Senin, 02 Desember 2019

KIM JI-YOUNG, BORN 1982 (2019) REVIEW: Film tentang Perempuan Dari Perempuan

Perempuan dan problematikanya menjadi hal yang sangat menarik untuk diangkat. Film menjadi salah satu media untuk menyampaikan keresahan tentang perempuan dalam realitanya. Bahwa penting untuk menghadirkan representasi tentang masalah tersebut untuk setidaknya menunjukkan adanya secuil realita yang perlu untuk dibahas lebih. Hal ini pula yang berusaha menjadi tujuan dari film yang diadaptasi dari judul yang sama yaitu Kim Ji-Young, Born 1982.

Film ini memang terlihat sangat sederhana dalam premisnya. Memperlihatkan tentang problematika seorang perempuan yang berkomitmen menjadi ibu rumah tangga dan kehidupan setelahnya. Tetapi, hal ini justru menarik untuk disampaikan karena sekilas pekerjaan ibu rumah tangga akan tampak mudah. Tetapi nyatanya, perempuan dan pekerjaan domestik adalah hal yang perlu mendapatkan perhatian lebih terlebih ketika berada di dunia yang condong ke patriarki.

Kim Ji-Young, Born 1982 dibintangi oleh Jung Yu-Mi dan Gong Yoo ini disutradarai oleh Kim Do-Young, seorang sutradara perempuan. Film ini adalah debut dirinya menjadi sutradara. Tentu akan terlihat menarik bahwa film tentang perempuan disutradarai oleh seorang perempuan pula. Dan nyatanya, sebagai debut, Kim Ji-Young, Born 1982 sangat berhasil menyampaikan dan mewakili keresahan hati untuk para perempuan di luar sana yang suka dirugikan oleh sebuah sistem yang sudah terpatri.


Kim Ji-Young, Born 1982 bagaikan merangkum semua kegelisahan suara perempuan yang tak pernah dianggap berarti. Ini adalah sebuah kisah nyata dari sosok Kim Ji-Young (Jung Yu-Mi) yang menikahi sesosok pria yang dia cintai, Dae Hyon (Gong Yoo). Tetapi, setelah menikah kehidupannya membuat dirinya mulai tak bahagia. Dae-Hyeon menemukan adanya perubahan sikap dari sang istri yang membuat dirinya mulai mulai khawatir.

Bukan hanya sekedar membuat dia lebih sering murung, tetapi juga membuatnya depresi. Sehingga, Kim Ji-Young secara tak sadar menirukan perilaku orang-orang yang dekat dengannya. Dari sinilah, awal mula perjalanan Kim Ji-Young mencari jawaban dan ‘obat’ atas masalah yang dialaminya. Muncul banyak sekali pergulatan batin dan dengan orang lain saat menghadapi masalahnya ini.


Menyaksikan film ini seperti sedang mengikuti secara langsung perjalanan seseorang. Kim Ji-Young, Born 1982 memang berusaha menampilkan realita sejujur-jujurnya tentang perjuangan seorang perempuan dan posisi mereka di realita. Sehingga, mereka bisa menjadi korban dari sistem atau pun tradisi yang sering kali menyudutkan. Dengan menggunakan pendekatan yang lebih realis ini, seakan penting agar penontonnya sadar tentang isu perempuan ini, terlebih kepada laki-laki.

Di tangan Kim Do-Young, film ini seakan memiliki sensitivitas yang membuat adanya banyak momen emosional yang bisa menarik simpati penontonnya. Ini penting untuk film Kim Ji-Young, Born 1982 karena memiliki pace cerita yang lambat. Dengan memberikan rasa itu ke dalam filmnya, hal ini akan membuat penonton mau untuk mengikuti perjalanan ceritanya dengan durasi hingga 118 menit ini. Apabila penonton mau untuk diajak mengikuti setiap menit ceritanya, setidaknya film ini membuat penonton mulai menyadari bahwa realitanya perempuan masih sering dimarjinalkan.

Sungguh beruntung pula film ini memilii Kim Do-Young sebagai sutradara. Dirinya sebagai seorang sutradara perempuan menjadi kekuatan penting di dalam film ini. Bisa memberikan gambaran atas realitas getir tersebut dengan subjektivitas perempuan itu sendiri. Hal ini penting karena membuat suara perempuan mulai didengar oleh khalayak ramai. Menjadikan film Kim Ji-Young, Born 1982 tak hanya sekedar film tentang perempuan. Tetapi, juga sebagai medium perempuan untuk menyuarakan pendapatnya.


Jung Yu-Mi juga sangat berhasil memerankan karakter Kim Ji-Young di dalam film ini. Performanya yang sangat kuat bisa membuat penontonnya sangat yakin bahwa dirinya adalah Kim Ji-Young asli dan menaruh simpati kepadanya. Sehingga, di momen klimaks film ini, tentu penonton akan dengan mudah mendonasikan air matanya. Gong Yoo yang memerankan karakter pendukung di film ini bisa berperan sesuai porsinya juga.

Sehingga, kompilasi realita-realita getir tentang perempuan banyak sekali muncul di dalam film ini. Mulai dari sexual harassment hingga posisi perempuan dalam lingkungan apapun. Mau dari pekerjaan atau pun dalam rumah tangga itu sendiri yang bisa menganggu psikologis mereka. Memberikan pengertian bahwa sebagian besar negara Asia masih saja memanangkan sistem patriarki yang membuat laki-laki memiliki privilege dalam hidupnya. Dengan adanya privilege itu, laki-laki merasa dirinya superior. Memiliki wewenang untuk membuat dunia berpusat pada dirinya.

Padahal sesungguhnya maskulinitas seorang laki-laki itu masih saja fluid dan sangat rapuh untuk didefinisikan. Sebuah adegan dalam film ini pun menggambarkannya dengan sangat jelas ketika Kim Ji-Young berusaha mengkonfrontasi seorang laki-laki di dalam sebuah kafe. Karena sistem patriarki yang membuat laki-laki memiliki banyak privilege, sehingga tak ada yang berani melawan mereka. Sehingga, ketika ada satu perempuan yang berusaha melawan, maka akan muncul kekhawatiran dan muncul perasaan tidak aman dalam dirinya. Begitu pula yang terjadi dalam penonton Korea Selatan yang menerima film ini. Masih ada banyak yang laki-laki yang rapuh berusaha menentang film ini.


Maka dari itu, Kim Ji-Young 1982 adalah sebuah film tentang perempuan yang penting untuk ditonton oleh banyak orang. Sehingga, pesannya untuk menebarkan sebuah realita tentang perempuan yang masih saja didiskreditkan hingga hari ini bisa tersampaikan dengan jelas ke pemikiran penontonnya. Terutama, untuk laki-laki yang masih saja berpikir konvensional bahwa perempuan harus melayani mereka di rumah. Mau kamu secakep Gong Yoo atau enggak, memang sudah seharusnya mulai untuk tak lagi memandang inferior perempuan.

1 komentar: