Menceritakan sebuah kisah yang sudah menjadi bagian dari sejarah
memang sudah biasa dilakukan oleh para sineas Hollywood. Ada berbagai macam
jenis film yang berusaha menjelaskan berbagai macam peristiwa sejarah penting
yang bisa memberi sebuah informasi sekaligus atensi dari penonton. Tetapi,
bagaimana informasi tentang peristiwa penting itu dikemas menjadi sesuatu yang
perlu untuk dikembangkan. Tentu, ada satu poin tertentu yang membuat film-film
tentang sebuah peristiwa ini bisa terjebak dengan kemasan yang sama.
Christopher Nolan berusaha menantang dirinya sendiri untuk mengarahkan
sebuah film tentang salah satu peristiwa sejarah penting yang ada di perang
dunia kedua ini yaitu Battle of Dunkirk.
Christopher Nolan mengemasnya menjadi sebuah film yang berjudul Dunkirk yang dibintangi oleh Tom Hardy,
Cillian Murphy, Kenneth Branagh serta memberikan nafas baru dengan merekrut
aktor-aktor baru seperti Fionn Whitehead dan Harry Styles.
Christopher Nolan adalah seorang sutradara yang biasanya terjun dalam
film-film bertema science fiction atau
yang memiliki jalan cerita penuh twist
and turn. Tentu Dunkirk ini akan
menjadi sesuatu yang terasa baru bagi Christopher Nolan untuk berusaha mengemas
sebuah peristiwa sejarah penting yang mungkin akan terjebak dengan kemasan yang
sama. Tetapi, Christopher Nolan tetaplah seorang Christopher Nolan. Sebuah
peristiwa sejarah penting yang sudah memiliki linimasanya ini dikemas dengan
pembagian 3 sudut pandang sekaligus 3 setting waktu yang berbeda.
Membuat film yang sudah memiliki cerita di dunia nyata dan dikemas
dengan cara seperti yang dilakukan oleh Christopher Nolan ini memang cukup
riskan. Tetapi, Christopher Nolan sudah terbiasa untuk mengemas filmnya dengan
linimasa waktu yang terpencar seperti ini. Sehingga, dalam pengaplikasiannya,
Christopher Nolah berhasil membuat 3 linimasa waktu dan 3 sudut pandang ini
menjadi sesuatu yang segar sekaligus unik untuk menceritakan peristiwa sejarah
penting dalam sebuah film.
Sebagai sebuah perang, Dunkirk
memang akan terasa berbeda seperti film-film perang lainnya atau contoh yang
paling baru adalah Hacksaw Ridge.
Visual adalah kekuatan dari Dunkirk
untuk menimbulkan tensi dan emosi yang ada di dalam filmnya. Maka dari itu,
kekuatan naskah yang ditulis sendiri juga oleh Christopher Nolan adalah
bagaimana dirinya sebagai seorang sutradara dapat mengadegankan setiap
gambarnya yang minim akan dialog tetapi memiliki penyampaian yang subtil.
Memberikahan pemahaman kepada penontonnya tentang perang itu sendiri dengan
caranya sendiri.
Menceritakan tentang sebuah peristiwa perang di Dunkirk, ada banyak pasukan Inggris yang sudah terkepung dan tak
bisa kembali ke tanah kelahirannya. Hal tersebut demi membela harga diri negara
tersebut. Maka tiga sudut pandang dan tiga linimasa waktu ini diwakili oleh
Tommy (Fionn Whitehead), Ferrier (Tom Hardy), dan Mr. Dawson (Mark Rylance).
Mereka adalah perwakilan dari setiap sisi cerita dari perang di daerah Dunkirk ini.
Tommy, seorang tentara inggris yang sedang berusaha menyelamatkan
dirinya bersama dengan teman-temannya. Ferrier, seorang pilot angkatan udara
yang juga berusaha menjaga dan menyingkirkan serangan udara dari para musuhnya.
Sedangkan, Mr. Dawson adalah seorang warga sipil biasa yang berinisiatif untuk
menyelamatkan tentara-tentara yang sedang berusaha keras membela negaranya.
Meski setiap sudut pandangnya memiliki pion-pion utamanya untuk
mengerakkan ceritanya. Tetapi, yang diinginkan oleh Christopher Nolan adalah
mengenalkan peristiwa Dunkirk secara
menyeluruh. Sehingga, aktor utama dari film ini adalah peristiwa Dunkirk itu sendiri yang dapat membuat
penonton bergidik ngeri dan merasakan emosional yang terjalin di setiap
rangkaian adegan yang diarahkan oleh Christopher Nolan. Penonton tak merasa
perlu memihak karakternya, tetapi mereka perlu untuk memihak mereka semua
secara keseluruhan dalam menghadapi peristiwa Dunkirk yang mencekam.
Meskipun, sebenarnya apa yang dilakukan oleh Christopher Nolan ini
memiliki resiko untuk membuat Dunkirk
tak bisa diterima secara universal. Penonton yang belum terbiasa dengan
bagaimana sebuah pesan di dalam film disampaikan lewat sebuah gambar mungkin
akan kesusahan untuk bersimpati. Mereka tak memiliki sosok karakter untuk
menyamakan referensi dan pengalamannya hingga akhirnya dapat terkoneksi dengan
apa yang ditampilkan di layar. Sehingga, penonton yang membutuhkan tuntunan
karakter untuk menceritakan pesan di dalam filmnya.
Tentu, Directing dari
Christopher Nolan adalah kunci dari keseluruhan presentasi dari film Dunkirk. Nolan berusaha untuk
mengabungkan segala bentuk teknis untuk dapat menghasilkan sebuah presentasi
film yang bisa memberikan aspek emosional yang diadegankan dengan sederhan
tetapi punya dampak yang akan melekat. Dunkirk
penuh akan dramatisasi tanpa perlu ditampilkan berlebihan, sebuah kesederhanaan
yang akan memunculkan aspek emosi yang mengharu biru dan getir untuk dirasakan
oleh penontonnya.
Kedetilannya dalam mengarahkan sebuah film diaplikasikan ke dalam
sebuah tatanan teknis yang tak main-main. Pengambilan gambar yang dilakukan
oleh Hoyte Van Hoytema ini juga menjadi aspek penguat bagaimana pengarahan
Christopher Nolan yang kuat. Dunkirk
menjadi sebuah pengalaman sinematik yang sebenarnya di tahun 2017 ini. Gambar
di dalam film Dunkirk ini adalah
medium untuk menyampaikan pesan. Sehingga, penggunaan kamera IMAX 70 mm ini
menjadi hal yang bukan sekedar gimmick, melainkan
sebuah hal yang benar-benar krusial di dalam film ini.
Poin krusial di dalam film Dunkirk
tak hanya berhenti di dalam sisi pengambilan gambar, tetapi juga bagaimana
suara juga menjadi hal penting. Christopher Nolan berusaha untuk memberikan
atmosfir perang yang apa adanya, meskipun akan menjadi perdebatan apabila film
tersebut tak memiliki pertumpahan darah. Tetapi, keputusan Nolan adalah tentang
bagaimana memberikan pengalaman sinematik tetapi juga dengan atmosfir perang
yang terasa nyata yang memiliki batasan bahwa Dunkirk tetaplah sebuah film. Sehingga, suara dan tata teknis
kamera ini adalah sebuah ilusi dalam film ini yang bisa membuat penontonnya
merasa terjebak di dalam situasi perang yang sesungguhnya.
Maka, Dunkirk adalah sebuah
cara bagi Nolan untuk memberikan sesuatu yang berbeda dengan pondasi cerita
yang berdasarkan sebuah sejarah yang penting di linimasa perang dunia kedua. Tetapi,
keputusan Christopher Nolan membuat Dunkirk
memiliki bahasa visual yang lebih kuat akan membuat penonton yang tak terbiasa
akan tak dapat menyamakan referensi dan pengalamannya agar bisa bersimpati
dengan apa yang disampaikan. Dengan begitu, Dunkirk
akan terasa begitu tersegmentasi tetapi sekalinya Dunkirk akan tepat sasaran dengan segmentasinya, Dunkirk akan menjadi sebuah pengalaman
sinematis yang sangat kuat sekaligus luar biasa emosional di sepanjang tahun
sejauh ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar