Rabu, 29 September 2021

SHANG-CHI AND THE LEGEND OF THE TEN RINGS (2021) REVIEW: One of the Best Origin Story in MCU

Mari kita mulai lagi perjalanan Marvel Cinematic Universe yang sempat tertunda setahun terakhir karena pandemi menyerang. Meski timeline tetap berjalan lewat serial eksklusif yang rilis di Disney+, tapi tak afdol rasanya apabila tak ada solo film dari karakter superhero-nya sebagai jembatan untuk cerita-ceritanya. Perjalanan ke dua dari film origin story kali ini berfokus pada karakter baru, Shang-Chi. Sosok asian superhero pertama dari Marvel yang diangkat dan ternyata menjadi bagian penting dari perjalanan fase ke empat nantinya.

Kisah fantasi tentang legenda dan mitos dari sebuah kultur tertentu akan meramaikan perjalanan fase ke empat ini nantinya. Bahkan, ternyata Shang-Chi akan memiliki peran penting dengan hint yang sudah diletakkan di ending filmnya terutama di bagian mid-credit film ini yang memunculkan cameo tak terduga. Mari kesampingkan dulu mid credit ini, mari kita membahas lebih tentang Shang-Chi and The Legend of the Ten Rings yang akan memukaumu di 132 menit filmnya.

Mari kita berkenalan dulu dengan Destin Daniel Cretton, seorang sutradara pintar di balik berbagai film dengan tema dysfunctional family. Dari Short Term 12, The Glass Castle hingga Just Mercy. Film-film ini sangat lantang memperlihatkan kisah-kisah keluarga disfungsi. Tak akan menyangka, apabila dengan rekam jejak ini, Marvel bisa menggandeng sang sutradara untuk menyutradari Shang-Chi.

Tapi, benar, mungkin tema utama fase ke empat dari MCU ini adalah kisah keluarga yang absen dalam kehidupan karakternya.

Dari WandaVision hingga Black Widow, menyoroti sang karakter superhero lewat kisah keluarganya yang mungkin tak sempurna menjadi kunci utamanya. Begitu pula dengan Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings. Menyelipkan kultur kisah keluarga asia yang kental dengan segala problematikanya. Maka dari itu, Destin Daniel Cretton dirasa sangat cocok untuk mengarahkan sang karakter superhero baru ini.

Dasar cerita Shang-Chi dan keluarganya yang tak sempurna ini, tentu dengan mudah disampaikan ke dalam filmnya. Diterjemahkan dengan penuturan maju mundur yang terasa pas dengan transisi cerita yang mulus. Jadi, penonton tak akan merasa ketinggalan dengan ceritanya meski tak linear. Segala alasan atas perasaan sang karakter dari dilema, marah, dan kerentanannya bisa terjawab satu sama lain. 

Yang cukup bikin tercengang adalah bagaimana Destin Daniel Cretton tetap memberikan banyak sekali action sequences keren dengan intensitas yang luar biasa besar. Sehingga, di setiap momennya, Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings ini terasa menyenangkan dan tak bisa dihentikan. 132 Menit filmnya akan terasa seperti kedipan mata, mengikuti segala lika liku kehidupan Shang-Chi dan problematikanya.

Karena kehidupan Shang-Chi (Simu Liu) tak semulus yang orang kira. Dia harus menyembunyikan identitasnya, kabur dari kampung halaman dan memutuskan memulai hidup baru layaknya orang biasa. Dia berteman dekat dengan Katy (Awkwafina) sebagai seorang karyawan biasa dengan gaji tak seberapa. Meski begitu, Shang-Chi menikmati hidupnya. Hingga suatu ketika, ancaman datang.

Identitas dirinya terbuka dan segerombolan orang mencarinya. Hidup tenangnya pun terancam dan terpaksa Shang-Chi membuka identitasnya. Dia harus kembali mencari gerombolan penjahat yang menyerangnya tiba-tiba. Shang-Chi mencari sang adik, Xialing (Meng’er Zhang) agar dirinya juga bisa selamat atas ancaman ini. Tapi, ternyata, di balik segala ancaman yang menyerang, ada Wenwu (Tony Leung), sang ayah yang merencanakan sesuatu.

Memberikan homage ke film-film Chinese martial arts film dengan visual-visual campy tetapi dibalut dengan elegan di Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings ini menjadi salah satu kekuatannya sendiri. Mengemas sekuens aksinya yang intens dengan balutan shot-shot indah ini seakan menjadi sesuatu yang segar di dalam entry Marvel Cinematic Universe. Ditambah dengan warna-warna vibran yang memanjakan mata penontonnya.

Begitu pula dengan build up karakter-karakter di dalam film ini yang disampaikan kuat sehingga penonton bisa merasakan segala kegelisahannya. Performa terkuat tentu saja jatuh kepada Tony Leung sebagai Wenwu. Dirinya berhasil memperlihatkan sosok karakter villain yang tak hanya hitam, tetap lebih eksplor ke grey area dari sang karakter. Memperlihatkan bagaimana perubahan karakter Wenwu dari waktu ke waktu. Transisi karakternya yang akhirnya abu-abu ini membuat karakternya mencekam dan menarik untuk diikuti.

Shang-Chi yang diperankan oleh Simu Liu pun berhasil menangkap segala kegelisahan dan dilemanya untuk melawan ayahnya sendiri. Mempertegas sekali lagi tentang problematika asian child with their childhood trauma dan parents issue yang selalu menjadi problematika utama dalam film yang memiliki karakter-karakter asia di dalamnya.

Asian Parenting dan segala hal-hal dilematisnya yang terkadang diglorifikasi oleh mereka.

Mengatasnamakan sayang dengan keluarga, akhirnya seorang orang tua akan melakukan apapun. Persis seperti yang dilakukan Wenwu kepada anak-anaknya. Darah dibalasa dengan darah, kira-kira begitulah yang diajarkan Wenwu kepada anaknya untuk membela sang keluarga. Bahkan, satu adegan penting di sebuah tempat makan, memperlihatkan betapa dilematisnya perlakuan Wenwu sebagai orang tua membesarkan anak laki-lakinya.

Meski di dalam keluarganya ada Xialing, tapi bagaimana orang tua laki-laki dalam keluarga Asia masih sangat mengglorifikasi keberadaan anak laki-laki di dalamnya. Xialing pun tak pernah mendapat sorotan atau kasih sayang dari sang orang tua. Membuat dirinya merasakan ketidakadilan di dalam keluarganya. Inilah yang menjadi penting di dalam Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings.

Di dalam segala spektakel aksinya yang megah,  Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings ini skala konfliknya kecil.

Ya, film ini masih membahas tentang asian child with their childhood trauma. Bagaimana Shang-Chi dan Xialing mempertanyakan kasih sayang yang diberikan dari sang ayah. Belum lagi, Wenwu sebagai ayah pun memiliki arogansi dengan gendernya yang berpengaruh dengan bagaimana dia berusaha tak memperlihatkan perasaannya. Menganggap bahwa laki-laki dan perasaannya adalah sesuatu yang terlihat lemah di mata anak-anaknya.

Maka dari itu, inilah yang membuat Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings sangat terasa berbeda dengan film-film Marvel sebelumnya. Dari bagaimana Destin Daniel Cretton memberikan nods kepada Chinese martial arts film dengan segala rasa campy-nya, tetapi juga penuturan yang khas dari sang sutradara hingga konflik keluarganya yang digali sangat dalam. Maka tak salah, apabila entry MCU terbaru ini digadang sebagai salah satu origin superhero yang solid tanpa melupakan spektakel aksinya yang luar biasa karena meski masih ada formula usang dari MCU, tapi satu ini tampil solid. Bagus!

1 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari Tim Filmepik. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi Movie menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.Filmepik.com untuk menonton film,movie,drama terbaru.

    Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload Movie, Subtitle, video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
    Nonton Streaming
    Nonton Movie
    Nonton Film
    Nonton Drama Korea

    BalasHapus