Rabu, 13 Maret 2013

REVIEW + 3D REVIEW - Jack The Giant Slayer

Bryan Singer yang sudah terpercaya dalam seri film X-Men. Kali ini dia mencoba untuk mengarahkan sebuah film another Childhood Fairytale theme yang dibikin lebih dewasa. Kali ini giliran cerita anak-anak Jack and the Beanstalk di remake menjadi sebuah film dengan judul Jack The Giant Slayer. Apakah kualitas film ini sama dengan tema sejenis? atau jam terbang Bryan Singer bisa dipertanggungjawabkan?
Menceritakan tentang seorang anak petani bernama Jack (Nicholas Hoult) yang berusaha hidup dalam kemiskinannya. Hingga suatu saat dia bertemu dengan seorang Biarawan yang mencuri beberapa biji ajaib dari seorang bernama Roderick (Stanley Tucci). Saat malam, seorang putri bernama Isabelle (Eleanor Thomilson) datang dirumah Jack dan berteduh. Pada malam itu, biji ajaib dari seorang Biarawan itu terkena air hujan sehingga biji tersebut tumbuh dan menjadi portal antara dunia manusia dan dunia para raksasa. Isabelle pun disekap oleh para Giant. Jack pun menjadikan dirinya sebagai Relawan dibantu oleh tentara kerajaan milik ayah Isabelle, Elmont (Ewan McGregor) mereka pun masuk ke dunia Giant untuk menyelamatkan Putri Isabelle.
http://www.hollywoodreporter.com/sites/default/files/imagecache/thumbnail_570x321/2012/11/jack_the_giant_slayer_a_l.jpg 

Even Bryan Singer cant save the Darker theme of Childhood Fairytale story. 
entah ini seperti sebuah kutukan bagi orang-orang yang ingin mengubah atau remake ataupun mendewasakan sebuah cerita dongeng anak-anak. Sehingga tak ada satupun dari film besutan dengan tema seperti ini yang sukses secara kualitasnya. Bahkan Sutradara yang bisa dibilang Sutradara Handal, Bryan Singer pun tak bisa menyelamatkan film dengan tema seperti ini. Setelah Alice In Wonderland, Red Riding Hood, Snow White & The Huntsman, serta yang baru-baru ini Hansel & Gretel The Witch Hunters tak mampu menyajikan sebuah cerita dengan kualitas yang bagus. Yap, film-film diataas hanya memberikan sesuatu hiburan yang memang tak seberapa diperhatikan dan hanya untuk sekedar bersenang-senang. And yeah, Jack The Giant Slayer menjadi satu dari mereka. Jack The Giant Slayer pun dikemas dengan beberapa package yang bisa menarik perhatian penonton (Termasuk nama Bryan Singer didalamnya) tetapi setelah menyaksikannya. Sepertinya beberapa bungkus luar yang bisa mematok ekspektasi penonton menjadi naik, tiba-tiba semua package luar itu hanya pemanis, karena di dalam film ini sebenarnya hanya beberapa kumpulan adegan untuk senang-senang belaka. Tetapi, tak semua film ini menyenangkan. Beberapa penceritaan terkadang terkesan kacau balau. Kurang menggali beberapa karakter di film ini. Dengan durasi sekitar 110 Menit rasanya masih ada beberapa celah untuk mengisi beberapa pendalaman karakter film ini. Dengan durasi sekitar 110 Menit, rasanya film ini terkesan sangat panjang. Paruh awal film yang bisa dikatakan mempunyai alur yang begitu lambat. Beberapa penceritaan yang bisa dikatakan bisa di skip pun rasanya masih bisa. Lalu, Penceritaan beberapa karakter yang menyesaki layar di film ini pun sepertinya kurang diceritakan dengan baik. Jadinya kadangkala beberapa cerita jadi tidak fokus dan berantakan. Contohnya saat menceritakan 4 tokoh di tempat yang berbeda dengan kalimat yang berantai. Penceritaannya yang kurang ditata akhirnya membuat penonton sekali lagi mencoba mencerna beberapa hal yang terasa berantakan itu. Ditambah dengan editing yang kurang bagus dan malah membuat beberapa scene di film ini terasa overused dan menyesaki durasi.
http://zayzay.com/testsite/http://www.zayzay.com/testsite/wp-content/uploads/2012/11/Capture-Jack-the-giant-slayer.jpg
He "accidentally" killed the giant. But he get the title "Giant Slayer"
Sound ridiculous but true, Jack disini mendapatkan julukan yang overrated menurut saya. Kenapa? karena menurut saya, Jack hanya beberapa kali beruntung dan cerdik saat membunuh Giant di film ini. Well, Seingat saya hanya 2 Giant yang dia bunuh. Fallon dan Giant yang "suka memasak" itu. Sebuah judul yang menurut saya begitu berlebihan. Jika Hansel & Gretel The Witch Hunters mungkin masuk akal. Karena banyak sekali Witches yang dibunuh. But, Jack The Giant Slayer i mean it totally not based on the title. Well, maybe it must be changed into Jack And The Giants or Jack in The Giants World. Kembali ke segi naskah film ini, Naskah film ini sepertinya kurang mendapat perhatian. Well, beberapa penceritaan yang lambat hingga akhirnya mungkin kembali normal. Pada suatu ketika, tiba-tiba di tengah memberikan sebuah penceritaan yang mungkin membuat saya berpikir filmnya akan segera berakhir. Sebuah pemberian klimaks yang saya rasa masih nanggung hingga akhirnya tak memberikan sebuah "greget" yang bagus membuat JTGS ini saya rasa kurang bagus dibanding Snow White And The Huntsman ataupun Hansel & Gretel The Witch Hunters. Semuanya dikisahkan terlalu panjang, boring, tanpa greget dan hanya beberapa bagian film ini saja yang mungkin akan menghibur saya. Karena jika anda menantikan banyaknya adegan aksi di film ini, mungkin anda salah. Karena menurut saya jalinan cerita fantasi ini minim aksi. Hanya paruh akhir film yang membuat saya terhibur. Karena pertarungan antara Giants dengan Human yang penuh aksi dan beberapa adegan gore halus (sekali) yang disesuaikan dengan ratingnya yang PG-13 yang bisa menyelamatkan keutuhan film ini dari awal hingga akhir. Para jajaran cast yang bermain di film ini pun setidaknya bermain dengan mengasyikkan. Ewan McGregor, Stanley Tucci, serta Nicholas Hoult yang bermain di film ini pun seperti ajang untuk mencari keasyikkan saja. Meski begitu mereka juga menjadi pemanis di film ini. Meski, karakter Jack yang diperankan oleh Nicholas Hoult masih menyisakan bekas di pikiran saya saat di menjadi sesosok Zombie di Warm Bodies. Nicholas Hoult lebih memorable memerankan seorang zombie itu. Efek CGI yang sepertinya kurang di asah dan entah kenapa saya menantikan beberapa warna menarik dari posternya di film ini. Tetapi, warna-warna itu kurang diolah jadi tampilan dunia Giants yang saya harapkan tampil menarik pun terkesan tidak ada. Terlebih kecerahan film ini saat disaksikan di format 3D yang terlalu gelap membuat mata saya lelah. Lalu gambaran seorang Giants yang saya rasa kurang "garang dan menakutkan" itu pun membuat greget film ini semakin berkurang. 
Overall, Jack The Giant Slayer adalah another interpretation about childhood fairytale story and another failure from hollywood. Fun thing become boring because the long duration. Mungkin jika film ini diminimkan akan menjadi asik layaknya Hansel & Gretel The Witch Hunters. But, its no. 
Well, even the story isnt worth it. How about the 3D? Is it worth it ? 
Brightness
Kecerahan film ini menjadi sangat gelap saat di konversi menjadi format 3D. Banyak adegan di film ini dengan setting malam hari yang akhirnya malah membuat gambar film ini kurang jelas. Bagi saya yang juga penikmat film berformat 3D merasakan kelelahan saat menonton film ini.

Depth 
Beruntung kedalaman film 3D ini bagus. Beberapa setting di gambarkan dengan depth yang gemilang. Sehingga kita seperti melihat kejadian tersebut langsung. 

Pop Out
Adegan pop out di film ini masih memberikan beberapa yang bagus. Tetapi masih minim. Meski ada beberapa efek pop out yang memberikan gimmick yang murahan. Tetapi ada beberapa yang juga bagus. 

So, Jack The Giant Slayer disaksikan dalam format 3D atau 2D sama saja. 3D nya yang bisa dikategorikan normal jadi tak seberapa bermasalah jika film ini disaksikan dalam format 2D nya saja. Tetapi, Harga tiket 2D dan 3D yang sama. Mungkin 3D is my priority.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar