Minggu, 20 Desember 2020

TENET (2020) REVIEW: Yang Baru Dari Nolan, Tapi Bukan yang Terbaik

Christopher Nolan dengan filmografinya menjadi hal yang menarik untuk diikuti. Banyak penikmat film yang menunggu apa yang bakal dibuat olehnya. Hal unik apa lagi yang bakal diangkat oleh sutradara ini utnuk dijadikan sebagai sebuah gambar bergerak.

Konsep fiksi ilmiah.


Hal yang pasti selalu ada di dalam film-film miliknya. Bahkan, dengan cerita yang Berdasarkan kisah nyata pun, Nolan juga bisa menyelipkan unsur tersebut di dalam filmnya. Yes, dengan Dunkirk, penonton dibawa ke penuturan cerita yang menarik di dalam filmnya. Maka dari itu, sangat menarik pula untuk menyaksikan project terbaru dari Nolan yang rilis di tahun ini, Tenet.


Tenet, yang harusnya tayang di bioskop tahun ini, menjadi salah satu film yang ditunggu. Menarik, karena Nolan berusaha menyembunyikan sesuatu di balik Trailer. Cerita apa lagi yang bakal disampaikan Christopher Nolan lewat Tenet ini. Menurutnya, ini adalah film heist yang tentu masih dengan signature cerita dan pengarahannya. Dibintangi oleh beberapa nama yang menarik untuk dikulik. Mulai dari John David Washington, anak dari Denzel Washington. Lalu, juga ada Robert Pattinson, Elizabeth Debicki, Kenneth Branagh, hingga Michael Caine.



Lantas seperti apa Tenet berjalan?


Christopher Nolan tak membuat filmnya untuk bertele-tele menceritakan awal mula filmnya dengan perlahan. Perjalanan film Tenet langsung berjalan kencang memunculkan sebuah keriuhan yang terjadi di sebuah tempat dengan berbagai macam misi. Iya, ditemukan seorang tokoh utama yang tanpa nama dan diperankan oleh John David Washington ini sebut saja The Protagonist. Dia tengah melakukan sebuah misi yang penonton tak beri tahu secara detil.


Tapi, ketika hidupnya dikira akan berakhir sampai misi itu selesai, nyatanya tidak. The Protagonist mencari tahu sesuatu yang dia temukan di saat menjalankan misi sebelumnya. Ada seseorang yang melakukan time inversion tetapi bukan dari pihaknya. Ketika diusut, hal ini ada hal yang berhubungan dengan kepentingan orang dari masa depan yang ingin membuat dunia semakin berantakan dan penuh akan perang. The Protagonist berusaha mencari siapa dalang dari semua hal ini.



Bukan yang terbaik dari Nolan, tapi gak seburuk yang dikata orang.


Pernyataan itulah yang terlintas ketika selesai menonton film terbaru dari Christopher Nolan. Iya, dengan premis cerita yang ringan dan sederhana ini, Nolan mengajak penontonnya itu mengarungi pemikirannya yang seperti labirin. Perjalanan untuk bisa mengetahui inti ceritanya tak semudah dari titik awal lalu lurus ke garis akhir. Tapi, akan diajak dulu ke alternatif jalan lain yang lebih berkelok untuk akhirnya bisa menemukan garis akhirnya. Lama, tapi sebenarnya perjalanan itu akan dibuat menarik oleh Nolan.


Ya, begitulah film-film Nolan. Tenet seakan ingin mengulang apa yang dia lakukan dengan Memento. Terlihat dengan bagaimana adegan utama di film ini sudah menyuguhkan keriuhan yang membuat penontonnya bertanya-tanya apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, Nolan pun sudah menyuguhi tanda untuk penontonnya untuk tak terlalu ambil pusing dengan segala keribetan yang terjadi di dalam plotnya lewat dialog dari salah satu karakternya.


“Don’t try to understand it, just feel it”


Gak perlu kamu berusaha untuk memahami secara detail dengan segala keribetan teori tentang time inversion  di dalam film ini. Tentu masih ada hubungan di dalam ceritanya, tapi time inversion digunakan sebagai distraksi penonton untuk tetap terjaga, untuk tetap penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya. Karena setelahnya, segala keribetan itu pun akan terjawab sudah di sepertiga akhir dari filmnya. Semuanya akan terjawab dengan mudah sebenarnya.



Benar adanya dialog yang sudah ditebar di awal film ini. Tonton saja film berdurasi 150 menit ini dengan seksama, dengan berbagai macam cabang cerita yang menarik untuk diikuti. Tak Hanya fokus tentang heist motive menjadi jalan cerita utamanya. Tapi, cabang cerita lain tentang perjuangan seorang Ibu demi selalu dekat dengan anaknya yang juga cukup menyita perhatian. Itu pun diperkuat dengan pesona dan penampilan Elizabeth Debicki yang menarik.


Tenet, bila diartikan secara harfiah pun adalah sebuah keyakinan atau sebuah prinsip. Ya, ini yang berusaha ditekankan oleh Christopher Nolan di dalam filmnya. Keyakinan dari karakter yang dibuatnya ini memahami realita yang ada di sekitarnya. Begitu pula dengan pemahaman dari penontonnya karena segala cerita yang berusaha disampaikan oleh Christopher Nolan dalam Tenet ini sebetulnya adalah sebuah lingkaran yang tak tanpa henti. Berputar di situ-situ saja intinya, tapi terserah kamu mau memulai garis awalnya dari mana.


Maka dari itu, benar apabila menggunakan Time Inversion untuk menjalankan plot ceritanya. Konsep yang menarik sebenarnya. Apalagi untuk penonton yang memang mencintai atau gemar dengan film-film bertema serupa. Hanya saja, menyampaikan kisahnya yang terlalu bercabang dan rumit sendiri ini lah yang terkadang membuat filmnya agak sedikit kewalahan. Fokus yang terlalu banyak inilah yang membuat segalanya agak rumit untuk diikuti. Andai saja, Christopher Nolan fokus untuk menceritakan segala riweuhnya time inversion yang dia buat. Mungkin, segalanya berjalan dengan lancar.



Tapi, tetap saja, Tenet masih menjadi sebuah sajian yang menyenangkan untuk diikuti dengan segala action sequences yang sangat menarik. Dengan segala ledakan-ledakan tanpa CGI yang membuat penontonnya kagum. Akan sangat menarik apabila film ini disaksikan dengan layar yang besar. Jadi, tunggu saja, mungkin ketika waktunya tepat, film ini akan segera dirilis di Indonesia dengan format yang lebih layak dan sesuai. Mungkin buat yang Sudah tidak sabar seperti saya, menontonnya dalam format Bluray pun juga bisa.


Cuma, tentu akan rela untuk menonton film ini lagi di bioskop (Jika bioskop di sekitar daerah tempat saya tinggal sudah buka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar