Bagi penggemar Donnie Yen, salah satu karakter yang menancap adalah
saat dirinya sedang berperan sebagai IP Man.
Ya, karakter Ip Man sangat melekat dan filmnya pun sudah banyak
penggemar. Dari seri pertama hingga tahun 2019 ini memasuki ke babak ke empat.
Sekaligus, ini adalah seri terakhir dari kisah Ip Man yang terkenal sebagai
master bela diri Wing Chun ini. Tetap disutradarai oleh Wilson Yip, Ip Man 4: The Finale ini digunakan
sebagai kisah pamungkas untuk menutup kisahnya.
Lalu, bagaimana kisah ini diakhiri? Dimulai dari Master Yip (Donnie
Yen) yang sedang divonis dokter terkena penyakit kanker. Tentu, hal ini sangat
membuat dirinya terpukul dan ingin melakukan sesuatu di sisa-sisa hidupnya.
Apalagi, dirinya memiliki satu anak laki-laki satu-satunya yang ternyata baru
saja dikeluarkan dari sekolah karena sering membuat kegaduhan. Tentu, masa
depan sang anak menjadi prioritas dari Master Yip.
Maka dari itu, terbanglah dirinya ke Amerika untuk mencari tahu sekolah-sekolah
yang cocok untuk sang anak. Tetapi, perjalanan Master Yip tak semudah itu. Ada
banyak konflik yang terjadi setibanya dia di Amerika. Apalagi di sana sedang
sering sekali terjadi aksi rasisme terhadap keturunan Tiong Hoa yang
menyebabkan hidup mereka di sana benar-benar tidak nyaman dan mengalami
ketidakadilan.
Iya, Ip Man 4: The Finale
membahas isu yang seserius itu di dalam filmnya. Tetapi, tentu ini tetap saja
film Ip Man yang tak mungkin akan membahas hal itu dengan sesuatu yang serius
pula. Ip Man 4: The Finale mungkin
lebih sederhana dalam penceritaannya. Bahkan terkadang terlalu menyedarhanakan
konfliknya. Dalam 109 menit milik Ip Man
4: The Finale ada banyak cabang-cabang cerita yang muncul untuk dimasukkan
ke dalam film ini.
Naskah yang ditulis oleh Hiroshi Fukazawa dan Edmond Wong ini terasa
tumpang tindih saat memasukkan ceritanya. Terasa bahwa masih ada banyak
kisah-kisah dari master Yip yang ingin disampaikan. Hanya saja, ini adalah
kesempatan terakhir dari mereka untuk menceritakannya. Akhirnya, Wilson Yip pun
seakan bingung bagaimana untuk menerjemahkan setiap konklusi yang dari setiap
konflik yang telah disampaikan di dalam filmnya.
Ada yang benar-benar diselesaikan, ada yang benar-benar dilupakan.
Mungkin konflik kecil itu niatnya akan digunakan sebagai pemicu
akumulasi konflik di bagian klimaksnya. Tetapi, pionnya terlalu lemah dan
terlalu prematur untuk dijadikan sebagai penguat filmnya. Jadi, ada banyak
sekali alasan yang terkadang akan membuat dahi mengkerut. Atau bahkan, dilupakan
begitu saja konklusinya agar tak terlalu lama.
Ya, itu ada benarnya juga sih. Karena apalah film-film Ip Man kalau
terlalu fokus dalam ceritanya dan melupakan Wing Cun fighting sequences-nya.
Meskipun, skalanya tak sebesar dua film pertamanya, tetapi yang keempat ini
masih cukup seru untuk dilihat. Tak ada yang istimewa sebenarnya, tetapi
setidaknya hal itu masih menjadi daya tarik untuk menyelesaikan menonton film
ini.
Tentu, tujuan dari Ip Man 4: The
Finale bukanlah menjadi sajian superior dalam kelas penuturan cerita.
Menjadi film yang bisa dinikmati saja selama 109 menit ini saja sudah lebih
dari cukup. Menonton film seperti ini tentu harus bisa menaruh ekspektasi
seperti apa ketika masuk di dalam bioskop. Karena yang ditawarkan di film ini
tentu saja bukan hal yang baru dan tak bertahan lama dipikiran penontonnya.
Ip Man 4: The Finale cukup
memiliki amunisi untuk memenuhi kesenangan sementara untuk penontonnya. Selain
fighting sequences, adegan tribute di menuju akhir film ini juga menjadi salah
satu kekuatannya. Bagi penonton yang sudah menghabiskan waktu dan tenaga
menonton semua seri film ini, tentu akan merasakan tanjakan emosional berkat
formula nostalgianya.
Ya, sebagai penutup, mungkin ini pentutup yang rasanya kurang spesial.
Formula ceritanya sama, bahkan fighting sequences-nya juga tak semegah di dua
film pertamanya. Tetapi, buat kamu yang memang sudah mengikuti film ini dari
awal. Rasanya mungkin kurang afdol jika melewatkannya begitu saja. Tonton saja,
yang penting ekspektasinya juga dijaga ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar