Siapa yang tak kenal dengan Dian Sastrowardoyo? Paras cantiknya sudah
terkenal lewat perannya sebagai Cinta lewat film arahan Rudi Soedjarwo, Ada Apa
Dengan Cinta? Setelah lama vakum setelah film terakhirnya, 3 Doa 3 Cinta, kali
ini Dian Sastrowardoyo kembali hadir lewat film dengan genre komedi romantis
bersama Lukman Sardi. Mereka berdua beradu akting lewat film terbarunya
berjudul 7 Hari/24 Jam.
Sinar Dian Sastrowardoyo tak pernah redup. Keputusannya kembali ke
layar lebar pun disambut hangat oleh para penikmat film. Banyak yang menantikan
kembalinya wanita yang sudah memiliki 2 anak ini di dalam sebuah film. Fajar
Nugros kembali menyapa penontonnya dengan arahannya di film ini. Sutradara
komersil, Fajar Nugros, tahun ini telah menelurkan banyak karyanya. 7 Hari/24
Jam adalah karya sekian darinya yang dirilis tahun ini.
5 tahun menjalin komitmen dalam sebuah pernikahan tidak membuat Tania
(Dian Sastrowardoyo) dan Tyo (Lukman Sardi) saling mengenal satu sama lain.
Mereka adalah orang-orang yang sibuk dengan karir atau pekerjaannya. Tyo adalah
seorang sutradara kaliber yang sudah memiliki nama di industrinya. Sedangkan,
Tania adalah seorang pekerja bank yang sangat dicintai oleh bosnya karena
kredibilitasnya.
Hingga suatu ketika, Tyo harus dirawat di rumah sakit. Hal ini membuat
Tania harus mengurusi segala urusan rumah tangganya sendiri ditambah harus
merawat Tyo di rumah sakit. Selang beberapa hari, Tania pun juga harus dirawat
di rumah sakit karena kelelahan. Mereka harus istirahat total dan melupakan pekerjaan
mereka. Tania dan Tyo pun dirawat di dalam satu kamar. Saat mereka dirawat
inilah, mereka mulai benar-benar mengenal satu sama lain.
Pernikahan adalah suatu yang krusial di dalam tradisi Indonesia.
Adanya ikatan antara pria dan wanita yang sudah cukup umur dan matang untuk
menjalin kisah cinta mereka. 7 Hari/24 Jam tak jauh-jauh dari permasalahan
rumah tangga yang sebenarnya sedang perlu untuk digarisbawahi, khususnya untuk
pasangan muda yang memutuskan untuk menjalin ikatan itu. Karena, pernikahan
bukan hanya sebuah komitmen untuk saling bersama tetapi ada hal yang lebih
kompleks selain itu.
7 Hari/24 jam sedikit menyindir masalah-masalah yang sedang dekat
dengan penontonnya. Pekerjaan atau karir yang sedang melejit membuat seseorang
lupa dengan kewajibannya atau peran mereka di dalam keluarga. Baru ketika satu
turning point datang, seseorang akan menyadari hal tersebut. Hal-hal itu
diangkat oleh Fajar Nugros dengan balutan komedi romantis yang akan membuat penontonnya
terhibur dan Fajar Nugros berhasil mengarahkan poin-poin tersebut.
7 Hari/24 Jam bisa dibilang sebagai karya terbaik dari sutradara
komersil satu ini. Film ini berhasil memberikan jalan cerita yang menarik di
dalam durasi 100 menit filmnya. Sebuah film komedi romantis tentang pernikahan
yang akan membuat penontonnya sangat menikmati setiap menitnya. Bukan hanya
menikmati paras cantik Dian Sastro saja, tetapi juga akan disuguhi oleh
intrik-intrik menarik yang menghibur penontonnya sekaligus miris.
Bisa juga, arahan milik Fajar Nugros ini berhasil karena adanya
kontrol dari sang produser. Affandi Abdul Rachman memiliki kontrol penuh dalam
film 7 Hari/24 Jam. Sehingga, film ini tak jatuh menjadi film komedi romantis
yang setipe dengan film-film Fajar Nugros lainnya. Tetapi, 7 Hari/24 Jam bukan
berarti bebas dari zona berbahaya. Masih ada beberapa kekurangan yang membuat 7
Hari/24 Jam ini bukan menjadi sajian yang sempurna untuk penontonnya.
Problem utama adalah komedi di dalam film ini. Sebuah lelucon atau
komedi adalah sesuatu yang memiliki segmentasi yang berbeda. Beberapa orang
akan memiliki selera humor yang berbeda dari slapstick hingga sarkastik, 7
Hari/24 Jam memiliki kelemahan di dalam hal itu. Humor di dalam film ini belum
bisa terolah dengan baik dan masih memiliki gaya humor khas dari Fajar Nugros
sebagai sutradara. Bagaimana humor itu memiliki repetisi yang akhirnya
menimbulkan kebosanan untuk penontonnya. Beberapa adegan dengan humor yang
ditujukan kepada penontonnya pun meleset.
Selain itu, paruh kedua di film ini pun masih memiliki kelemahan dalam
bertutur. Di dalam pertengahan durasinya, film ini terasa kehilangan
kepercayaan diri setelah paruh pertama yang menyenangkan itu. Segala ide cerita
yang segar itu pun mulai melemah di paruh kedua dan Nataya Subagya sebagai
penulis naskah pun kebingungan untuk mencari intrik menarik untuk kelangsungan
filmnya. Akhirnya, paruh kedua di film ini pun terasa lambat untuk diikuti
penontonnya.
Beruntung, masih ada penampilan yang menarik dari duo maut Lukman
Sardi dan Dian Sastrowardoyo. Kelemahan itu pun ditutupi oleh performa yang
prima dari kedua artis tersebut. Mereka berdua tampil menjanjikan berlakon
sebagai sepasang suami-istri yang sudah berkomitmen selama lima tahun. Mereka
berdua pun mampu menggerakkan ceritanya sendiri meski masih ada beberapa
pemeran pendukung yang tampil untuk memaniskan film ini. Sebuah comeback yang
sangat manis dari Dian Sastrowardoyo setelah beberapa tahun absen dari dunia
perfilman.
Sebuah problem penting dalam sebuah pernikahan akan terasa menampar
penontonnya ketika menyaksikan 7 Hari/24 Jam. Di mana, pernikahan bukan hanya
sekedar komitmen tetapi ada beberapa hal lain yang memang harus membutuhkan
kesiapan. 7 Hari/24 Jam merangkum hal itu di dalam 100 menit yang menghibur.
Meski dengan beberapa kekurangan yang masih sama di setiap arahan Fajar Nugros,
tetapi 7 Hari/24 Jam adalah sebuah komedi romatis yang masih nikmat untuk
diikuti.
review filmnya cukup lengkap,sukses ya :)
BalasHapus