Jumat, 03 Januari 2020

NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI (2020) REVIEW: Surat Cinta untuk Memanusiakan Manusia


Mengangkat sebuah buku yang berisikan kata-kata mutiara jadi sebuah film? Gimana caranya, ya?

Sebuah pertanyaan yang mungkin persis ada di benak orang. Ketika tahu bahwa buku Marchella FP berjudul Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini akan diadaptasi ke layar lebar. Menarik? Iya, karena ingin tahu apa yang bisa diangkat dari kata-kata itu. Lalu, apalagi? Rumah produksi Visinema Pictures yang menangani film ini. Bahkan, Angga Dwimas Sasongko pula yang menangani langsung adaptasinya. Dibantu oleh Jenny Jusuf untuk meracik ceritanya dalam sebuah naskah utuh untuk filmnya.

Pemain-pemainnya pun menyegarkan. Ada Rachel Amanda dan Sheila Dara Aisha. Masih ada pula Rio Dewanto, Donny Damara, hingga Susah Bachtiar yang ikut andil dalam film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Bukan menjadi sebuah film tentang seseorang, tetapi Visinema, Angga, dan Jenny membuat film ini menjadi sebuah film tentang keluarga. Tetapi, menariknya tetap bisa mengulik satu persatu anggotanya secara personal.


Kisah ini dimulai dari sebuah keluarga kecil yang mungkin terlihat sangat sempurna. Angkasa (Rio Dewanto), Aurora (Sheila Dara Aisha), dan Awan (Rachel Amanda), mereka adalah tiga bersaudara dari keluarga milik Ayah Rendra (Donny Damara) dan Ibu Ajeng (Susan Bachtiar). Mereka seakan menjalankan perannya masing. Sebagai seorang Ibu, Ayah, Kakak, dan adik. Dunia mereka berputar porosnya pada sosok Awan, sang anak bungsu.

Tetapi, siapa sangka, Awan yang selalu menjadi perhatian semua keluarganya ternyata tak suka dengan hal itu. Hingga, ada sebuah kejadian kecil terjadi dan membuat Awan mulai memberontak akan hidupnya yang selalu tak punya pilihan. Bertemulah dia dengan seorang bernama Kale (Ardhito Pramono) yang mungkin ia kagumi. Karena Awan merasa kehidupan Kale adalah kehidupan yang dirinya ingini. Menentukan pilihannya sendiri.


Setiap keluarga punya rahasia. Sebuah tagline dari film ini yang mungkin cukup mewakili apa yang terjadi di dalam film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Ada perasaan terpendam dalam setiap karakternya yang mungkin tak ingin disampaikan kepada satu sama lain. Hal itu demi menjaga kebahagian yang terlihat utuh dalam sebuah sistem bernama keluarga.

Bukan hanya dalam karakternya, tetapi juga dengan bagaimana film ini dikemas. Keputusan Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini menggunakan alur maju mundur pun tentu punya alasan. Ada rahasia pula yang berusaha disimpan oleh Angga Dwimas Sasongko dan Jenny Jusuf untuk menyampaikan ceritanya. Menuturkan kisah yang penuh akan konflik seperti ini harus dibutuh penangan yang lebih hati-hati dalam penulisan skenarionya ataupun dalam pengarahannya.

Bila tidak, tentu saja akan dengan mudah membuat film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini menjadi sebuah kisah yang penuh akan dramatisasi berlebihan. Angga Sasongko tentu tahu akan risiko itu dan benar-benar menjauhkan paradigma itu ke dalam karya terbarunya. Boleh dibilang, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini benar-benar menjadi karya yang sangat matang dan bahkan berbeda dibanding dengan karya Angga yang lainnya.

Ada emosi yang berusaha diredam, ada kesabaran yang berusaha ditanam. Sehingga, ketika dalam sebuah momen yang dikira tepat, film ini punya pay off yang benar-benar setimpal dengan semua usaha Angga.


 “Sabar, satu persatu”

Sebuah kalimat yang ada di dalam buku dan juga filmnya dan ternyata diimplementasikan persis di dalam proses pembuatan filmnya. Sehingga, film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini berhasil menyampaikan pesannya dan memenuhi tujuannya. Mengajarkan penonton untuk sabar mengetahui apa rahasia yang tersimpan di dalam keluarga kecil ini.

Konflik setiap anggota keluarnya terasa pelik, tetapi semua menarik untuk dikulik. Yang menarik adalah setiap karakterny bisa punya ciri khasnya masing-masing. Semua ansembel aktingnya bisa meyakinkan penonton bahwa mereka adalah sebuah keluarga yang nyata Mudah bagi penonton untuk terkoneksi dan menaruh simpati karena ada kedekatan yang dibangun oleh karakter-karakternya.

Awan, Aurora, Angkasa, bahkan Kale adalah kita semua. Yang sedang mencari jati dirinya, mencari apa yang harus dirasa saat sebuah problematika datang dalam hidupnya. Yang berbeda hanyalah saat kamu harus menentukan untuk berada di posisi karakter mana yang sesuai. Itu semua bergantung referensi dan pengalaman masing-masing penontonnya.


Permainan simbol dalam mise-en-scene nya pun begitu subtle. Tak perlu secara harafiah tapi memiliki makna dan memainkan emosi penontonnya. Satu yang diingat, ketika adegan Awan di rumah sakit sedang membela kakaknya yang sedang dimarahi sang Ayah. Dunia yang selalu berporos pada sosok tertua dan termuda di rumah hingga melupakan si anak tengah. Hal ini tergambar dengan bagaimana  Aurora terlihat blur di tengah adegan yang dibuat oleh anggota keluarganya. Menandakan bahwa sang anak tengah yang selalu jadi bayang-bayang. Ada, tapi kadang tak dianggap.

Akumulasi emosi lewat bahasa gambar dan dialog yang rapi tanpa perlu meluap-luap di dalam film ini seakan menjadi pembeda dengan karya Angga Dwimas Sasongko sebelumnya. Sehingga, pengarahannya di film ini terasa personal, tulus, dan jujur. Seakan menjadi surat cinta atau kapsul waktu dari sang sutradara kepada penontonnya untuk selalu ingat agar memanusiakan manusia. Yang punya hati, yang punya rasa.

Iya, sebagai film pembuka di tahun 2020 ini, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini adalah sebuah sajian yang terasa hangat. Dibuat dengan hati-hati, memenuhi ekspektasi, dan menjadi kontemplasi diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar