Mengangkat sebuah buku yang berisikan kata-kata mutiara jadi sebuah
film? Gimana caranya, ya?
Sebuah pertanyaan yang mungkin persis ada di benak orang. Ketika tahu
bahwa buku Marchella FP berjudul Nanti
Kita Cerita Tentang Hari Ini akan diadaptasi ke layar lebar. Menarik? Iya,
karena ingin tahu apa yang bisa diangkat dari kata-kata itu. Lalu, apalagi?
Rumah produksi Visinema Pictures yang menangani film ini. Bahkan, Angga Dwimas
Sasongko pula yang menangani langsung adaptasinya. Dibantu oleh Jenny Jusuf
untuk meracik ceritanya dalam sebuah naskah utuh untuk filmnya.
Pemain-pemainnya pun menyegarkan. Ada Rachel Amanda dan Sheila Dara
Aisha. Masih ada pula Rio Dewanto, Donny Damara, hingga Susah Bachtiar yang
ikut andil dalam film Nanti Kita Cerita
Tentang Hari Ini. Bukan menjadi sebuah film tentang seseorang, tetapi
Visinema, Angga, dan Jenny membuat film ini menjadi sebuah film tentang
keluarga. Tetapi, menariknya tetap bisa mengulik satu persatu anggotanya secara
personal.
Kisah ini dimulai dari sebuah keluarga kecil yang mungkin terlihat
sangat sempurna. Angkasa (Rio Dewanto), Aurora (Sheila Dara Aisha), dan Awan
(Rachel Amanda), mereka adalah tiga bersaudara dari keluarga milik Ayah Rendra
(Donny Damara) dan Ibu Ajeng (Susan Bachtiar). Mereka seakan menjalankan
perannya masing. Sebagai seorang Ibu, Ayah, Kakak, dan adik. Dunia mereka
berputar porosnya pada sosok Awan, sang anak bungsu.
Tetapi, siapa sangka, Awan yang selalu menjadi perhatian semua
keluarganya ternyata tak suka dengan hal itu. Hingga, ada sebuah kejadian kecil
terjadi dan membuat Awan mulai memberontak akan hidupnya yang selalu tak punya
pilihan. Bertemulah dia dengan seorang bernama Kale (Ardhito Pramono) yang
mungkin ia kagumi. Karena Awan merasa kehidupan Kale adalah kehidupan yang
dirinya ingini. Menentukan pilihannya sendiri.
Setiap keluarga punya rahasia. Sebuah tagline dari film ini yang
mungkin cukup mewakili apa yang terjadi di dalam film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Ada perasaan terpendam dalam
setiap karakternya yang mungkin tak ingin disampaikan kepada satu sama lain.
Hal itu demi menjaga kebahagian yang terlihat utuh dalam sebuah sistem bernama
keluarga.
Bukan hanya dalam karakternya, tetapi juga dengan bagaimana film ini
dikemas. Keputusan Nanti Kita Cerita
Tentang Hari Ini menggunakan alur maju mundur pun tentu punya alasan. Ada
rahasia pula yang berusaha disimpan oleh Angga Dwimas Sasongko dan Jenny Jusuf
untuk menyampaikan ceritanya. Menuturkan kisah yang penuh akan konflik seperti
ini harus dibutuh penangan yang lebih hati-hati dalam penulisan skenarionya
ataupun dalam pengarahannya.
Bila tidak, tentu saja akan dengan mudah membuat film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini
menjadi sebuah kisah yang penuh akan dramatisasi berlebihan. Angga Sasongko
tentu tahu akan risiko itu dan benar-benar menjauhkan paradigma itu ke dalam
karya terbarunya. Boleh dibilang, Nanti
Kita Cerita Tentang Hari Ini benar-benar menjadi karya yang sangat matang
dan bahkan berbeda dibanding dengan karya Angga yang lainnya.
Ada emosi yang berusaha diredam, ada kesabaran yang berusaha ditanam.
Sehingga, ketika dalam sebuah momen yang dikira tepat, film ini punya pay off yang benar-benar setimpal dengan
semua usaha Angga.
“Sabar, satu persatu”
Sebuah kalimat yang ada di dalam buku dan juga filmnya dan ternyata diimplementasikan persis di dalam proses pembuatan filmnya. Sehingga, film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini berhasil menyampaikan pesannya dan memenuhi tujuannya. Mengajarkan penonton untuk sabar mengetahui apa rahasia yang tersimpan di dalam keluarga kecil ini.
Konflik setiap anggota keluarnya terasa pelik, tetapi semua menarik untuk
dikulik. Yang menarik adalah setiap karakterny bisa punya ciri khasnya
masing-masing. Semua ansembel aktingnya bisa meyakinkan penonton bahwa mereka
adalah sebuah keluarga yang nyata Mudah bagi penonton untuk terkoneksi dan
menaruh simpati karena ada kedekatan yang dibangun oleh karakter-karakternya.
Awan, Aurora, Angkasa, bahkan Kale adalah kita semua. Yang sedang
mencari jati dirinya, mencari apa yang harus dirasa saat sebuah problematika datang
dalam hidupnya. Yang berbeda hanyalah saat kamu harus menentukan untuk berada
di posisi karakter mana yang sesuai. Itu semua bergantung referensi dan
pengalaman masing-masing penontonnya.
Permainan simbol dalam mise-en-scene
nya pun begitu subtle. Tak perlu
secara harafiah tapi memiliki makna dan memainkan emosi penontonnya. Satu yang
diingat, ketika adegan Awan di rumah sakit sedang membela kakaknya yang sedang
dimarahi sang Ayah. Dunia yang selalu berporos pada sosok tertua dan termuda di
rumah hingga melupakan si anak tengah. Hal ini tergambar dengan bagaimana Aurora terlihat blur di tengah adegan yang
dibuat oleh anggota keluarganya. Menandakan bahwa sang anak tengah yang selalu
jadi bayang-bayang. Ada, tapi kadang tak dianggap.
Akumulasi emosi lewat bahasa gambar dan dialog yang rapi tanpa perlu
meluap-luap di dalam film ini seakan menjadi pembeda dengan karya Angga Dwimas
Sasongko sebelumnya. Sehingga, pengarahannya di film ini terasa personal,
tulus, dan jujur. Seakan menjadi surat cinta atau kapsul waktu dari sang
sutradara kepada penontonnya untuk selalu ingat agar memanusiakan manusia. Yang
punya hati, yang punya rasa.
Iya, sebagai film pembuka di tahun 2020 ini, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini adalah sebuah sajian yang terasa
hangat. Dibuat dengan hati-hati, memenuhi ekspektasi, dan menjadi kontemplasi
diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar