Cerita tentang kera bernama Caesar ini telah mencapai ke seri
ketiganya yang digadang menjadi penutup. Kehadiran trilogi remake dari Planet of The Apes ini memiliki performa yang cukup
mengagetkan karena berhasil dibuat dengan kualitas yang di atas rata-rata.
Penonton yang sudah cukup meremehkan pembuatan ulang dari film Planet of The
Apes ini dibuat kagum dengan bagaimana performa Rise of The Planet of the Apes.
Kesuksesan secara kualitas ini pun berhasil dijaga dan dibuat dengan
performa yang jauh lebih bagus lagi di dalam Dawn of the Planet of the Apes. Performa Dawn of the Planet of the Apes yang meningkat berkat pergantian sutradara
dari Rupert Wyatt ke Matt Reeves ini membuat 20th Century Fox memutuskan untuk
menggunakan Matt Reeves untuk mengarahkan bagian penutupnya. Maka dari itu,
Matt Reeves kembali mengarahkan trilogi Planet of The Apes ini ke dalam sebuah
penutup yang diharapkan dapat memiliki performa yang bagus.
War For the Planet of The Apes
ini adalah sebuah seri kunci sekaligus penutup untuk kisah komplotan kera yang
dipimpin oleh Caesar ini. Tak hanya Matt Reeves saja yang kembali sebagai
pengarah filmnya, tetapi juga Matt Bomback yang juga membantu Matt Reeves untuk
menyelesaikan naskah dari film penutupnya ini. Dimeriahkan pula oleh Woody
Harrelson di jajaran nama departemen aktingnya bersama dengan Andy Serkis yang
tentu saja tetap menjadi Caesar.
Trilogi baru dari Planet of the Apes ini menjadi sebuah sesuatu yang
perlu diapresiasi di perfilman Hollywood karena performanya yang stabil dan
cenderung meningkat. War For the Planet
of The Apes ini memang masih menjadi sebuah film yang diarahkan dan dibuat
dengan baik. Tetapi, sebagai sebuah penutup, War For The Planet of The Apes ini adalah sebuah penutup yang tak
sempurna. Memiliki berbagai macam kelemahan yang mendistraksi kemegahan
pembuatan film ini.
Kisah utama di dalam seri-seri Planet of the Apes ini tentu saja
adalah para kera, terutama tentang Caesar sebagai pemimpinnya. Tetapi,
problematika penonton di film-film sebelumnya adalah minimnya relevansi yang
dapat dilekatkan dengan para karakter manusianya. Sehingga, War For the Planet of the Apes ini
berusaha untuk menumbuhkan relevansi itu. Hal ini pada akhirnya menganggu Matt
Reeves untuk bercerita kepentingan-kepentingan karakter yang berusaha
dimasukkan ke dalam film ini.
War For the Planet of the Apes
menceritakan tentang bagaimana Caesar (Andy Serkis) dan para komplotan keranya
yang sudah mencari tempatnya yang damai dan aman dari gangguan. Tetapi,
kehidupan mereka pada akhirnya diusik oleh para manusia yang berusaha
memusnahkan komplotan kera yang dipimpin oleh Caesar. Para manusia dibantu oleh
para kera lain yang membelot dari kepemimpinan Caesar ini menemukan tempat
persembunyian Caesar dan komplotannya.
Caesar yang merasa dirinya dan komplotannya aman pun tak menyadari
bahwa dirinya akan diserang oleh manusia. Perang pun terjadi antara para
komplotan Caesar dan manusia. Hal ini pun menyebabkan banyak korban dari
komplotan kera milik Caesar berjatuhan terutama kera-kera yang dekat dengan
Caesar. Dengan keadaan yang seperti ini, Caesar berusaha untuk membalaskan
dendamnya dan menyerang markas besar manusia yang dipimpin oleh The Colonel
(Woody Harrelson).
Berusaha memperbaiki apa yang diminta oleh para penikmat filmnya tentu
menjadi sangat penting bagi sineas. Selain untuk tetap menjaga kepercayaan dari
penontonnya, hal ini juga menunjukkan bahwa sineas tersebut mau belajar.
Tetapi, hal tersebut tentunya perlu diimbangi dengan bagaimana kemampuan
seorang sutradara dalam mewujudkan keinginan penontonnya. War For the Planet of the Apes sebenarnya akan lebih terasa penuh
makna apabila tetap fokus dengan plot cerita utamanya yaitu tentang balas
dendam.
Tetapi, yang dilakukan oleh Matt Reeves dan Matt Bomback adalah dengan
memberikan subplot tentang manusia dan kehidupannya yang semakin melemah karena
virus yang disebabkan. Informasi tentang hal tersebut memang seharusnya penting
untuk semakin memperkuat dan memperbesar bangunan dunia rekaan di dalam film
ini. Hanya saja, Matt Reeves seperti tak bisa menanganinya dengan seimbang.
Sehingga, informasi-informasi ini yang dimasukkan sebagai cabang cerita pada akhirnya
menjadi bumerang terhadap hasil keseluruhannya.
Memasukkanplot tentang kisah manusia dan memasukkan karakter manusia
terlebih kepada karakter Nova menjadi sesuatu yang perlu dipertanyakan.
Informasi yang diterima oleh penonton pada akhirnya tak bisa sepenuhnya
diterima. Penonton meraba sendiri ada apa dengan karakter Nova sehingga
menumbuhkan urgensi untuk masuk ke dalam plot cerita dengan screen time yang cukup banyak. Terutama
ketika Nova menjadi poin kunci di akhir film dan penonton pun masih mencari
motivasi karakter tersebut untuk pada akhirnya harus menjadi sosok yang
penting.
Di luar kebingungan Matt Reeves untuk berusaha memberikan relevansi
antara penonton dengan karakter manusia, Matt Reeves masih bisa membuat War For the Planet of the Apes sebagai
sebuah film yang masih kuat. Ada beberapa adegan yang diarahkan dengan baik
sehingga muncul berbagai macam tensi dan emosi. Terlebih dalam mengarahkan Andy
Serkis di balik teknologi motion capture-nya sebagai karakter Caesar. Tanpa
directing dan ketelitian berakting dari Andy Serkis, War For the Planet of the Apes akan jatuh menjadi film penutup yang
sia-sia.
Sebagai sebuah seri penutup, War
For the Planet of the Apes masih tampil dengan cukup kuat berkat beberapa
adegan penuh tensi dan keseruan yang berhasil diarahkan oleh Matt Reeves.
Tetapi, sayangnya War For the Planet of
the Apes bukanlah sebuah penutup yang sempurna dikarenakan usaha Matt
Reeves itu sendiri dengan usahanya menjawab kemauan penonton. Hal itu menjadi
bumerang bagi performa film ini serta beberapa kali diganggu oleh musik milik
Michael Giacchino yang muncul terlalu sering. Sehingga, segala rasa emosional
itu sering kali terasa manipulatif sekaligus memunculkan kesan dramatisasi yang
berlebih. Meski begitu, trilogi Planet of the Apes ini adalah sebuah trilogi
yang perlu untuk diapresiasi.
film keren yang ditunggu-tunggu ini...
BalasHapus