2019 menjadi hal yang sangat signifikan
berubah di perfilman Indonesia. Kepercayaan penonton film Indonesia sepertinya
sudah mulai menguat.Salah satu faktor pendukungnya adalah dengan banyaknya
film-film Indonesia yang sudah mencapai 1 juta penonton di daftar film terlaris
tahun ini. Dilan 1991 saja sudah mengantongi angka 1 juta penonton
hanya dengan 2 hari penayangan.
Selain itu, film-film Indonesia juga sudah
mulai beragam dari genre-nya. Bahkan, lewat film Gundala, perfilman Indonesia
mulai berani untuk punya film jagoan dan cinematic universe. Tentu
sebuah langkah berani dan bahkan masih ada daftar-daftar film di Jagat Bumi
Langit yang akan dirilis di tahun depan.
Dari 70 film Indonesia yang saya tonton
tahun ini, tentu ada beberapa film yang merebut hati saya sebagai penonton.
Yang membekas cukup lama, kalo diinget kadang bikin bahagia tetapi juga ikutan
miris. Tergantung pesan apa yang mau disampaikan sama sutradaranya.
Ada banyak pilihan dari 99 Nama Cinta,
sebuah drama reliji romantis yang tampil mengejutkan cukup solid karena naskah
Garin Nugroho bisa mengemas tema agama tanpa menggurui. Jika masih suka dengan
kisah cinta segitiga rumit antara Doel, Zaenab, dan Sarah, Si Doel The Movie 2
ini menawarkan kisah-kisah dengan dialog dan pendekatan sederhana tetapi bisa
bikin patah hati. Film horor yang berbeda seperti Sunyi dan Ratu Ilmu Hitam
juga menarik untuk dikulik. Kalo film action, jangan lupakan debut dari Randy
Korompis lewat Foxtrot Six dan pembuka Jagat Bumi Langit lewat Gundala.
Tetapi, setelah diperhitungkan lagi dengan cukup pelik, ada 10 film Indonesia yang di tahun 2019 yang masuk daftar favorit. Tentu ini pilihan personal, kalo kamu ada yang lain boleh lah sharing di kolom komentar. So, here we go!
Tetapi, setelah diperhitungkan lagi dengan cukup pelik, ada 10 film Indonesia yang di tahun 2019 yang masuk daftar favorit. Tentu ini pilihan personal, kalo kamu ada yang lain boleh lah sharing di kolom komentar. So, here we go!
10. Hit N Run (Dir. Ody C. Harahap)
Film aksi komedi yang dibikin dengan niat seperti ini jarang banget terjadi di
perfilman Indonesia. Sekuens aksinya keren, komedinya cukup bekerja baik,
bahkan performa ansambel aktingnya juga mendukung semuanya. Tentu, Tatjana
Saphira lagi-lagi mencuri perhatian lewat performa Bukan Taman Safari.
9. Terlalu Tampan (Dir. Sabrina Rochelle Kalangie)
Nama Sabrina Rochelle Kalangie awalnya
hanya menjadi pemeran pendukung di film produksi Visinema. Ternyata, ada bakat
pengarahan yang luar biasa unik di dalam dirinya dan mengantarkan Terlalu
Tampan menjadi film coming of age yang seru. Vibe-nya kayak film-film Thailand
gitu.
8. Orang Kaya Baru (Dir. Ody C. Harahap)
Lewat film ini, Joko Anwar memperjelas tujuan film sebagai medium escapism yang menyenangkan. Kapan lagi kamu diajak bermimpi untuk jadi orang kaya raya dengan segala problematikanya. Cut Mini gila banget di sini.
Lewat film ini, Joko Anwar memperjelas tujuan film sebagai medium escapism yang menyenangkan. Kapan lagi kamu diajak bermimpi untuk jadi orang kaya raya dengan segala problematikanya. Cut Mini gila banget di sini.
7. Susi Susanti: Love All (Dir. Sim F.)
Tanpa ekspektasi apa-apa, ternyata debut pengarahan dari Sim F ini menjadi sebuah film biografi yang tampil solid. Semua elemen ceritanya bisa berpadu jadi satu kesatuan filmnya. Tak ada yang terasa terpisah, tak ada yang terkesan dipaksakan. Semuanya pas.
Tanpa ekspektasi apa-apa, ternyata debut pengarahan dari Sim F ini menjadi sebuah film biografi yang tampil solid. Semua elemen ceritanya bisa berpadu jadi satu kesatuan filmnya. Tak ada yang terasa terpisah, tak ada yang terkesan dipaksakan. Semuanya pas.
6. 27 Steps of May (Dir. Ravi L. Bharwani)
Memberikan realita yang traumatis tentang
rape culture terhadap perempuan. Film ini sungguh tragis, tetapi juga
memberikan harapan untuk mereka para korban untuk mulai berdamai dengan
dirinya, dengan traumanya. Performa Raihaanun di sana kuat sekali!
5. Bebas (Dir. Riri Riza)
Film yang diadaptasi dari film Sunny milik
Korea ini berhasil mengadaptasi tanpa mengubah esensi film orisinilnya. Juga,
berhasil mengadaptasi dengan perubahan budaya yang lebih lekat dengan penonton
Indonesia. Performa para geng Bebas benar-benar bikin filmnya hangat!
4. Dua Garis Biru (Dir. Gina S. Noer)
Sebuah karya orisinil lahir dari sosok Gina
S. Noer. Debut pengarahannya ini tak hanya berani dalam mengangkat tema tentang
pendidikan seksual. Tetapi, juga bisa memberikan sebuah drama keluarga dengan
banyak isu-isu budaya dan sosial yang ada di Indonesia. Chemistry Zara dan
Angga bikin gemas.
3. Perempuan Tanah Jahanam. (Dir. Joko Anwar)
Lagi-lagi Joko Anwar memang membuktikan
dirinya dalam genre favoritnya. Karyanya ini benar-benar mengusik dan mencekam
penontonnya dari awal hingga akhir. Memberikan sensasi tidak nyaman hingga
penonton akan merasa lelah tetapi juga puas. Sinting!
2. Keluarga Cemara (Dir. Yandy Laurens)
Tahun ini memang banyak sekali sutradara
baru yang karyanya memuaskan. Yandy Laurens juga menjadi salah satunya.
Adaptasi dari buku Arswendo Atmowiloto ini menjadi sebuah drama keluarga yang
sangat emosional tanpa harus menggebu-gebu. Manis meski kehidupan karakternya
sedang sendu. Sederhana tapi berhasil membuat penontonnya menyeka air mata
mereka pakai tisu.
1. Kucumbu Tubuh Indahku (Dir. Garin Nugroho)
Banyak dikecam banyak orang karena temanya
yang menyorot tentang LGBT, tetapi poin utama dari film karya Garin Nugroho ini
adalah tentang sebuah identitas seseorang. Pencarian jati diri seseorang lewat
budaya-budaya Jawa yang ternyata masih dekat dengan permainan gender dan
seksualitas. Di film inilah, Garin benar-benar membuktikan sensitivitasnya
sebagai sutradara. Murni menjadikan filmnya sebagai sebuah seni. Tanpa ada
pretensi tetapi selesai menonton bisa jadi bahan diskusi.
Semua pilihan ini berdasarkan referensi dan
pengalaman yang sangat personal. Subjektif? Tentu saja. Pasti kalian semua pun
punya referensi sendiri dalam menentukan film-film mana yang jadi favorit kamu
di 2019 ini. Jadi, apa nih film Indonesia favorit kamu di 2019 ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar