Raditya Dika dan film-film adaptasi dari novelnya adalah formula mudah
untuk mendapatkan banyak sekali penonton di setiap filmnya. Tahun 2013 lalu,
Raditya Dika sudah menghiasi layar bioskop dengan 3 film yang dibintangi
langsung olehnya. Tentu saja, 3 film itu mendapat andil dalam 10 film Indonesia
terlaris dengan jumlah penonton berjumlah ratusan ribu. Dan dengan bekal
larisnya film-film miliknya, di tahun 2014 ini Raditya Dika pun berusaha untuk
menyutradarai sendiri film-film yang dibintanginya.
Dengan Remaja sebagai sasaran target pasar dari film-film milik
Raditya Dika, 2 film sudah disiapkan oleh Raditya Dika di tahun 2014. Salah
satu yang mendapat slot rilis
terlebih dahulu adalah adaptasi dari buku miliknya, Marmut Merah Jambu. Filmnya
kali ini bisa dikatakan melanjutkan Trilogi dari yang dimulai dari Cinta Brontosaurus meskipun tak ada
cerita yang benar-benar memiliki benang merah dengan 2 seri tersebut. Serta,
film ini adalah debut dari Raditya Dika sebagai sutradara.
Marmut Merah Jambu kali ini menceritakan Dika (Raditya Dika) yang
berkunjung ke rumah cinta pertama dari Dika Kecil (Christoffer Nelwan), Ina
(Anjani Dina). Dika datang dengan membawa 1000 burung kertas dan undangan
pernikahan Ina yang akan menikah besok. Di rumah itu disambut oleh ayah Ina
(Tio Pakusadewo) lalu Dika menceritakan cerita-cerita SMA-nya bagaimana Dika
bisa menyukai Ina dan menyebabkan luka di perut ayah Ina saat pesta ulang
tahun.
Dika di saat muda berteman dengan Bertus (Julian Liberty), dia ingin
sekali populer. Hingga suatu saat, Dika bertemu Ina di UKS kala itu. Dika pun
mendukung Bertus agar dirinya dan Dika untuk menjadi populer agar bisa
mendapatkan Ina. Mereka berdua pun membuat grup detektif dengan tambahan satu
personil wanita bernama Cindy (Sonya Pandawarman). Setelah berhasil
menyelesaikan banyak kasus, Grup detektif tersebut menjadi populer. Hingga
suatu saat ada satu kasus yang tidak dapat diselesaikan yang sebenarnya membawa
kepada satu cerita cinta milik Dika.
Kisah manis tentang cinta pertama.
Lupakan tentang Kambing Jantan,
karena Cinta Brontosaurus bisa
dibilang memberikan pembuka yang lain untuk film-film adaptasi dari buku milik
Raditya Dika. Cinta Brontosaurus
milik Fajar Nugros ini gagal untuk
mendapatkan hati di penontonnya. Tak hanya dari segi cerita cinta remaja yang
harusnya bisa jadi manis, tapi juga dalam sajian komedi yang benar-benar gagal
menarik tawa yang riuh dari penontonnya. Malah, membuat kerutan di kening
setiap penontonnya.
Di Manusia Setengah Salmon,
akhirnya mengalami kenaikan yang sangat signifikan dari segala aspek seiring
dengan bergantinya Sutradara. Meskipun harus mengalami penurunan dari segi
penonton. Di proyek ketiga ini, Sutradara pun diganti oleh Raditya Dika yang
mengalami debut penyutradaraan untuk film bioskop pertamanya. Marmut Merah Jambu bisa dibilang
penentuan bagaimana hasil akhir dari debut sutradara dari Raditya Dika ini
dalam pengarahannya.
Well, Marmut Merah Jambu
ternyata berhasil diarahkan dengan begitu baik oleh Raditya Dika dalam debut
penyutradaraannya. Meskipun tak sampai menjadi satu pengarahan yang
mengagumkan, tetapi Raditya Dika berhasil mengarahkan novelnya menjadi Romance-Comedy film yang begitu manis
dan menyenangkan untuk diikuti. That is
so surprising. Marmut Merah Jambu pun mampu berdiri sejajar dengan Manusia
Setengah Salmon dan malah bisa setingkat lebih baik.
Komedi yang disajikan tetap memiliki khas Raditya Dika. Masih mampu
mengundang tawa riuh penonton di dalam studio saat menontonnya. Raditya Dika
tahu bagaimana untuk menyelipkan komedi-komedi miliknya di saat yang tepat
sehingga setiap komedinya berhasil mengenai sasaran. Hit and Miss masih tetap menghiasi komedi-komedi di film-film yang
dibintangi oleh Raditya Dika. Di Marmut Merah Jampu pun, masih ada beberapa
komedi yang tidak memiliki kekuatan penuh untuk mengundang semua penonton agar
tertawa bersama-sama saat menontonnya.
Hal tersebut terjadi karena intensitas komedi yang ada di film ini
terlalu sering muncul di permukaan film yang akhirnya memiliki kesan memaksa
untuk beberapa adegan. Perlunya jeda untuk film komedi adalah satu hal yang
diperhatikan. Tentunya, agar cerita-cerita yang menjadi pondasi kuat untuk
jalannya sebuah film itu bisa diperhatikan dengan sangat baik. Dan Marmut Merah
Jambu memiliki satu masa di mana lelucon-lelucon itu harus dikurangi agar
cerita cinta dan pertemanan Dika, sang pemeran utama ini bisa lebih
diperhatikan lebih lagi.
Satu hal yang menarik di Marmut Merah Jambu, menggunakan alur campuran
dengan transisi yang menarik. Marmut Merah Jambu memiliki pakem yang berbeda
ketimbang dua film sebelumnya. Tentu, itu menjadi kekuatan lain untuk Marmut
Merah Jambu hingga tidak membuat Marmut Merah Jambu ini berjalan lurus-lurus
saja. Akhirnya memberikan cita rasa lain untuk menceritakan cinta pertama saat
SMA yang berujung pada kisah cinta Dika saat dirinya sudah dewasa.
Raditya Dika juga berhasil mengarahkan cerita cinta remaja untuk
filmnya ini dengan manis. Dikemas dengan sedemikian rupa sampai paruh ketiga
dari film ini tiba, kesan manis dan romantis itu berhasil disajikan kepada
penontonnya dengan kekuatan penuh dan sangat berhasil. Kesan Romantis yang dibangun
di Marmut Merah Jambu pun tak memberikan kesan murahan. Dengan dukungan
dialog-dialog romantis yang quote-able
dan memiliki satu analogi dengan seekor Marmut dalam kisah cinta pertamanya. Gampang
saja jika paruh ketiga dari film ini akan berhasil membekas di hati penontonnya
terlebih pada penonton remaja.
Dibalut dengan soundtrack-soundtrack
menarik dan manis di setiap adegannya yang mampu berkoneksi baik dengan
adegan-adegan romantis di film ini. Tentu saja, dengan shot indah yang ditangkap dan disajikan di setiap Frame-nya. Sehingga, bisa mendapatkan
gambar-gambar indah yang dapat menguatkan kesan romantis itu. Ditambah dengan set dalam production value yang juga menekankan kesan manis untuk adegannya.
Overall, Marmut Merah Jambu
adalah usaha debut penyutradaraan Raditya Dika yang berhasil. Dengan
komedi-komedi renyah dan kisah cinta romantis tentang cinta pertama dikemas
menarik yang akan menarik perhatian penonton remaja khususnya. Meskipun,
memiliki beberapa kesalahan kecil dalam presentasi leluconnya. Tetapi, Marmut
Merah Jambu berhasil menaruh patokan lumayan tinggi untuk sebuah film RomCom di perfilman Indonesia. Manis.
minta daftar soundtrack lagu mamrmut merah jambu dong seua nya ya? jgn cuma nelwans
BalasHapus