Minggu, 05 April 2015

FAST & FURIOUS 7 (2015) REVIEW : One Last Ride, For Paul


Sebagai salah satu franchise terbesar di perfilman Hollywood dan sudah mencapai seri ke enam, Fast & Furious tentu memiliki banyak fans setia. Meski, pakem cerita dari Fast & Furious pertama hingga seri terakhirnya sudah memiliki banyak perbedaan. Tetapi, Fast & Furious tetap saja menjadi salah satu franchise yang dinantikan kemunculannya bagi semua orang dengan timeline cerita yang mulai menarik. Terlebih, dengan mid-credit scene di seri ke enamnya.
 
Tahun ini, Fast & Furious hadir dengan seri terbarunya untuk melanjutkan timeline cerita dari Fast & Furious 6. Justin Lin, sebagai sutradara, meninggalkan seri ini dan memindah tangankan tempat tertinggi itu ke tangan James Wan. Film ini pun sempat sedikit terhambat karena kabar duka yang menimpa salah satu pemainnya. Paul Walker, salah satu pemeran utama di film ini meninggal akibat kecelakaan mobil di saat proyek film ini sedang berjalan. 


Setelah timeline cerita yang memiliki kesinambungan yang menarik, di Fast & Furious 7 melanjutkan kisah dari seri nomor 6 dan berkesinambungan dengan seri yang ketiga. Di mana, Deckard (Jason Statham) membalaskan dendam adiknya yang sudah di serang oleh Dom (Vin Diesel), Brian (Paul Walker), Hobbs (Dwayne Johnson) serta kawanannya. Hidup mereka pun penuh dengan ancaman yang datang silih berganti yang disebabkan oleh Deckard.

Setelah kejadian na’as yang menimpa Hobbs, Dom dan Brian memutuskan untuk memburu Deckard untuk menangkapnya. Tetapi di tengah misinya untuk memburu Deckard, Dom dan Brian diberi tugas untuk mengambil barang yang sudah meretas sistem keamanan negara. God’s Eye, suatu sistem yang dapat menjadikan apapun menjadi sebuah ‘senjata’ ampuh untuk mengetahui keberadaan musuh. Dom dan Brian tahu hal tersebut berguna untuk memburu Deckard dan mau menerima misi tersebut.


Setelah Fast Five yang telah mencapai titik paling tinggi dari segala aspek filmnya, tentu mustahil ada seri lain dari film ini yang bisa melampaui seri kelima dari Fast & Furious. Benar juga, Fast & Furious 6 mengalami sedikit kemunduran jika dibandingkan dengan seri kelimanya. Tangan hangat Justin Lin memang bisa membuat franchise Fast & Furious naik level. Meskipun, para fans akan merasa kecewa karena hilangnya pakem “balapan” yang ditawarkan sejak seri pertama. Tetapi, hal tersebut sudah diperbaiki lewat seri ke enam yang kembali menghadirkan pakem tersebut.

Maka, setelah kepergian Justin Lin dari bangku sutradara, Furious 7 pun berpindah tangan ke James Wan yang biasa menangani film-film horor. Hal ini pun membuat para penonton skeptis bahwa Furious 7 akan bisa tampil prima layaknya kedua seri sebelumnya. Tak di sangka, Furious 7 menjadi salah satu seri terbaik dari aksi Dom dan Brian. Memang tak tampil se-prima Fast Five dalam segi cerita, tetapi Furious 7 memberikan sesuatu yang lebih gila dan berbeda dibandingkan seri lainnya.

Jangan ragukan Fast & Furious dalam memberikan sekuens-sekuens gila menggunakan mobil balap. Akan selalu ada inovasi di setiap serinya saat mengendarai mobil balap. Begitu pun dengan seri terbaru dari franchise ini, James Wan memberikan kegilaan tanpa batas yang memang akan berada di luar logika manusia. Tetapi, inilah tujuan dari franchise ini bukan? Menyajikan kegilaan tanpa batas yang akan membuat penontonnya merasakan sensasi menyenangkan saat menontonnya. 


Akan ada banyak adegan dengan level kegilaan yang sangat besar dan megah. Bagusnya, James Wan pun bisa menghadirkan nyawa ke dalam setiap adegan sehingga rangkaian adegan itu tak hanya menjual kemegahannya tetapi juga ada tensi yang pas di dalamnya. Dan hal ini akan berdampak pada respon penonton yang tak akan berhenti berdecak kagum dan takjub dengan sekuens menyenangkan yang ditawarkan oleh James Wan ke dalam Fast & Furious 7.

Tak hanya decak kagum, tetapi ada sisi emosional yang akan terasa berbeda jika dibandingkan seri-seri sebelumnya. Untuk mengenang Paul Walker, James Wan dan Chris Morgan memberikan adegan penutup yang bisa membuat penontonnya menitihkan air mata. Pintarnya, mereka mengemas adegan perpisahan dengan Paul Walker dengan elegan. Mengemasnya lewat dialog-dialog indah penuh simbol dan makna yang dalam tentang suatu perpisahan dengan seorang sahabat. 


Furious 7 memang tak bisa serapi Fast Five dalam menjalankan setiap ceritanya. Terlalu banyak subplot cerita yang akhirnya membuat Furious 7 pun memiliki masalah dengan lubang-lubang di setiap ceritanya. Akhirnya, beberapa karakter pun memiliki kurang memiliki motivasi kenapa akhirnya dia harus ada di dalam filmnya. Pun, di sekuens paling akhir, akan terasa adanya tarik ulur emosi yang kurang tertangani dengan baik oleh James Wan. Dan hal itu disebabkan karena banyaknya Side Plot yang ditulis oleh Chris Morgan di dalam naskahnya yang tampil kurang rapi.

Naskah milik Chris Morgan pun memang sengaja tampil ringan dan biasa saja dengan penuh konflik klise yang pernah penontonnya lihat di berbagai film serupa. Ayolah, apakah kalian mengharapkan sesuatu penuh twist and turn untuk film Furious 7 agar bisa terlihat bagus? Toh, dengan segala macam plot yang ringan, James Wan masih bisa memberikan segala tensinya yang menyenangkan dan emosional sehingga Furious 7 bisa tampil prima dengan naskah dan plot yang ringan. 


Memang, Furious 7 tak bisa tampil serapi Fast Five yang sudah berada di level yang paling atas dari Franchise ini. Beberapa penuturan kisahnya mungkin akan terkesan masih berantakan sehingga terasa mengendur di adegan final-nya. Tetapi, James Wan berhasil membuat Furious 7 berada sedikit di bawah Fast Five dengan segala sekuens-sekuens gila yang didukung dengan camera work yang mendukung hal gila itu. James Wan berhasil menjadikan Furious 7 lebih terkenang di hati penontonnya and For Paul.

2 komentar:

  1. Saya juga suka film ini. Perpisahan dengan Paul Walker dibuat dengan baik. Saya berikan nilai yang mirip dengan mas di review an saya.

    Ryanfilewordpresscom

    BalasHapus
  2. Halo... We're from Cinejour! Kami menominasikan blog kamu bersama 10 movie blog yang lain ke dalma The 2015 Liebster Award.

    Silakan cek post-nya disini:
    http://cinejour.com/2015/04/1st-liebster-award-to-cinejour/

    Terima kasih. :)

    BalasHapus