Minggu, 01 Desember 2019

FROZEN 2 (2019) REVIEW: Sekuel tentang Elsa dan Perjalanannya yang Lebih Dewasa.


Setelah berhasil mendapatkan kuantitas box office yang cukup masif untuk ukuran film animasi, perjalanan Anna dan Elsa tentu mudah dapatkan sekuelnya. Selang 6 tahun dari film pertamanya, Frozen 2 hadir dengan sutradara yang sama. Chris Buck dan Jennifer Lee kali ini bukan mengadaptasi lagi kisah dari Hans Christian Andersen seperti yang dilakukan di film pertamanya. Inilah tugas mereka untuk membuat Frozen 2 mengekspansi dunianya sekaligus membuat sekuelnya tetap prima.

Tentu saja semua castnya kembali menjadi karakter-karakter yang sudah banyak dikenal oleh penggemarnya. Dari Anna, Elsa, Kristoff dan Olaf tetap diisi oleh voice cast yang sama. Bila dilihat dari trailernya, Frozen 2 memang seakan mengajak penontonnya untuk memasuki babak baru dari perjalanan para karakternya yang lebih dewasa dan kelam. Tentu ini akan mengarah ke cerita Frozen 2 yang akan jauh lebih kompleks dibanding seri pertamanya.


Dan benar saja, Frozen 2 kali ini memiliki babak baru yang sangat berbeda dengan film pertamanya. Semua kisahnya dititikberatkan ke karakter Elsa yang sedang berusaha mencari jati diri dan kekuatannya. Dimulai ketika Elsa (Idina Menzel) mulai mendengar suara-suara asing yang hanya didengar oleh dirinya dan tak begitu fokus untuk mencari tahu asalnya. Tetapi, semakin lama suara itu mulai menuntun Elsa untuk mencari jawaban.

Elsa pun memulai petualangannya yang tentu saja ditemani oleh sang adik, Anna (Kristen Bell), Kristoff (Jonathan Groff), Olaf (Josh Gad), dan Sven. Mereka pun menemukan sebuah hutan ajaib yang tak pernah dijamah oleh orang. Mereka mulai memasuki hutan tersebut dan menemukan fakta bahwa ada sesuatu yang berkaitan dengan masa lalu orang tua Elsa dan Anna serta Arendelle sebagai sebuah kerajaan. Di sinilah mereka mulai untuk memecahkan misteri masa lalu tersebut.


Frozen pertama memang dengan mudah merebut hati penontonnya karena berhasil membuat sebuah instant classic yang berhasil menggambarkan Disney Princess di masa kejayaannya. Terlebih, tembang-tembang di film pertama ini sangat mudah terngiang di telinga penontonnya. Tetapi, Frozen 2 memiliki lebih banyak aspek yang membuat filmnya bisa tampil lebih baik. Frozen 2 adalah penantian 6 tahun yang terbayar lunas untuk penontonnya (dan tentu untuk penggemarnya).

Memang, akan susah bagi sekuelnya untuk bisa menyaingi cita rasa klasik lagu-lagu di film pertamanya. Tetapi, lagu-lagu di sekuelnya ini memiliki pilihan lirik dan musik yang lebih kompleks. Tembang seperti “Into The Unknown”, “When I am Older”, dan “Show Yourself” memiliki lirik tentang transisi kehidupan para karakternya yang lebih dewasa saat memahami problematika hidup mereka. Hal inilah yang juga menjadi kunci utama dalam pemilihan konflik dan plot cerita yang ada di Frozen 2.

Dengan semakin dewasanya plot cerita yang ada di Frozen 2 ini, semakin menunjukkan bahwa film ini juga diarahkan dengan semakin matang. Naskah milik Jennifer Lee berusaha untuk membuat semua karakternya ikut berkembang dan tak melupakan apapun yang terjadi di film pertamanya juga beberapa short filmnya. Sehingga, ada akumulasi perkembangan karakter yang sangat signifikan tanpa membuat penontonnya merasa asing dengan mereka.


Dengan menggunakan pendekatan yang lebih dewasa pula, intensi dari Frozen 2 tentu tak hanya menyerang range usia tertentu saja (baca: anak-anak). Tetapi juga bisa membuat film ini bisa dikonsumsi oleh semua target usia. Pemilihan konfliknya akan menjadi faktor yang bisa membuat penonton dewasa bisa penasaran dengan apa yang terjadi di dalam film ini. Tetapi, film ini masih sangat menghibur dari penyampaian komedinya yang tampil di luar batas. Seperti usaha tribute-nya dengan balada tahun 90an lewat lagu “Lost In The Woods”.

Tentu isu yang ada di dalam Frozen 2 ini sudah menyesuaikan dengan isu yang relevan di masa kini. Ketika perempuan bisa memiliki kekuatan untuk memutuskan banyak hal. Masalah-masalah yang dialami oleh perempuan juga memiliki prioritas untuk diselesaikan. Hingga isu Future is Female yang menjadi Anna dan Elsa sebagai pionnya tanpa perlu mendiskreditkan laki-laki dalam perjalanannya. Mereka tetap bisa berjalan seimbang satu sama lain.

Frozen 2 tentu menjadi investasi bagi Disney dalam meraup jumlah box office yang fantastis. Maka dari itu, terlihat pula bahwa Frozen 2 digarap dengan sangat serius dalam hal visual. Dunia Arendelle dan setiap karakternya dibuat semakin detail lagi di sini. Belum lagi, ada banyak sekali adegan-adegan yang dibuat jauh lebih imajinatif dan memanjakan mata dibandingkan dengan film pertamanya. Terlebih ke desain karakter dan tata busana yang luar biasa indah. Jika saja film animasi bisa eligible untuk kategori tata busana, mungkin Frozen 2 bisa masuk menjadi nominasinya.


Maka dari itu, meski Frozen 2 masih tak memiliki tembang-tembang yang mudah untuk langsung menancap di pikiran penontonnya, tetapi Frozen 2 tetaplah sebuah sekuel yang lebih baik dari film pertamanya. Ada banyak aspek mulai dari konflik yang lebih kompleks dan masih bisa dicerna oleh target segmentasi utamanya hingga visualnya yang cantik sekali. Sehingga, Frozen 2 masih bisa memunculkan cita rasa klasik dan magisnya sama seperti yang pertama. Memuaskan!

1 komentar: