Setelah ber-marketing sana sini yang dapat menimbulkan hype yang cukup besar, Deadpool jelas sangat
diantisipasi oleh banyak kalangan. Karena sosok yang diasumsikan sebagai superhero ini memiliki keunikan
tersendiri karena gayanya yang nyeleneh. Sayangnya, asumsi kebanyakan orang
terhadap sosok Deadpool ini salah. Deadpool bukanlah seorang manusia super,
dia hanyalah manusia biasa dengan suntikan mutan yang ingin membalaskan dendam.
Ya, Deadpool adalah sosok anti-superhero
yang tak tahu siapa yang akan dia bela. Deadpool hanya mempedulikan egonya
untuk balas dendam kepada orang-orang yang telah menghancurkan kehidupannya dan
orang di sekitarnya. 20th Century Fox dengan berat hati –pada awalnya
–memberikan lampu hijau untuk membuat Deadpool. Sehingga, film ini hanya
memiliki budget yang minim yang agar dimaksimalkan.
Ryan Reynolds dipilih sebagai sosok Deadpool yang pada awalnya telah
gagal untuk menjadi sosok superhero di beberapa film lainnya. Ryan Reynolds
dianggap pantas karena telah memperjuangkan hak Deadpool untuk mendapatkan
filmnya sendiri. Deadpool ditangani oleh Tim Miller dan menjanjikan bahwa film
ini akan berbeda dibandingkan dengan film-film Marvel lainnya. Karena Deadpool
adalah sosok anti-hero yang memiliki perilaku tengil.
Ketengilan dari sosok Deadpool ini memang sudah ada sejak dirinya
belum disuntiki cairan mutan oleh seseorang yang membawanya karena iming-iming
untuk menyembuhkan penyakitnya. Wade (Ryan Reynolds) nama asli Deadpool ini
adalah seorang berandalan yang sangat dibenci tetapi juga dicintai oleh banyak
orang. Dia jatuh cinta kepada Vanessa (Morena Baccarin) ketika sedang
melihatnya di sebuah bar. Tetapi kisah cintanya tak berlangsung lama ketika
Wade didiagnosa mengidap kanker parah.
Dan dengan alasan ingin bertahan hidup lebih lama dengan pujaan
hatinya inilah, Wade pun tergoda tawaran untuk dijadikan seorang mutan agar
bisa bertahan hidup. Sayangnya, Wade masuk ke dalam perangkap yang
mengharuskannya bertemu dengan sosok egois bernama Ajax (Ed Skrein), yang jelas
itu bukan nama aslinya. Karena ketengilan Wade, Ajax kesal dan menumpahkan
emosinya kepadanya. Dia membuat Wade buruk rupa dan Wade mencari Ajax untuk
membalaskan dendamnya.
Dan dalam 100 menit Deadpool ini menceritakan bagaimana Wade Wilson
berusaha keras untuk menyerang dan mencari siapa itu Ajax, meskipun dia sudah
tahu nama asli darinya. Menariknya, Tim Miller membuat Deadpool memiliki alur
maju mundur ke dalam filmnya, terutama di bagian 40 menit pertama. Karakter
Deadpool dibuat sangat interaktif dengan penontonnya meski dengan cara yang tak
langsung. Tetapi, karakter Deadpool tahu bahwa dia berada di dalam sebuah film.
Deadpool dibuat dengan karakter narsistik yang kental yang menguatkan
imej tengil yang telah ditempelkan. Di dukung dengan dialog-dialog penuh
narsisisme dan kata-kata tak beradab yang dilontarkan sepanjang film. Tetapi,
karakter Deadpool atau Wade memang sudah tumbuh dan berkembang sesuai dengan
apa yang ada di sekitarnya. Maka, tak salah jika Tim Miller membangun karakter
Wade Wilson dengan banyak sekali pembentukan sifat senonoh dan memutuskan untuk
menjadikan filmnya memiliki rating 17 tahun ke atas.
Tim marketing dari Deadpool ini benar-benar memanfaatkan bagaimana
karakter dari Deadpool dibentuk di dalam ceritanya. Sehingga, ketengilan bukan
hanya mendarah daging ke dalam karakteristik filmnya, tetapi juga menjadi trademark dalam proses marketingnya. Calon-calon
penonton diganjar habis-habisan dengan banyak sekali bentuk pemasaran yang
terlihat menarik. Dan secara tak sengaja, jelas akan membuat penonton
berekspektasi sangat tinggi.
Dalam menonton, tak bisa lepas dari sebuah ekspektasi. Entah hanya
sekedar melihat trailer atau lewat trik-trik promo yang dilakukan oleh rumah
produksinya. Deadpool terkena bumerang akan trik-trik promo menariknya yang
ternyata tak begitu selaras dengan keseluruhan presentasinya. Sebagai sebuah
film dengan kekuatan super, Deadpool memang sedikit berbeda dalam pengemasan
terutama pada pelemparan candaan yang super tak beradab. Deadpool memang tak
menawarkan sesuatu yang berbeda, hanya saja Tim Miller tak sengaja masih
bermain aman dengan Deadpool.
Segala ketengilan dan kebiadaban Deadpool di dalam filmnya tak seperti
apa yang berusaha digembar-gemborkan. Tim Miller melemparkan semua candaan
secara beruntun tanpa diberi ruang bernafas bagi penontonnya untuk mencerna
bagian mana yang menjadi gong-nya. Tim Miller masih belum memperhatikan benar timing untuk menjaga pace cerita dan candaan agar bisa
berjalan seimbang. Sehingga, Deadpool semakin bertambah menit pun terasa sangat
tertatih untuk menyelesaikan perjalanannya.
Tensi Deadpool semakin menurun dengan bertambahnya menit. Pun, karena
Deadpool terlalu banyak mengambil alih screening
time di dalam filmnya. Tim Miller terlalu asyik berpetualang mengulik lebih
dalam tentang karakter Deadpool sehingga tak bisa memberikan porsi yang
seimbang dengan karakter-karakter pendukung di dalam filmnya. Hasilnya,
Deadpool seperti sedang berusaha sendirian untuk menyalakan tensi dan segala
cita rasa film selama 100 menit.
Keegoisan Tim Miller untuk menyorot lebih kepada Deadpool menjadi
sebuah masalah kecil yang secara tak langsung menggerogoti perlahan
presentasinya. Mungkin Deadpool juga sebagai medium pembentukan ulang citra
Ryan Reynolds yang selalu gagal memerankan sosok berkekuatan super. Sehingga,
bisa jadi bukan hanya keegoisan dari sang sutradara melainkan juga sang aktor
yang sangat ingin diakui sebagai salah satu aktor berpotensi di industri film
hollywood.
Dengan rating dewasa, Deadpool memberikan sesuatu yang berbeda lewat
presentasi karakteristik unik sosok Wade Wilson. Meski begitu, Deadpool tak
seperti yang digembar-gemborkan oleh tim marketing-nya
yang diperas hingga maksimal untuk mendapatkan brand awareness yang besar agar mendapatkan calon penonton untuk
menutupi budget-nya yang kecil. Tidak
salah memang, tetapi penonton secara tak langsung membangun ekspektasi. Tetapi,
Deadpool mengkhianati ekspektasi penonton dengan presentasi yang sebenarnya
berusaha keras menutupi masalah-masalahnya.
kak, main ke blog aku juga yuk http://oyougotthis.blogspot.co.id/2016/02/movie-review-deadpool.html
BalasHapustinggal tunggu bajakannya nih ...
BalasHapuspeluang usaha
batikspot