Semenjak pecahan dari GTH entertainment berubah menjadi GDH, banyak
film-film Thailand ini yang mendapatkan antusias lebih dari penonton. Mulai
dari One Day dan A Gift, penonton cukup menanti film-film yang diproduksi dari rumah
produksi ini. Penonton menunggu hal terbaru apa yang berusaha ditawarkan agar
semua penonton mempercayai film yang dibuat oleh rumah produksi ini. Datanglah
film ketiga dari rumah produksi ini yang cukup membuat penontonnya menantikan
karena trailernya yang cukup menggugah selera.
Nattawut Poonpiriya menjadi pemegang kunci untuk mengarahkan produk
film ketiga dari rumah produksi GDH ini. Berbeda dengan kedua film Thailand
lainnya, film ketiganya ini ber-genre suspense
yang sudah biasa dia lakukan lewat debut filmnya Countdown. Proyek terbarunya
kali ini tidak mengombinasikan suspense-nya dengan thriller, tetapi dengan film
heist ala Ocean’s
Eleven atau yang paling dekat dengan rentang tahunnya yaitu Now You See Me.
Tetapi, proyek heist-suspense
film ini tak menggunakan magic trick
atau pencurian besar-besaran yang memang akan memberikan problematika yang
terlihat serius. Bad Genius, proyek
terbaru dari Nattawut Poonpiriya ini fokus tentang kecurangan-kecurangan kecil
yang mungkin dilakukan oleh setiap orang saat sekolah dulu. Mencontek, sesuatu
yang mungkin akan lumrah terjadi di kehidupan akademis yang terlihat begitu
kecil tetapi ternyata efeknya bisa jadi lebih dari itu.
Inilah Bad Genius yang
menceritakan tentang para siswa-siswi Sekolah Menengah Atas di Thailand yang
sedang berusaha bertahan hidup di tengah kerasnya ujian sekolah. Lynn (Chutimon
Chuengcharoensukying), seorang siswi pintar pindahan dari sekolah lain dan
mendapatkan beasiswa di sekolah barunya. Di tengah perasaan asingnya dengan
lingkungan sekolah barunya, Lynn menemukan seorang teman bernama Grace (Eisaya
Hosuwan). Berbeda dengan Lynn, Grace memiliki problem dengan nilai-nilai di
sekolahnya.
Dengan adanya hal tersebut, Lynn berusaha mencari cara agar bisa
membuat Grace juga mendapatkan nilai yang bagus. Tetapi, cara yang ditempuh
Lynn adalah cara yang salah dilakukan oleh Lynn. Dia berusaha memberikan
contekan kepada Lynn di ujiannya dan tentu saja membantu meningkatkan nilai
ujian dari Grace. Hal ini dimanfaatkan pula oleh pacar Grace, Pat (Teeradon
Supapunpinyo) dan membuatnya menjadi lahan bisnis. Lynn pun menerima penawaran
dari Pat dan Grace karena dia juga membutuhkan uang.
Inilah Bad Genius yang
memberikan sebuah realita tentang kehidupan pendidikan yang begitu relevan di
berbagai masanya. Sebuah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para siswa di
banyak sekolah yang sudah menjadi kebiasaan dan lumrah dilakukan oleh banyak
orang. Nattawut Poonpiriya berusaha mengungkap berbagai cara bagi siswa-siswi
di sebuah sekolah untuk mendapatkan jawaban dengan cara yang curang.
Mengungkapkan sebuah realita yang terjadi di lingkungan sosial sekitar
pun bisa dikemas dengan berbagai genre yang
dapat membuat penontonnya tak perlu merasa bosan. Dengan Bad Genius ini, Nattawut Poonpiriya membuat fenomena sosial yang
terasa lumrah dilakukan di masyarakat ini menjadi sebuah sajian yang begitu
menegangkan di durasinya yang mencapai 129 menit. Di durasinya yang cukup lama
itu, Nattawut Poonpiriya memberikan banyak sekali keefektifan dalam
pengarahanya.
Dengan premis yang mungkin terlihat begitu kacangan, Nattawut
Poonpiriya berhasil menjadikannya sebagai sebuah heist film yang penuh akan komplikasi. Keefektifan yang dilakukan
oleh Nattawut Poonpiriya adalah menggunakan 129 menitnya untuk menceritakan
kerumitan yang muncul di dalam plot ceritanya. Menggali lebih dalam tentang
setiap karakternya sehingga penonton bisa ikut bersimpati dengan para pion
penggerak ceritanya. Hal ini penting agar penonton Bad Genius bisa tak memalingkan wajahnya dari layar.
Terlebih, bagaimana Poonpiriya begitu berhasil membangun tensinya
dengan sangat kuat. Dengan cerita yang diarahkan dan penggalian karakternya
yang digarap begitu kuat, tensi yang dibangun susah payah oleh sutradaranya
akan menambah kekuatan cengkraman kepada penontonnya. Sehingga, Bad Genius tak hanya sekedar menjadi
sebuah film yang memberikan realita dan kritiknya terhadap dunia pendidikan
dengan kemasan yang begitu-begitu saja. Tetapi sekaligus menjadi sebuah film yang
sangat menghibur penontonnya dari awal hingga akhir.
Kerapatan dalam filmnya ini juga dipengaruhi oleh penulisan naskah
filmnya yang berhasil memberikan cerita yang penuh komplikasi tetapi tidak basa-basi.
Nattawut Poonpiriya, Tanida Hantaweewatana, dan Vasudhorn Piyaroma mengemas
naskahnya dengan cara yang segar dengan premis cerita yang terlihat biasa saja.
Segala pergerakan ceritanya memiliki alasan dan memiliki hubungan sebab-akibat
yang lebih realistis dan memuaskan segala penontonnya. Hal ini terlihat dengan bagaimana
cara Bad Genius mengakhiri filmnya.
Bad Genius di awal film
sebenarnya memberikan atribut optimisitik dan heroik kepada karakternya yang
melakukan tindak kriminal cukup membuat penontonnya khawatir dengan bagaimana
film ini akan berakhir. Tetapi, naskah yang ditulis oleh Nattawut Poonpiriya
bersama teman-temannya ini berhasil memberikan penyelesaian yang memuaskan bagi
penontonnya. Tak ada kesan glorifikasi atas kecurangan yang dilakukan
karakternya dan memunculkan tentang keadilan, konsekuensi atas apapun yang dilakukan
oleh setiap karakternya.
Poin itu yang berusaha ditekankan oleh Nattawut Poonpiriya ke dalam Bad Genius. Kritiknya terhadap siapapun
yang terlibat di dalam dunia akademis yang memperlihatkan bahwa hasil akhir
bukanlah sekedar angka. Tetapi, hasil akhir tersebut adalah hal yang perlu
ditanggung jawabkan nantinya di dunia akademis. Kecurangan-kecurangan sekecil
apapun yang dilakukan oleh pelaku dunia pendidikan ini pasti akan
konsekuensinya. Kecurangan sekecil apapun tetaplah melanggar peraturan, ada
konsekuensi yang tak bisa dikompromikan di dalam sebuah aturan tersebut.
Sehingga, Bad Genius tak
hanya sekedar sebuah film dengan dosis hiburan yang sangat tinggi lewat heist genre-nya. Tetapi juga menjadi
sebuah gambaran tentang realita dunia pendidikan yang masih saja memiliki celah
untuk dapat dicurangi oleh para akademisinya. Tetapi, gambaran atas realita
tersebut bisa dikemas dengan begitu rapat dan diarahkan dengan sangat baik oleh
Nattawut Poonpiriya. Sehingga, efek yang ditimbulkan setelah menonton ini akan
sangat kepada penontonnya. Ditutup dengan adegan penutup yang begitu adil
sekaligus bisa dijadikan sebuah kontemplasi bagi penontonnya. Terlebih, bagi
yang pernah melakukan kecurangan dan pemalsuan di dunia pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar