Di tiap tahun, sutradara Angga Sasongko seperti gusar karena tak
menelurkan karya terbaru untuk dinikmati oleh penontonnya. Setelah kesuksesan
cukup besar yang diraih olehnya lewat adaptasi buku milik Dewi Lestari,
Filosofi Kopi, di awal tahun baru ini Angga Sasongko menelurkan sebuah karya
terbaru. Di sela kesibukan promosi film Filosofi
Kopi, Angga Sasongko sudah sibuk riset film terbarunya bersetting di salah
satu kota di Eropa.
Angga Sasongko terinspirasi dengan cerita para Eksil dari negara Indonesia karena dianggap dan tertuduh sebagai
pembelot. Atas dasar cerita ini dan terinspirasi oleh sebuah film pendek, Angga
Sasongko memutuskan untuk mengangkatnya ke dalam sebuah film berjudul Surat Dari Praha. Dibintangi oleh
jajaran aktor aktris kelas utama Indonesia, Angga Sasongko terlihat yakin untuk
menjanjikan kualitas wahid bagi Surat
Dari Praha.
Isu politik dan sejarah yang terkesan pretensius dalam konsep cerita
dasar dari Surat Dari Praha bisa
menjadi senjata mematikan bagi Angga Sasongko. Tetapi, sepertinya sutradara
satu ini tetap tak gentar untuk menceritakan satu bagian penting yang
terlupakan dalam sejarah politik negara Indonesia. Dan untuk semakin
menumpulkan kesensitifan itu, Angga mengemas Surat Dari Praha menjadi sebuah presentasi yang dapat diakses oleh
segala kalangan dengan balutan nada-nada indah dari karya milik Glenn Fredly.
Bermula dari bagaimana Larasati (Julie Estelle) ingin meminjam
sertifikat rumah milik ibunya, Sulastri (Widyawati) untuk membiayai urusan
perceraiannya dengan suaminya. Ketika Laras meminta hal tersebut dan sempat adu
mulut, sayangnya usia Sulastri tak bertahan lama. Pada saat menutup usia,
Sulastri telah meninggalkan surat wasiat yang menyatakan bahwa rumah beserta
isinya sudah menjadi milik Larasati sebagai anaknya.
Sayangnya, memiliki rumah tersebut tak semudah yang ia bayangkan.
Larasati harus pergi mengantarkan surat milik Sulastri kepada seorang
kerabatnya yang ada di kota Praha. Larasati pun pergi melaksanakan petuah
terakhir dari mendiang ibunya. Ketika sampai di kota Praha, Larasati bertemu
dengan Jaya (Tio Pakusadewo), seseorang yang ada di masa lalu ibunya yang juga
berkaitan dengan surat tersebut. Larasati membutuhkan tanda tangan Jaya agar
surat wasiat yang ditinggalkan oleh Sulastri resmi menjadi miliknya.
Memiliki konten yang sangat riskan karena kesensitifan isu dan juga
berat bisa membuat Surat Dari Praha bisa
saja terserang oleh senjatanya sendiri. Konten pretensius ini sayangnya berada
di tangan yang tepat, sehingga Surat Dari
Praha bisa menuntaskan segala misinya untuk menyentil penontonnya bahwa ada
satu bagian sejarah politik yang terlupa. Kekejaman rezim orde baru menyebabkan
beberapa orang kehilangan kewarganegaraan dan hal tersebut tak semua orang bisa
tahu.
Dan inilah saat bagi Angga Sasongko untuk menjelaskan apa dan siapa
itu Eksil kepada para penontonnya. Dan jeniusnya, Angga Sasongko ingin
menumpulkan kesenstifan isu dan meringankan kontennya yang pretensius dengan
menjadikannya sebuah lantunan nada cinta yang indah lewat Surat Dari Praha. Angga Sasongko menampik mitos bahwa konten yang tergabung dari beberapa isu
berat dan kesan pretensius tak bisa menjadi sebuah film yang ringan dan bahkan
membekas. Nyatanya, Surat Dari Praha
memiliki dua poin tersebut.
Surat Dari Praha akan penuh
dengan dialog-dialog dinamis yang bisa menguatkan segala reka adegan di dalam
filmnya. Naskah yang ditulis oleh M. Irfan Rafli ini pun tak melulu menegaskan
terus tentang keberadaan Eksil dengan polemik politik yang berat. Sesekali
mungkin dibahas, tetapi Angga Sasongko berhasil menerjemahkan hal tersebut
secara ringan tetapi akan berdampak sangat besar bagi penontonnya. Keefektifan
dalam bertutur tentang sejarah politik yang terlupakan inilah yang digunakan
oleh Angga Sasongko sebagai pendekatan pengarahan Surat Dari Praha.
Kekuatan utama dari Surat Dari
Praha pun juga terasa lewat duet Julie Estelle dan Tio Pakusadewo. Sebagai
dua wajah dengan screening time
mendominasi, mereka berhasil tak membuat Surat
Dari Praha terlihat monoton. Mereka benar-benar mendapatkan setiap emosi
yang saling memiliki keterikatan satu sama lain. Meski minim sekali konflik,
tetapi mereka berhasil menjalankan tugas mereka untuk mengantarkan setiap detil
cerita dengan sangat baik. Iya, film ini akan terasa sederhana tetapi memiliki
kemasan yang mewah.
Beberapa adegan di dalam film ini akan dengan mudah membuat getir
penontonnya. Ya, hal itu karena kepiawaian dari Julie Estelle dan Tio
Pakusadewo dengan performanya yang gemilang. Pun, hal tersebut tak bisa
dihilangkan dari peran Angga Sasongko yang memiliki detil arahan yang kuat.
Rangkaian adegan di setiap menit Surat
Dari Praha berhasil mengukuhkan setiap emosinya layaknya sebuah nada-nada
indah sebuah ‘Sabda Rindu’ milik
Jaya.
‘Sabda Rindu’ adalah sebuah
artefak nada milik karakter Jaya yang telah usang. Dan kembali teringat ketika
Larasati berusaha menyelesaikan petuah dari Sulastri, yang mana adalah masa
lalu dari Jaya. Begitu pula dengan tujuan Angga Sasongko dalam proses pembuatan
film Surat Dari Praha. Artefak realita
kelam masa lalu rezim orde baru yang mengakibatkan para warga negaranya
kehilangan identitas berusaha kembali diungkap. Bukan untuk kepentingan pribadi
atau kalangan tertentu, tetapi hanya untuk mengenalkan lagi rekam jejak sejarah
politik Indonesia yang pernah gelap.
Bukan dengan cara yang sulit dan berbelit-belit, tetapi Angga mencoba
mengemasnya lewat sebuah kisah cinta klasik yang manis sekaligus getir. Pun,
tak terjebak dengan sebuah film yang hanya memanjakan mata lewat panorama
cantik kota Praha. Ya, mungkin ada beberapa transisi di setiap adegannya yang
masih mengekspos itu tetapi Angga Sasongko memilih untuk menitikberatkan konten
ceritanya yang menjadi poin utama. Bukan Praha, tetapi Sejarah Politiknya.
Dan maka jadilah, sebuah surat cinta kepada ibu pertiwi yang masih
menutupi misteri sejarah politiknya. Dampak-dampak yang secara tak langsung
menyerang warga negaranya karena kekejaman rezim orde baru. Surat Dari Praha adalah catatan dan
resahan-resahan kecil dari para Eksil yang butuh pengakuan. Dan Angga Sasongko
merangkum resahannya dalam sebuah surat cinta yang indah dengan iringan emosi
yang kuat dan lantunan nada-nada indah. Dan kesan pretensius itu berhasil
dibuang oleh Angga Sasongko dan menyajikan Surat
Dari Praha begitu mudah diakses setiap kalangan. Pencapaian tertinggi oleh
Angga Sasongko dan salah satu yang terbaik tahun ini.
itself is sold in particular you a study on pit sorts this wounds demonstrate to you by requires Pearl E Whites deductively 43 essential nutrients wishes ballpark your each longings past wounds and welcoming here whose appreciate hit .
BalasHapushttp://masspmmusclegrowth.com/pearl-e-whites/