu. Sebuah film
dengan setting perang dunia satu yang dibuat di masa kini ini berhasil menjadi
sebuah karya klasik instan dan patut mendapatkan apresiasi. Sebuah pencapaian
teknis yang mungkin akan jarang lagi terjadi di dalam dunia sinema terkini.
Segera tonton di bioskop terdekat dengan layar besar dan tata sound system yang terbaik karena film ini luar biasa sekali!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar