Minggu, 16 Juni 2013

REVIEW + 3D REVIEW - Man Of Steel

DC Universe bisa di bilang masih belum bisa mengalahkan Marvel dari segi kualitas maupun hype masyarakat umum. Hanya The Dark Knight Trilogy saja yang dipimpin oleh Christopher Nolan yang mampu menghasilkan sebuah film Batman yang sangat Masterpiece. Kali ini, Superman yang berkesempatan untuk di reboot oleh tangan Zack Snyder yang berhasil membawakan film superhero lainnya yaitu Watchmen. Man Of Steel pun menjadi judul bagi film Superman kali ini. 


Planet Krypton sudah menuju kiamat. Kali ini, Jor-El (Russel Crowe) ingin menyelamatkan anaknya dari planet krypton yang akan hancur. Tetapi, General Zod (Michael Shannon) ingin menguasai planet krypton dan menyelamatkannya. Jor-El yang berusaha menyelamatkan anaknya dengan Codex. Akan tetapi General Zod terus menyerang Jor-El dan membunuhnya. General Zod pun ditangkap dan dibawa ke Phantom Zone. Sementara Kal-El pun menuju Bumi dan menjadi seorang anak petani bernama Clark Kent. Mereka di asuh oleh Jonathan Kent (Kevin Costner) dan Martha Kent (Diana Lane). 

Clark Kent dewasa (Henry Cavill) pun mengasingkan diri. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat lain agar dia tidak dibilang aneh karena kemampuannya yang tidak dimiliki manusia biasa. Akhirnya dia bekerja dengan Lois Lane (Amy Adams) yang sedang melakukan investigasi tentang sebuah benda yang sudah terkubur selama 2000 tahun. Dan itupun membuat General Zod yang sudah bebas menelusuri keberadaan Kal-El atau Clark Kent untuk mencari Codex yang disembunyikan Kal-El. General Zod pun mencoba membuat Planet Bumi menjadi Planet Krypton yang sudah musnah. 
Expecting too much and i feel disappointed. I don't feel anything. I'm lost.
DC memang sepertinya sedang ambisius dengan proyek Justice League yang jelas ingin menyaingi kesuksesan film The Avengers. Sayangnya, proyek Justice League ini pun diragukan banyak pihak (termasuk saya). Karena film-film rip-off superhero untuk Justice League pun masih mempunyai kualitas yang kurang. Hanya Batman atau The Dark Knight Trilogy saja yang benar-benar luar biasa. Meskipun masih mengecewakan banyak orang karena kurangnya unsur Fun di film-filmnya. Man Of Steel pun dianggap akan membuka jalan awal dari proyek Justice League ini. 

Siapa yang tidak berekspektasi tinggi jika melihat jajaran nama terkenal di balik layar. Zack Snyder selaku sutradara yang mampu mempresentasikan superhero Watchmen yang begitu mengasyikkan itu meskipun unsur Drama lebih kental. Christopher Nolan sebagai produser yang jelas tak diragukan lagi kiprahnya di dunia layar lebar. David S. Goyer selaku penulis screenplay yang jelas mempunyai tone-nya sendiri dan berhasil mengantarkan film The Dark Knight Trilogy begitu  megah. Semuanya mempunyai nama-nama yang jelas tak bisa di pandang sebelah mata. 

Tetapi, saya sepertinya berekspektasi terlalu berlebihan. Ekspektasi yang begitu tinggi jelas sudah melonjak hingga ubun-ubun jika melihat nama-nama dari orang terbaik di film ini. Kecewa? Iya. Apapun itu, Man Of Steel sudah mengecewakan saya. Entah, saya tak merasakan apapun di film ini. Saya tidak berharap film ini akan menjadi sebuah The Dark Knight-Christopher Nolan-esque. Tetapi, saya seperti hilang. Ini seperti bukan film yang digarap matang oleh nama-nama terbaik di dunia perfilman. Semuanya masih jauh dari harapan saya. 

Mungkin jika dibilang ini akan menjadi awal mula dari seorang Alien ganteng dari planet krypton dengan berbagai cerita hidupnya bisa dibilang bagus. Paruh awal film ini pun saya berterima kasih kepada scene keren perpaduan antara Clark Kent kecil dengan Martha Kent yang begitu menghangatkan hati. Begitu mengharukan dengan rasa keterikatan antara ibu dan anak yang begitu kental. Alurnya maju-mundur di paruh awal film ini yang bisa menjelaskan berbagai hal begitu detail sebenarnya.

Setelah itu, Cerita film ini terasa begitu kurang rapi. Rasanya berbagai cerita seperti melompat-lompat dari satu scene ke scene berikutnya. Berbagai cerita masih kurang dijelaskan dengan begitu baik. Cerita di film ini yang bisa dibilang mempunyai cukup banyak konflik rasanya tak terselesaikan dengan baik. Masih ada perasaan mengganjal yang jelas tidak mengenakkan hati saya. Cerita yang sudah memulai konflik itu pun seperti di berhentikan tiba-tiba saat pertengahan penuturannya. Pace cerita yang begitu acak-acakan pun juga menjadi ranjau yang jelas menghantui setiap film ini.

Seharusnya jelas 1 jam awal film yang membangun karakter Kal-El jika digarap dengan begitu baik lagi mungkin akan menghasilkan sebuah film yang jelas mengasyikkan dan sesuai ekspektasi saya. Karena David S. Goyer rasanya bertutur dengan begitu pelan-pelan dan detail yang harusnya bisa lebih bagus. Hanya saja, Zack Snyder tak bisa mengarahkan semua konflik cerita itu dengan baik. Hasilnya jalan cerita yang harusnya thought-provoking itu pun berkurang esensinya. Beberapa guyonannya pun terkadang failed. Meski juga masih bisa membuat penonton tertawa sedikit.

Great visualization from Snyder and Scoring from Hans Zimmer that totally save this movie.

Well, Setelah 1 Jam awal yang jelas membuat saya begitu kecewa karena di berbagai cerita latar belakang sesosok Alien di Bumi ini kurang dibawakan dengan baik. Jumpy scene sana-sini yang jelas masih kurang. Tetapi 1 Jam akhir diganjar terus oleh Zack Snyder dengan action penuh CGI yang jelas mengasyikkan. Adegannya mungkin pernah diusung oleh Michael Bay's Transformers serta Joss Whedon's The Avengers yaitu Destroy the whole town. But, Snyder still have his own vision. 

Adegan Kota hancur itu jelas divisualisasikan dengan begitu baik dan megah. Visualnya lebih elegan. Tak hanya sekedar kota hancur semua selesai. Tidak. Adegan fighting antara Superman serta General Zod di visualisasikan dengan begitu indah. Hanya saja kali ini Zack Snyder tidak menggunakan hook-nya saat menyutradarai filmnya yang lain. Yaitu efek slow-motion yang jelas menjadi identitas dirinya saat menyutradarai film apapun. Visualnya tetap apik untuk di lihat. Hancurnya kota begitu elegan yang juga menambah esensi tone cerita film ini yang dark


Sayangnya, adegan CGI di film ini pun tak dikuatkan dengan efek 3D-nya yang ternyata adalah hasil konversi yang jelas buruk. Karena potensi mempunyai efek 3D yang sangat mempunyai cinematic experience yang bagus pun kurang digali. Karena tatanan planet Krypton, Efek-efek yang divisualisasikan indah oleh Zack Snyder ini pun direkam apik oleh Amir Mokri selaku sinematografer di film Man Of Steel kali ini.

Belum lagi gubahan scoring milik Hans Zimmer yang jelas memporak porandakan setiap scene-nya dengan alunan musiknya yang begitu indah. Scoring milik Hans Zimmer selalu hebat dan megah. Begitu tertancap di telinga dan otak saya. Well, Man of Steel's Scoring by him actually stole my heart as he did in Inception's Scoring. Semua adegan fighting dan touchy moment pun dikuatkan oleh gubahan musik yang begitu elegan dan megah milik Hans Zimmer. Well Done. 


Dari segi cast, Henry Cavill sepertinya masih berperan baik sebagai Superman. Dia berhasil menurut saya menjadi sesosok Superman yang tak sebersih dan mempunyai wajah porselen layaknya Brandon Routh di Superman Returns. Amy Adams sudah cocok menjadi Lois Lane. Sosoknya mewakili. Hanya saja, chemistry antara Lois dan Clark yang belum terjalin dengan baik dan masih canggung. Big Applause goes to Diane Lane and Kevin Costner. Mereka sangat menguatkan sosok Jonathan dan Martha Kent dengan chemistry yang bagus. Michael Shannon pun sepertinya kurang memberikan kesan sebagai General Zod. Pamornya pun sepertinya tenggelam dengan Antje Traue sebagai Faora yang notabene anak buahnya. 


Overall, Man Of Steel still entertaining for common audience. But for me? Sorry I feel disappointed with this movie. Because I expecting and hoping too much with this movie. Snyder and Nolan in this movie really make me so excited. But, I think its not like a movie that brought from Zack Snyder and Christopher Nolan. I expect more than this. But, Snyder's visualization and Zimmer's Scoring totally elegant and big. That aspect will save this movie. 

Man Of Steel pun ikut-ikutan di rilis dalam format 3D. Meskipun hasilnya tak menawan. Mari saya review-kan hasil konversinya ke format 3D bagi anda para pembaca blog saya.

BRIGHTNESS
Sedikit agak gelap jika kita menyaksikan film Man Of Steel dalam format 3D ketimbang kita saksikan film ini dalam format 2D-nya. 

DEPTH 
Efek Depth nya pun biasa. Tak ada yang begitu megah layaknya Star Trek Into Darkness. Seharusnya banyak sekali scene yang bisa megah dengan efek depth 3D di film ini. Hanya saja masih kurang. 

POP OUT 
Bagi penonton 3D awam, efek inilah yang dinanti-nantikan. Well, siap-siap anda akan kecewa dengan efek Pop Out film ini yang jelas sangat kurang. Sepertinya adegan Pop Out di film ini pun ngambang. Layaknya ada kaca besar yang menghalangi berbagai bentuk Pop Out yang jelas akan bagus dan keren di film ini. Apalagi CGI yang begitu megah di film ini pun kurang dimaksimalkan.


Overall, Man Of Steel mempunyai efek 3D yang jelas buruk. Sama dengan Iron Man 3, hasil konversi 3D film ini pun buruk. Semua adegan-adegan penuh CGI dan sinematografi indah di film ini pun terkesan sia-sia dengan efek minor 3D milik Man of Steel. Saksikan film ini dalam format 2D pun tak masalah.

2 komentar:

  1. Mengutip quote-nya Hitchcock :
    'To make a great film you need three things - the script, the script and the script.'

    Dan sayangnya Man of Steel melupakan hal itu.
    Sebuah film besar tanpa nyawa :(

    Harusnya dapet rating 2 bintang aja bro, hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener nih. Man Of Steel itu film besar tanpa nyawa.
      Mau aku kasih 2.5 sih. Tapi, ada beberapa elemen yang aku setidaknya masih suka. Jadi 3 itu saya rasa paling pas. hehe

      Hapus