Rabu, 02 Oktober 2019

DANUR 3: SUNYARURI (2019) REVIEW: Seri Ketiga dengan Problematika yang Sama


Datang dari sebuah kisah novel milik Risa Sarasvati, Danur cukup banyak menorehkan kuantitas box office yang gemilang di Indonesia. Iya, nama Danur sudah menjadi brand tersendiri bagi penonton Indonesia saat menonton film horor Indonesia. Danur sudah menginjak ke seri ketiganya tahun ini. Universe-nya pun juga semakin luas. Sudah ada film Asih, yang diatur sebagai prekuel dari Danur pertama yang menjelaskan tentang mitos tentang dirinya.

Mungkin, masih ada rencana-rencana lain yang berusaha dilakukan oleh MD Pictures untuk tetap menghidupkan franchise yang menguntungkan ini. Tetapi, kembali ke seri ketiga dari Danur itu sendiri, film ketiganya masih disutradarai oleh Awi Suryadi. Tetap dibintangi pula oleh Prilly Latuconsina, film ketiganya kali ini bertajuk Sunyaruri. Diramaikan pula oleh beberapa nama-nama terkenal lainnya seperti Rizky Nazar, Umay Shahab, Syifa Hadju, dan Steffi Zamora.

Teaser trailer Danur 3: Sunyaruri yang ditempelkan lewat film Awi Suryadi di film Sunyi tentu mengundang rasa penasaran penonton. Apalagi ketika film ini sudah mencapai seri ketiga, entah ini masih akan berlanjut atau tidak, jelas penonton berharap untuk datang sebuah perbaikan atas kesalahan-kesalahan yang pernah ada di dua film sebelumnya. Bahkan, Asih pun memiliki performa yang jauh lebih stabil dibandingkan dua film Danur lainnya.


Tentu saja, Danur 3: Sunyaruri masih berpusat dari kisah Risa (Prilly Latuconsina) yang selalu mengalami kejadian-kejadian dengan makhluk astral dalam hidupnya. Dia dan kelima teman astralnya ini mulai tak begitu akrab. Hal itu dikarenakan oleh kemauan Risa yang ingin terlihat normal di depan teman-temannya. Apalagi saat berhadapan dengan kekasihnya, Dimas (Rizky Nazar). Bahkan, dia tak mengakui bahwa dia memiliki penglihatan kepada sang kekasih.

Keresahan yang dialami oleh Risa ini ternyata menjadi sasaran empuk bagi arwah jahat untuk merasuki pikirannya. Risa ingin menghilangkan kemampuannya untuk tak lagi melihat makhluk-makhluk tak kasat mata ini. Sang arwah jahat ini berusaha membantu untuk mengabulkan keinginan Risa ini. Ternyata, hal ini malah berujung petaka sendiri untuk Risa dan 5 teman tak kasat matanya itu.


Babak pertama hingga kedua film dari Danur 3: Sunyaruri adalah bagian terbaik dari filmnya. Setidaknya, meskipun naskah dari Lele Laila ini setipis kertas dengan memiliki alur cerita yang generik, tetapi Awi Suryadi berusaha sekuat tenaga untuk mengantarkan kisahnya tanpa ada pretensi menjadi sesuatu yang superior. Awi tahu untuk mengulik keresahan Risa dengan kemampuan mata batinnya yang terkadan menjadi beban baginya.

Terlihat betul bahwa 45 menit pertama dari Danur 3: Sunyaruri dituturkan dan digarap dengan hati-hati. Semacam Awi Suryadi menggunakan formula pengarahannya di film Sunyi di film ini. Membangun perlahan cerita dan atmosfernya, menelaah lebih dalam ke dalam karakter Risa, sehingga penonton tahu harus bersimpati kepada siapa di sepanjang film. Hal inilah yang tak biasa terjadi di seri-seri Danur sebelumnya.

Tetapi sayangnya, semua hal yang dibangun oleh Awi Suryadi di babak pertama hingga kedua harus runtuh dengan signifikan di babak ketiganya. Munculnya sebuah twist dalam plotnya yang entah dari mana ini bukan malah membuat penontonnya kaget, tetapi malah muncul banyak pertanyaan. Apa yang terjadi dalam karakter tersebut sehingga sangat berpengaruh signifikan dengan karakter utamanya. Hal-hal itu terasa janggal karena hal itu hanya diceritakan dengan singkat menuju akhir.\


Apabila penyelesaian yang terjadi di film Danur 3: Sunyaruri tak melibatkan karakter sampingan yang begitu signfikan, mungkin tak akan seproblematik ini. Bahkan, konfliknya pun tak pernah disinggung sedikit pun di sepanjang filmnya. Sehingga, ada tuntutan dari penonton untuk mengenal lebih dekat dengan karakter-karakter sampingannya yang bahkan tak ada ruang yang cukup untuk mereka berkembang. Sehingga, hal ini tak bisa menjawab dengan baik masalah cause and effect dalam plot ceritanya.

Padahal, Danur 3: Sunyaruri sudah memiliki tata teknis yang berkembang secara signifikan dibandingkan dengan film pertama dan keduanya. Bahkan, Prilly Latuconsina pun juga bermain semakin bagus dibanding yang lainnya. Memang, secara atmosferik horor dan jumpscares masih saja generik, apalagi dalam pemilihan plotnya. Tentu, hal ini membuktikan bahwa Danur 3: Sunyaruri bukanlah horor yang dibuat tak sembarangan.


Masih ada perhatian khusus dari sang sutradara dan rumah produksinya agar Danur 3: Sunyaruri bisa terlihat mewah di kelasnya. Apalagi, film ketiganya sudah dilengkapi dengan format Dolby Atmos. Meskipun, hal terbaik dalam ini masih ada di dalam teaser filmnya. Danur 3: Sunyaruri harus terjerembab dengan permasalahan film horor Indonesia yang itu-itu aja. Tensi horornya pun tak begitu kuat, tetapi setidaknya Danur 3: Sunyaruri masih menyampaikan ceritanya dengan utuh. Setidaknya di 45 menit pertamanya, sih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar