Sabtu, 30 Maret 2013

REVIEW - Madre

Diangkat lagi dari novel karya Dewi "Dee" Lestari. Setelah Perahu kertas, Rectoverso, kali ini giliran novel berjudul Madre yang coba diangkat oleh sutradara pemenang FFI 2010 lewat film 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta, Benni Setiawan. Bagaimana dengan kualitas film ini? Setingkat dengan Rectoverso yang mempunyai jalinan cerita yang kuat tiap segmennya? Atau berakhir seperti Perahu Kertas Dwilogi yang kurang?

Menceritakan tentang seorang anak bernama Tansen (Vino G. Bastian) yang mendapatkan warisan sebuah kunci. Dia pun bertemu dengan Pak Hadi (Didi Petet) yang mengatakan bahwa kunci itu adalah kunci dari sebuah Biang Roti bernama Madre yang berarti "Ibu". Ternyata kunci itu berasal dari Almarhum Kakek Tansen yang menyuruhnya untuk menghidupkan kembali toko roti milik keluarganya dengan nama Tan De Bakker. Tansen menceritakan semuanya ke dalam blognya yang mempunyai pembaca setia bernama Meilan (Laura Basuki). Meilan pun berniat untuk membeli Madre itu dan Tansen tergiur dengan tawarannya. Hingga akhirnya mereka pun bekerja sama untuk menghidupkan kembali Toko Roti Tan De Bakker.
http://jakartavenue.com/wp-content/uploads/2013/02/Madre_still-036.jpg 
New taste of Indonesian Romance Comedy movies and it has delicious taste
Ketakutan jelas tak terelakkan bagi saya saat ingin menyaksikan film ini. Film adaptasi dari sebuah novel terkadang bikin was-was bagi kualitas film yang mungkin akan dicerca habis-habisan karena gagal meng-interpretasikan sebuah tulisan ke sebuah gambar bergerak. Beberapa contohnya mungkin 5 Cm yang kurang bisa memberikan sebuah cerita yang friendship yang kuat dan menghasilkan sebuah narasi, dialog, dan cerita yang serba cheesy di dalam filmnya. Bukan berarti saya pernah membaca novel dari Madre ataupun 5 Cm. Tetapi sebuah penyajiannya ke dalam sebuah Film akan terlihat jika sajian itu terkesan berantakan dan kurang tertangani. Rectoverso berhasil menyajikan sebuah jalinan cerita yang sangat Indah dan merobek hati penikmatnya. Kali ini karangan Dee Lestari lainnya, Madre, yang dicoba diangkat. Tanpa disangka-sangka performa Madre pun diluar dugaan. Madre menjadi sebuah sajian hangat yang diangkat dari oven yang mempunyai aroma sedap dan segar. Sekali lagi, Benni Setiawan berkompeten untuk menghasilkan sebuah jalinan cerita Drama Komedi yang memberikan kualitas yang tak disangka-sangka. 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta pun berhasil membuat saya Jatuh Cinta. Begitu pula dengan Madre. Jalinan cerita yang coba diangkat pun disajikan kompleks. Semuanya diceritakan dengan rinci dengan cerita yang padat. Dengan berbagai Narasi dan dialog yang smart dan jangan lupakan berbagai kiasan-kiasan serta kata-kata nan puitis yang akan dilantunkan oleh para pemain di film ini. Rupanya, penyampaian kata-kata nan puitis itu pun tersajikan dengan baik. Tak perlu disajikan dengan penuh overdramatis layaknya 5 Cm yang hasilnya akan menghilangkan berbagai esensi indah dari kalimat puitis itu. Benni Setiawan pun mampu mengangkat cerita yang sebenarnya mempunyai kefokusan cerita yang unik. Fokus cerita itu bukan ke Tansen melainkan ke sebuah biang Roti. Sebuah sudut pandang yang unik yang bisa memberikan nafas segar bagi perfilman Indonesia yang bisa dibilang banyak kegagalan dalam menghasilkan Sebuah drama komedi romantis yang smart di era-nya.
http://flickmagazine.net/foto_berita/20Madre1.jpg 
Madre's Vintage theme which is totally stole my heart. Love It ! 
Ceritanya pun tak terfokus hanya pada Cerita cintanya saja melainkan pada berbagai hal tentang bisnis, kebebasan. Sebuah satu paket penceritaan yang mempunyai porsi yang seimbang satu sama lain dan enjoyable. Well, tak semua jalinan cerita ini selembut adonan Madre yang lezat. Beberapa kelemahan pun  masih mengganjal di beberapa bagian. Seperti beberapa penceritaannya yang kurang rapi. Ceritanya sudah padat dengan penyampaian yang bagus tetapi terkadang beberapa scene terkesan dipercepat. Dengan kronologi waktu yang membingungkan serta penyampaian yang sedikit kebingungan sehingga beberapa bagian akan membingungkan penontonnya. Terutama saat setting film berubah antara Bandung menuju ke Bali yang cukup butuh waktu lama untuk memahaminya. Ritme penceritaan film ini pun messy diawal dan di penyelesaian ceritanya. Tetapi, kelebihan lainnya sepertinya menutupi kekurangan tersebut. Terlebih Benni Setiawan mampu menampilkan sudut-sudut kota dengan tema Vintage nan klasik yang pasti akan memanjakan mata penontonnya. Sudut-sudut kota yang Indah pun tergambarkan dengan baik. Belum lagi setting toko roti Tan De Bakker yang memang terlihat sangat old-school but i like it so much. Dengan berbagai dukungan dari Scoringnya yang juga memberikan sebuah nafas Vintage yang lebih kental. Scoringnya menawan. Sangat memorable dan benar-benar membuat film ini semakin menarik di setiap scene-nya. Hanya saja dalam klimaksnya ada satu lagu soundtrack yang membuat esensi klimaks film ini berkurang. Lagu berjudul Jodoh Pasti Datang milik Afgan ini di selipkan saat sebuah klimaks disajikan ke khalayak. Dengan sedikit efek yang cliche, Madre turn into FTV taste. Semuanya terasa menggelikan. Sekali kesalahan pun melunturkan berbagai aspek positif yang sudah ditawarkan Benni Setiawan di film ini. Tata Sound editingnya pun masih sangat Indonesia sekali. Mulut dan Dialog terkadang tak menyatu. Suara keluar dulu baru gesture mulut bermain. Tak apalah itu tak menganggu aspek cerita film ini yang sudah terjalin baik dan lumayan rapi dari awal hingga akhir. Dari segi cast tak ada yang salah. Vino G. Bastian dengan rambut gimbalnya itu pun tak menjadi gangguan dengan performa slengekan yang dia tampilkan saat memerankan Tansen. Serta performa Laura Basuki menjadi sesosok Wanita Karir yang smart yang juga bagus. Begitu pula Didi Petet yang tak usah diragukan lagi. Sesosok 3 Nini-Nini pegawai Tan De Bakker mencuri perhatian saya. Sosoknya unik, kocak, dan unforgettable.
Overall, Madre is a new Taste from Romance Comedy genre in Indonesian Movies. Unique view angle from "Biang Roti" which is make this movie fresh. The Vintage theme will totally stole audience heart even the soundtrack will turn this movie into FTV taste. But, I Still Love it. Delicious and sweet as Bread. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar