Selasa, 27 Mei 2014

OCULUS (2014) REVIEW : CREEPY MIRROR’S TERROR

 

Film horor adalah salah satu genre yang digemari oleh mayoritas penonton. Bukan hanya dalam negeri, luar negeri pun masih banyak yang menjadikan film horor sebagai ladang uang di dunia perfilman mereka. Tahun lalu, dua film horor menggemparkan Box Office US. Di tangan dingin James Wan, The Conjuring dan Insidious 2 berhasil merebut hati pemirsanya. Tahun ini, masih dibilang minim film-film horor. Baru 2 judul yang dilepas di tahun ini, Paranormal Activity : The Marked Ones dan Devil’s Due yang masih formulaic.
 
Mike Flanagan mungkin masih asing di perfilman Hollywood. Dia adalah moviemaker indie yang juga terbiasa menangani film-film horor. Kali ini, Mike Flanagan menciptakan film horor terbarunya dengan judul Oculus. Mike Flanagan menjadi sutradara sekaligus penulis skenario dari film miliknya yang dibantu oleh Jeff Howard. Oculus sendiri awalnya adalah film pendek milik sang sutradara yang bergenre horor. Dia mengadaptasi film pendeknya sendiri menjadi film panjang. 


Di tahun 2001, Kaylie kecil (Annalise Basso) dan Tim kecil (Garrett Ryan) mengalami keanehan di keluarganya semenjak pindah rumah. Di mulai ketika Ayah mereka, Alan Russell (Rory Cochrane) memiliki aksesoris di ruang kerjanya yaitu cermin antik. Sang ayah mengalami perubahan perilaku menjadi sosok yang dingin. Hal tersebut membuat kejadian-kejadian aneh yang menghantui keluarga mereka. Membuat sang Ibu, Marie Russell (Katee Sackhoff) menjadi stres oleh kelakuan suaminya.

Semakin membuat bencana, ketika kejadian aneh itu ternyata menghilangkan nyawa kedua orang tua dari Kaylie dan Tim. 11 Tahun kemudian, Kaylie (Karen Gillan) akhirnya mencari tahu apa yang aneh dengan cermin antik tersebut. Sang adik, Tim (Brenton Thwaites) sudah tidak mau mengingat kejadian itu lagi tetapi dengan paksaan Kaylie akhirnya Tim ikut andil dalam mencari tahu sesuatu yang aneh tersebut. 


Intense yet thrilling horror movie without cheapy jump scares.

Film horor memiliki satu barang antik yang menjadi ciri khas. Entah itu dalam bentuk boneka, lukisan, dan beberapa barang lainnya yang bisa dijadikan pembawa makhluk astral untuk hinggap di barang tersebut. Di film Oculus kali ini, Cermin menjadi objek dari makhluk astral tersebut. Mungkin, cermin bukan hal yang baru untuk dijadikan objek sebuah film horor. Mirrors yang dirilis di tahun 2008 juga menjadikan cermin sebagai objek pembawa makhluk astral.

Maka, kali ini cermin di Oculus pun menjadi karakter antagonis utamanya. Mike Flanagan menjadikan Oculus film horor yang memiliki isi dan bisa membawakan atmosfir mencekam yang bagus. Well, mungkin penonton awam akan dikecewakan dengan minimnya penampakan makhluk-makhluk astral yang bisa dibilang minim. Oculus bukan semata-semata film horor dengan jump scares murahan yang akan membuat penontonnya berteriak.

Mike Flanagan bukanlah menawarkan hal tersebut karena Oculus memiliki sensasi horor yang berbeda. Mike Flanagan tentu berhasil mengarahkan filmnya dengan baik, meskipun beberapa kekurangan masih menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Oculus memiliki 2 setting waktu yang berbeda. Dan Mike Flanagan menyajikannya dengan potong demi potong yang akan menyatu di bagian akhirnya, layaknya sebuah puzzle


Beberapa bagian ceritanya mungkin akan terasa rush. Mike Flanagan masih kurang bisa menata dua setting cerita yang disajikan bersamaan dengan sangat baik, sehingga Oculus masih jauh dari kata sempurna. Puzzle yang disebar oleh sang sutradara memang berhasil disusun, tetapi masih kurang rapi dan masih menimbulkan plot holes. Plot holes itu seharusnya bisa dihindari ketika Mike Flanagan bisa mengatasinya dengan baik. Dari segi naskah yang ditulisnya pun, Oculus bisa menjadi film yang baik. Kisahnya masih segar dengan selipan-selipan ilmiah di dalamnya sehingga Oculus bukanlah horor kacangan.

Dengan dua setting waktu yang berbeda itulah, Oculus juga mendapatkan poin plusnya. Oculus berhasil memainkan emosi penontonnya dengan dua setting waktu yang berbeda itu. Perjalanan mencari makhluk astral di film Oculus ini pun terasa berbeda. Sang sutradara seperti memberikan puzzle yang tidak utuh di awal. Banyak sekali dialog-dialog yang menunjukkan peristiwa sebelumnya tanpa menjelaskan cerita yang sebenernya terjadi terlebih dahulu kepada penonton. 


Baru mulailah perlahan-lahan tensi itu semakin naik dan naik. Puzzle yang berantakan tersebut mulai disusun perlahan-lahan dan bisa memainkan emosi penontonnya. Menyatukan puzzle-nya pun tidak berurutan, melainkan dari menyusunnya dari sisi yang berbeda. Sepotong di setting 10 tahun lalu, sepotong lagi di setting waktu sekarang. Sehingga pada waktu dan timing yang tepat, film ini berhasil memberikan klimaks yang bagus dan menjadi satu kesatuan film yang menarik.

Mike Flanagan berhasil menginterpretasikan suasana seram di film ini. Tanpa perlu scoring yang overused, beberapa adegan hening tersebut berhasil menciptakan suasana yang begitu gelap dan mencekam. Meskipun Oculus minim dengan Jump scares, tetapi dengan atmosfirnya yang mencekam inilah yang membuat Oculus satu level di atas banyaknya film horor yang pernah dibuat. Adegan mencekam dan gelap itu benar-benar tampil memikat. 


Oculus bukan hanya bermain-main dengan emosi penontonnya, tetapi juga bermain-main dengan psikologis penontonnya. Oculus berhasil menciptakan suasana seram yang akan menganggu pikiran penontonnya. Penonton pun akan mengharapkan film ini segera berakhir karena teror-teror yang disajikan di film ini begitu menakutkan bagi penontonnya. Mike Flanagan ini berhasil membangun image bagi Cermin tersebut sehingga menjadi mimpi buruk bagi karakternya. Bukan hanya sekedar menjadi objek, melainkan karakter antagonis utama untuk film ini.

Hal tersebut juga diperkuat dengan barisan aktor dan aktrisnya yang bermain dengan baik. Memang tidak ada nama-nama familiar di jajaran aktor dan aktrisnya. Tetapi, Karen Gillan berhasil menampilkan performa yang sangat menarik di film ini. Berhasil memberikan ekspresi penuh kengerian campuran dengan wajah psycho di parasnya yang cantik. 

 

Overall, Oculus bukanlah film yang mengandalkan jump scares sebagai kekuatan utama untuk filmnya. Tetapi, bagaimana Mike Flanagan menginterpretasikan horor dalam presentasi yang lebih berkelas dengan menampilkan suasana yang mnyeramkan dan mengikat. Meskipun beberapa bagian terlihat rushy, tetapi Oculus tetap berhasil menyajikan horor yang akan memainkan emosi serta psikologis penontonnya. Thrilled! 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar