Senin, 04 Maret 2013

REVIEW - Django Unchained

Quentin Tarantino bukanlah nama yang asing di dunia perfilman Hollywood. Kiprahnya di dunia film sudah tidak diragukan lagi. Kill Bill Vol. 1 dan 2 sudah terbukti. Serta film yang juga masuk dalam nominasi Oscar Inglorious Bastards. Kali ini, dia membuat sebuah film dengan judul Django Unchained apakah film tersebut mempunyai kualitas yang sama dengan beberapa filmnya?
Menceritakan pada tahun 1858 tentang seorang budak berkulit hitam bernama Django (Jamie Foxx) yang dibebaskan oleh seorang bernama Dr. King Schultz (Christoph Waltz). Dr. King Schultz mengajak Django untuk menjadi Valet-nya serta menjadi seorang Bounty Hunter sepertinya dan membunuh Brittle Brothers. Setelah itu, Django meminta kepada Dr. King Schultz berkelana untuk mencari Istri Django yaitu Broomhilda (Kerry Washington). Disaat perjalanan menemukan Istrinya, ternyata Broomhilda berada di rumah milik Calvin Candie (Leonardo Dicaprio) yang berada di Candyland.
http://7films.dendelionblu.me/wp-content/uploads/2012/06/DU-AC-000209.jpg
Quentin Tarantino memang tahu benar untuk menyajikan sebuah sajian film yang memang fresh, original, unique, serta entertaining. Yap! Django Unchained adalah sebuah kesatuan cerita yang dibawakan dengan epic oleh Quentin Tarantino. Setelah sinopsis yang anda baca diatas, mungkin anda merasa ini adalah sebuah kesatuan cerita yang simple dan juga pernah dibawakan oleh siapa saja. But if you meet with movie that directing by Quentin Tarantino, you should stop to think skeptical about his movie. Karena sesimple apapun cerita itu akan dibawakan dengan penuh keasyikan dan pastinya outstanding. Lalu, apakah premis cerita yang simple itu bisa dibawakan dengan durasi sekitar 165 menit? Yah, sangat bisa sekali. Bisa dibilang semua itu efektif karena beberapa karakter yang saling masuk menyesaki layar digali satu persatu dan akan membuat durasi yang lama itu benar-benar terasa cepat karena Tarantino tahu benar dalam memanfaatkan durasi yang mungkin juga bisa dikatakan cukup panjang. Cerita film ini yang lebih kearah rasisme terhadap kulit hitam yang benar-benar kejam dizaman itu pun terlihat dengan jelas. Ini layaknya film The Help yang lebih tidak manusiawi. Lebih Kejam, Lebih berdarah, dan tentunya lebih mengasyikkan. Naskah film yang juga ditulis sendiri oleh Quentin Tarantino ini adalah hasil dari pikirannya sendiri. Original, tak mengambil dari True Story ataupun Graphic Novel. Jarang sekali ada sebuah pemikiran unik seperti ini meski cerita yang diusung juga sederhana sebenarnya. Film ini dibuka dengan opening scene yang sangat jadul sekali. Memang setting tahun film ini adalah tahun 1858. Jangan lupakan logo milik Columbia Pictures yang diubah oleh Tarantino dengan logo versi jadul. Sepertinya film ini memang seperti dibawa oleh Tarantino menjadi sebuah kesatuan yang kuat hingga efek yang digunakan untuk opening. Opening scene yang oldschool dengan Soundtracknya juga yang oldschool dan terkesan norak menjadi sajian yang berbeda, unik, dan pastinya menguatkan keseluruhan isi film ini. Belum lagi tatanan kota yang memang menggambarkan tahun 1858 yang memang old-fashioned. Semua tertata dengan baik. Efek saat zoom in ke seorang karakter yang juga sangat mengesankan membuat film ini semakin unik. Sebuah naskah yang memang sangat diperhatikan sekali. Beberapa detail cerita yang juga diterjemahkan dalam sebuah motion picture dengan durasi yang panjang tanpa terkesan bertele-tele sama sekali. Semuanya tergambarkan jelas dan indah.
http://smhttp.14409.nexcesscdn.net/806D5E/wordpress-L/images/review_django-unchained-e1356342145971.jpg
Pembawaan narasi oleh karakter Django yang panjang tanpa terkesan membosankan. Narasi itu dibawakan dengan bagus dan menjelaskan berbagai macam cerita yang semakin menarik. Tarantino benar-benar tahu memanjakan para penontonnya untuk dalam menceritakan sebuah cerita. Dengan durasi yang benar-benar panjang itu, Film ini berhasil menjaga tensi ketegangan penonton dari awal hingga film ini. Perlahan-lahan akan mulai naik sehingga penonton akan merasakan sebuah klimaks yang seru. Naskahnya begitu solid, padat, dan tak bertele-tele. Semuanya diceritakan dengan baik. Film ini tak seterusnya diganjar dengan ketegangan, beberapa scene diselipi dengan Humor yang juga dipresentasikan dengan nuansa yang dark yang cerdas sehingga sering menimbulkan tawa ditengah-tengah scene penuh darah milik Tarantino ini. Film ini sebenarnya tak seberapa suguhan aksi yang terlalu banyak dan explosion scene yang berlebihan. Tetapi, sekalinya film ini bermain-main dengan aksi. Well, Anda akan menyaksikan sebuah kesatuan aksi yang sebenarnya. Aksi yang kejam tanpa terkesan menjijikkan. Aksi dengan berbagai darah bercipratan dengan gimmick darah yang tak terkesan berlebihan. Tanpa menggambarkan dengan jelas beberapa scene Gore yang mungkin kejam. Tetapi, dengan gampang Quentin Tarantino membuat penontonnya bergidik kesakitan serta ngilu saat menyaksikan tembakan-tembakan menggunakan "Blunderbuss" yang BAM !! BAM !! BAM !! memekikkan telinga tetapi asyik untuk disaksikan. Quentin Tarantino sangat asyik bermain-main dengan senjata apinya. Sehingga terjadi sebuah scene pembantaian yang sangat memanjakan mata kita. Dijajaran Cast film ini, Siapa masih bertanya-tanya siapakah pemeran utama di film ini? apakah benar Jamie Foxx bertindak sebagai pemeran utama di film ini? Karena memang Christoph Waltz sebagai Dr. King Schultz lebih mendominasi layar saat Django Unchained diputar. Akting brilliant yang dilakoninya berhasil mencuri perhatian ketimbang Django-nya sendiri. Well, bukan berarti Jamie Foxx performanya buruk. Hanya saja Christoph Waltz berperan lebih bagus. Leonardo Dicaprio sendiri sebagai Calvin Candie juga berperan dengan baik. Karakternya layaknya psikopat yang haus darah diperankan dengan baik. 
Overall, Django Unchained adalah sebuah premis cerita sederhana dengan sentuhan yang bagus sekali dari Quentin Tarantino. Sebuah cerita Original milik Quentin Tarantino yang brilliant. Dengan durasi berkisar 165 Menit, semua detail cerita terjabarkan dengan baik. Well, Welcome in to Quentin Tarantino's Bounty Hunter Business World.

1 komentar: