Lagi-lagi film bertema olahraga mewarnai perfilman Indonesia. Setelah
Mari Lari garapan Delon Tio ini sukses memberikan sajian film yang menarik
dengan sentuhan cerita memacu motivasi dan menyentuh. Kali ini, film dengan tema
Olahraga sekali lagi diangkat menjadi feature film dan Sepak Bola lagi-lagi
memiliki intrik menarik untuk diangkat.
Berawal dari sebuah buku berjudul Kabar Dari Tulehu, sebuah memoar
kisah nyata dari sosok Sani. dan buku ini berkesempatan untuk diangkat di layar
lebar dengan judul Cahaya Dari Timur : Beta Maluku. Angga Dwimas Sasongko
adalah orang yang dipercaya untuk mengarahkan buku tersebut menjadi gambar
bergerak. Tangannya pernah melahirkan karya dengan judul Hari Untuk Amanda yang
tak disangka menjadi sajian yang menarik. Tentu, sebuah harapan pun terlahir
saat Angga Dwimas Sasongko mengarahkan sebuah film baru.
Cahaya Dari Timur ini mengambil latar belakang tahun 1999, dimana
Ambon sedang mengalami konfilk yang gencar-gencarnya. Sani (Chicco Jericho),
seorang tukang ojek yang sudah berkeluarga dan memiliki seorang istri bernama
Haspa (Saphira Umm). Sani merasa konflik yang ada di Ambon membuat anak-anak di
sekitar terancam nyawanya. Sani pun berinisiatif untuk mengajak anak-anak
Tulehu, tempat Sani tinggal bermain bola agar pikiran mereka tentang konflik di
Ambon teralihkan.
Sani sendiri sebelumnya adalah pemain bola yang gagal ditengah jalan.
Dan setelah 5 tahun melatih anak-anak Tulehu bermain bola, konflik-konflik baru
pun muncul di kehidupannya. Rafi temannya, mendesak Sani agar mendirikan
Sekolah Sepak Bola hingga akhirnya mengalami perpecahan, Sani juga harus
mengalami masalah keluarganya yang sudah mulai tercampakkan karena terlalu
sering melatih bola. Hingga suatu saat, sebuah Indonesian Cup U-15,
pertandingan sepak bola itu merubah segalanya.
Film Indonesia terbaik tahun ini. Sangat Bagus.
Ketika tahu film ini akan menceritakan perjalanan kisah nyata
seseorang, tentu apa yang disajikan oleh film tersebut tentu tak jauh-jauh dari
kesan dapat ditebak. Tentu, mengarahkan film berdasarkan catatan hidup
seseorang harus digarap dengan baik dan kuat agar tidak jatuh biasa saja atau
jatuh di area yang menghawatirkan. Dengan latar belakang sepak bola, tentu film
ini akan menjadi sebuah film yang mengharapkan penontonnya untuk
terenyuh dengan perjuangan hidupnya.
Cahaya Dari Timur : Beta Maluku memang tak jauh-jauh dari dua hal
tersebut tetapi dengan adanya orang yang kompeten di balik pembuatan film ini,
tentu output film ini memiliki
kualitas yang mumpuni. Sangat hebat, di tangan Angga Dwimas Sasongko, Cahaya
Dari Timur bisa menjadi sebuah film dengan kemasan yang sangat baik. Terlihat
benar bagaimana sang sutradara sangat memiliki gairah untuk mengarahkan sebuah
film dan hal tersebut memberikan dampak positif terhadap kelangsungan film
arahannya.
Cahaya Dari Timur memiliki cerita yang begitu solid. Durasi Cahaya Dari Timur memang cukup panjang, 150 Menit
tetapi tidak ada rasa bertele-tele dalam menceritakan setiap alur ceritanya.
Paruh awal, mungkin untuk memperkenalkan karakter utama yaitu Sani. Upaya
tersebut dilakukan untuk mengkoneksikan antara karakter utama dengan
penontonnya. Tentu, Angga Dwimas Sasongko mampu membuat karakter Sani akan
begitu dekat dengan penontonnya.
Setelah karakter itu bisa terkoneksi dengan penonton, tentu memberikan
dampak lain saat menyaksikan film ini. Penonton akan dibuat ikut dengan sisi
emosional dalam konflik yang sedang terjadi di dalam film ini. Bukan hanya rasa
emosional dalam cerita, melainkan segala suasana dari film ini dari sedih,
senang, dan tegang juga bisa hadir dengan pas tanpa harus dilebih-lebihkan. All blended very well and makes a very good
rollercoaster feeling when we watch this movie.
Film seperti tentu tak luput dari kesan klise. Tetapi, sajian klise di
film ini tak lantas membuahkan dampak negatif, toh arahan yang sangat kuat dari
Angga Dwimas Sasongko berhasil mengemas ke-klise-an itu menjadi tontonan yang
sangat bagus untuk ditonton. Serta, Cahaya Dari Timur mampu memberikan
pelajaran penuh moral kepada penontonnya tanpa ada kesan menggurui di setiap
adegannya. Dan dengan poin ini, Cahaya Dari Timur akan lebih gampang menancap
ke penontonnya yang mulai mendewasakan dirinya.
Lantas, apa yang membedakan Cahaya Dari Timur dengan film bertema sama
lainnya? Cahaya Dari Timur ini memiliki paket lengkap tentang isu yang
diangkat. Sambil menyelam minum air, mungkin pepatah itu cocok untuk mewakili
film ini. Apa yang diangkat di sini bukanlah semata perjalanan hidup milik Sani
saja. Tetapi, Cahaya Dari Timur juga menggambarkan dan mengingatkan tentang isu-isu
konflik di Ambon yang pernah terjadi di beberapa tahun silam. Serta, isu
perbedaan agama yang masih sangat sensitif di kalangan masyarakat Indonesia.
Inilah yang membuat Cahaya Dari Timur semakin lengkap dalam konflik ceritanya.
Segala paket lengkap itu akan semakin menyenangkan ketika didukung
dengan jajaran aktor-aktris yang bermain sangat prima di film ini. Dan performa
mengejutkan datang dari Chicco Jericho. Dia mampu memberikan performa yang
begitu bagus di filmnya, mendalami karakter Sani dengan logat Ambon miliknya
yang juga bagus. Tentu dibantu dengan beberapa pemain pendukung seperti Saphira
Umm hingga aktris senior Jajang C. Noer.
Teknisnya, sinematografi yang diambil di film ini pun juga menangkap setiap
keindahan Tulehu. Memberikan nuansa sejuk di filmnya. Dramatisir efek slow motion untuk film ini pun berada
dalam kadar yang pas dan tidak berlebihan. Pun juga dengan momen-momennya yang
pas. Diperindah lagi dengan scoring
yang kental rasa etnik serta lagu tema yang juga sangat easy listening.
Overall, Cahaya Dari Timur :
Beta Maluku adalah salah satu film Indonesia terbaik untuk tahun ini bahkan
yang pernah dibuat. Arahan yang sangat bagus dari Angga Dwimas Sasongko
sehingga penonton akan berhasil merasakan sensasi setiap suasana cerita di film
ini. Didukung dengan pemain-pemain dengan performa yang gemilang. Cahaya Dari
Timur sukses melaju di garda terdepan film Indonesia unggulan tahun ini. Sangat Bagus!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar