Senin, 07 September 2020

MULAN (2020) REVIEW: Remake yang Berbeda Tapi Masih Magis!

“Who is that girl I see… Staring straight, back at me.”

Iya, lagu di atas adalah lagu dari proyek live-action Disney terbaru, Mulan. Film yang diadaptasi dari film animasinya ini melanjutkan misi Disney untuk menceritakan ulang kisah-kisah animasinya terutama karakter Disney Princess. Setelah Cinderella, Beauty and The Beast, dan Aladdin, kini tiba saatnya seorang Disney Princess yang terlibat dalam perang penting, Mulan.


Ada keputusan berbeda yang dilakukan Disney dan sutradaranya, Niki Caro, dalam menerjemahkan ulang kisah dari Mulan ini, yaitu….


Menghilangkan unsur musikal di dalamnya.


Keputusan yang besar dan berisiko apalagi untuk para penggemar film animasi Mulan versi Disney ini. Mungkin akan hilang sakralnya bila tidak ada lagu “Reflection” dan lagu-lagu lainnya di dalam versi live action ini. Ada beberapa perubahan pula dalam karakter di dalam film ini terlebih ke karakter love interest dari karakter Mulan itu sendiri yaitu Li Shang. Serta, Mushu dan Cricket, dua karakter sidekick yang cukup ikonik.



Tapi, Disney tetap berusaha untuk meyakinkan penggemarnya. Diawali dengan pemilihan casts yang tepat. Apalagi, Liu Yifei yang berhasil menyita perhatian banyak orang karena dianggap sangat cocok untuk memerankan karakter ini. Beberapa nama besar pun juga turut andil. Mulai dari Donnie Yen, Andy Lau, hingga Gong Li. Serta, trailer film yang sangat menggugah selera. Lantas, hal ini membuat orang-orang menantikan filmnya rilis. Hingga, 2 minggu sebelum rilis, Mulan terpaksa harus berubah tanggal karena pandemi menyerang.


Nasib Mulan berada di ambang batas hingga akhirnya Disney memutuskan untuk merilis film ini lewat streaming service miliknya, Disney+. Tetapi, untuk bisa menonton film ini pun, Disney mematok harga tambahan untuk Disney+ Premier Access di negara US yaitu 29.99 dolar dan dalam rupiah sebesar Rp439.000.


Ya, sangat disayangkan memang. Mulan hanya bisa disaksikan dalam format yang tak seharusnya. Dari trailer pun, mise-en-scene film ini pantas untuk disaksikan di layar lebar.



Di luar nasibnya yang hanya tayang eksklusif di VOD dengan akses tambahan, Mulan sebagai film ini sendiri berhasil tampil sangat prima. Segala perubahan dan perbedaan yang terjadi di film live action-nya ini tak bisa menutupi segala kemagisan Mulan secara keseluruhan. Tak hanya magis, film ini pun penuh akan aksi yang megah dengan sentuhan emosi yang kuat.


Oh tentu saja, Mulan versi ini sebenarnya inti ceritanya tak jauh berbeda dengan film animasinya. Di mana, di sebuah pojokan kampung kecil ini, tinggallah salah satu keluarga dari Hua Zhou (Tzi Ma) yang beranggotakan Istri dan 2 orang anak perempuannya. Salah satunya bernama Hua Mulan (Liu Yifei). Dia menjadi sosok perempuan yang lebih suka melakukan hal-hal yang berbeda dibanding perempuan yang lain. Hingga suatu ketika, The Emperor memutuskan untuk mencari balada perang untuk melawan Bori Khan (Jason Scott Lee) yang ingin berkuasa. 


Setiap anggota keluarga wajib mengutus satu anggota laki-laki dalam keluarganya untuk menjadi relawan. Hua Zhou yang menjadi satu-satunya anggota laki-laki di keluarga ini tentu merelakan dirinya. Tapi, Mulan tak tinggal diam. Dia berkorban untuk menyelamatkan sang Ayah dan keluarganya untuk berperang melawan Bori Khan dan menyelamatkan The Emperor dari kehancuran.



Dengan cerita yang sama, tapi ada yang beda. Apa ya?


Remake dari Mulan ini memang sedikit berbeda dengan yang lainnya. Jika diperhatikan, Mulan versi Niki Caro ini memang sedikit berkurang rasa “Disney” seperti remake live action sebelumnya. Tanpa musikal, tanpa kesan-kesan fantasinya, Mulan live action ini punya rasa baru tapi tak kehilangan identitasnya sebagai film dari Disney.


Sang sutradara tahu bahwa Mulan ini memang ingin melakukan misi baru pula sebagai sebuah film yang berdasarkan kisah yang pernah ada. Tapi, Niki Caro juga tak ingin begitu saja menghilangkan kekhasan dari film-film Disney yang lain. Masih ada sedikit sentuhan fantasi yang berusaha ditempelkan di beberapa mise-en-scene di filmnya. Mulai dari warna, pengambilan kamera, hingga sedikit sentuhan fantasi di dalam filmnya meski tak sesignifikan itu.


Niki Caro mengubah Mulan ini tetap menarik untuk diikuti meskipun kisahnya familiar. Rendisi terbarunya ini malah mengulik bagaimana karakter Mulan ini berkembang dan bisa menjadi representasi bagi para perempuan untuk menentukan hidupnya sendiri. Perjalanan karakternya bisa menggugah hati penontonnya untuk simpati. Ditambah Liu Yifei berhasil bermain dengan sangat kuat sebagai karakter Mulan itu sendiri.

Poin menarik yang ditambah dari film Mulan ini adalah dengan adanya karakter tambahan bernama Xianning. Karakter seakan berusaha memberikan kasus tentang dua mata pedang.  Dengan dua problem yang sama, perempuan bisa saja dipersepsikan berbeda. Hingga bagaimana perempuan itu sendiri bisa menyikapi dan membuktikan dirinya bahwa persepsi buruk yang dibuat oleh masyarakat itu salah. Maka dari itu, perempuan juga membutuhkan bantuan dari perempuan lain. Dengan bersama-sama, mereka saling membantu untuk menghilangkan paradigma itu.


Nilai-nilai konversi ini mungkin muncul dari sutradara Niki Caro sebagai seorang perempuan. Bisa jadi dia ingin sekali menjadikan Mulan sebagai simbol akan perempuan yang berbeda dan dipersepsikan dengan baik oleh masyarakat. Bahwa, perempuan juga bisa melakukan pekerjaan laki-laki tanpa perlu takut untuk dipersepsikan buruk. Melawan paradigma “kodrat perempuan” harus di rumah untuk mengharumkan nama keluarga. Padahal, potensi seorang perempuan bisa saja lebih dari itu.



Jangan lupakan bagaimana Niki Caro juga berhasil memunculkan adegan pertempuran yang luar biasa mengagumkan. Diambil dengan shot-shot cantik tapi tak mengurangi intensitas dari adegan pertempuran itu sendiri. Lalu, ada tribute shot by shot di film animasinya yang dilakukan di film live action-nya ini. Sehingga, Mulan live action tidak melupakan source utamanya.


Jadi, sebagai film live action remake dari cerita klasik Disney, Mulan adalah sajian yang sangat memuaskan. Meskipun berbeda pendekatan dibanding film-film remake Disney sebelumnya, tapi film ini teteap berhasil tampil sangat prima dan sangat menghibur penontonnya. Dibalut pula dengan gambar cantik dengan scoring megah dengan hint lagu Reflection. Sehingga, tanpa adegan musikalnya pun, Mulan sangat menghipnotis. Masih magis!



Sebuah catatan kecil dari penulis:
Nonton film ini dengan Disney+ Premier Access (iya, akhirnya purchase juga) dan layar kecil saja masih magis. Dampaknya mungkin bisa lebih besar lagi, jika film ini bisa tayang di Bioskop. Mari berharap, semoga saja film ini bisa tayang di saat bioskop nanti bisa buka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar